Ramadhan Sebagai Momentum Perubahan

Ramadhan Sebagai Momentum Perubahan
Segala puji bagi Allah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur (QS. Al-Furqan: 62). Semoga selawat dan salam tercurah kepada orang yang kepadanya diturunkan Al-Furqan (Al-Quran) agar menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam, serta kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Setelah berakhirnya Ramadan yang lalu, mungkin sebagian orang mulai menyadari kenyataan yang memprihatinkan, yang terus bergema di dalam dirinya dan memenuhi hatinya dengan kesedihan karena setelah Ramadan, ia kembali pada kebiasaan buruknya, dan kembali ke hal-hal yang diharamkan serta melalaikan ketaatan kepada Allah.
Saat itulah seorang muