KEAJAIBAN BULAN RAMADHAN
Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung di dalam Al-Quran, diantara hikmah dibalik keagungannya adalah isi kandungan ayat yang menjelaskan tentang kebesaran Allah Ta’ala, dan menariknya setelah Ayat Kursi, terdapat Ayat yang oleh sebagian umat Islam khususnya di Indonesia menyebutnya sebagai ayat toleransi “لا إكراه في الدين” yang artinya: “Tidak ada paksaan dalam beragama (Islam),” mungkin kita bertanya-tanya apa gerangan hikmah penyebutan Ayat bertemakan toleransi setelah Ayat tentang kebesaran Allah Ta’ala, Wallahu A’lam, semoga ini menjadi isyarat kepada manusia dalam mukjizat susunan ayat suci Al-Quran bahwa orang-orang berakal yang menyaksikan kebesaran Allah Ta’ala dalam ciptaan-Nya tidak perlu ada paksaan untuk memahami kemudian memeluk agama yang haq ini, Allah Yang Maha Suci dan Maha sempurna sebagaimana yang Ayat kursi terangkan harusnya menjadi renungan untuk jiwa-jiwa manusia bahwa Dialah Allah Yang Maha Haq Yang tiada Rabb yang berhak disembah melainkan Dia.
Subhanallaah, kehadiran bulan suci Ramadhan setiap tahunnya ternyata menjadi tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala yang dengannya beberapa hamba-Nya mendapatkan pengalaman spiritual dalam memeluk satu-satunya Agama yang Haq di sisi-Nya tanpa ada paksaan sedikitpun, berikut beberapa kisah menarik yang di paparkan oleh Syekh Hamid bin Abdullah al-‘Ali -hafizhahullah- (salah seorang Ulama asal kuwait).
“Ada seorang laki-laki yang telah memeluk islam bercerita kepada saya tentang kisah masuk islamnya karena bulan ramadhan, dia bercerita akan ketakjubannya melihat umat islam di desanya, bagaimana wajah-wajah mereka menghadap ke langit ketika penghujung syakban menjelang terbenamnya matahari di hari yang ke-29, seakan-akan mereka menunggu isyarat dari Sang Pencipta alam semesta di atas mereka untuk melakukan sesuatu setelahnya. Ketika mereka melihat hilal (bulan sabit), mereka begitu bergembira dan bersukacita yang luar biasa, seolah-olah mereka telah diberi kabar baik yang paling besar, dan aku tidak menyangka bahwa kebahagiaan mereka adalah karena menghindarkan diri dari syahwat makan, minum dan berhubungan suami istri selama satu bulan sepanjang hari.. padahal untuk syahwat seperti inilah yang diperjuangkan oleh manusia, tidak jarang pertumpahan darah terjadi bahkan perang saudara pun tak terelakkan demi pemenuhan syahwat ini.
dan anehnya lagi, mereka bergembira karena tidak hanya sekedar berlelah-lelah puasa di siang harinya, malam haripun mereka hidupkan dengan shalat berjama’ah dan banyak bermunajat.
Dia melanjutkan: pemandangan ini seakan menarik inti kehidupanku dan menyentuh hatiku. Pada akhirnya aku memutuskan untuk berpuasa bersama mereka, aku tidak mengenal Islam dan aku tidak tahu bagaimana mengucapkan dua kalimat syahadat, yang aku ketahui adalah cukup dengan tidak makan dan minum, serta menjahui istriku dan itu aku mulai ketika kaum muslim melakukan shalat subuh, aku berbuka puasa jika mendengar azan magrib di masjid, aku pun pergi dan salat bersama mereka di malam hari (salat tarawih) dan aku melakukan sama seperti mereka, berdiri, rukuk, dan sujud, hanya saja aku tidak mengucapkan apa pun, dan aku menemukan kenyamanan dan ketenangan yang luar biasa yang belum pernah dirasakan jiwaku sebelumnya. hingga pada pertengahan bulan, sang imam memperhatikanku karena aku adalah orang asing di antara mereka, maka dia bertanya tentang diriku, setelah mendengarnya dia terheran-heran dengan ceritaku, rasa heran itu mendorongnya untuk mengumpulkan orang-orang agar bisa mendengar ceritaku, setela mereka mendengar ceritaku, mereka mengajariku Islam, dan akhirnya aku mengucapkan dua kalimat Syahadat, tiba-tiba seisi ruangan dipenuhi Takbir, dan mereka berkata, “Kamu masuk Islam karena Ramadhan,” dan mereka menamaiku Ramadhan!.
Salah satu tanda kebesaran Allah dalam bulan Ramadhan adalah jika seluruh filosof dan pemikir umat manusia secara bersama-sama mengorbankan emas bumi agar seperenam penduduk bumi terhindar dari hawa nafsu, menjauhi kesenangan duniawi, membiarkan perut-perut mereka kosong. dan mereka sibuk untuk memurnikan jiwa-jiwa mereka dari keterikatan pada dunia, demi mewujudkan akhlak islami yang mulia dan kepatuhan mereka akan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan bertindak berdasarkan itu, maka Allah tidak memerlukannya untuk meninggalkan makanan dan minumannya”. Niscaya mereka tidak akan mampu melalukan itu walau hanya sehari.
Lihatlah bagaimana kemulian Islam yang menjadikan setiap tahun dalam sebulan penuh, dia mengosongkan perut sekitar seperenam dari jumlah total manusia, dan sejarah ini akan terus beulang hingga yaumil akhir manusia, semuanya itu tergantikan dengan kesucian hati, kelapangan jiwa untuk berbagi dengan sesama, dan ketulusan budi untuk membantu yang lemah, maka semoga hati yang lalu terketuk dengan tanda kebesaran Allah ini.
Kisah Islam lainnya serupa dengan yang disebutkan oleh Syekh di atas, yang diceritakan oleh seorang wanita non-Muslimah kepada beliau, dia menceritakan bahwa ketika bulan penuh berkah ini dimulai, dia merasa ada sesuatu yang menghalanginya untuk makan dan minum, dan dia menjauhi suaminya dengan alasan sakit di siang hari jika dia meminta untuk dilayani.
Dia berkata, “Saya tidak bisa makan dan minum, sampai saya mendengar masjid-masjid di sekitar rumah saya mengumandangkan adzan ketika matahari terbenam. Seiring dengan itu air mata tak terbendung dari mata saya, karena saya mendapati nafsu makan saya tidak akan menuruti saya kecuali saya mendengar adzan ini, maka saya akan makan sambil menangis, dan saya sangat berharap bahwa saya akan menjadi seorang Muslimah”. “Jika bukan karena takut pada suamiku, keluarganya, dan keluargaku, sungguh aku akan masuk Islam”.
Dia bertanya padaku: “apa yang harus aku lakukan?”, akupun menyuruhnya masuk Islam, mengucapkan Syahadat, dan menyembunyikan keimanannya sampai Allah memberikan pertolongan kepadanya.
Silahkan bertanyalah kepada orang-orang yang gencar berdakwah di tengah komunitas non-Muslim, niscaya mereka akan menceritakan keajaibannya, dan kisah-kisah serupa di atas akan banyak kita dapatkan. bahwa bulan Ramadhan adalah bulan banyaknya orang yang berbondong-bondong memeluk Islam agama Allah.
Salah satu keajaiban bulan yang penuh berkah ini adalah Allah Ta’ala menempatkan kemenangan terbesar Islam di dalamnya, jangan sampai ada yang mengatakan bahwa puasa melemahkan kekuatan manusia, seperti yang dikatakan oleh salah seorang Presiden tunisia Abourguiba ketika ia mengklaim bahwa puasa menghambat produksi! Ia meminta Syekh Ath-Tahir bin Asyur rahimahullah agar mengeluarkan fatwa kepada para pekerja tentang bolehnya berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Sejarah Islam Tunisia, yang presidennya kala itu berusaha menyabotase identitas Islam di negara mayoritas umat Islam itu, telah memberi kita sebuah kejadian aneh, ketika sang ‘Aalim Ath-Tahir bin Asyur muncul di radio dan membacakan firman Allah Ta’ala: (Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa) Lalu beliau menutup: Allah mengatakan yang sebenarnya, dan Abourguiba berdusta. akhirnya dia meredam seruan dusta (Abourguiba) dengan kata-kata yang benar.
Semoga keajaiban bulan suci Ramadhan semakin meneguhkan hati kita untuk terus berada di atas kebenaran. Allahumma Amin.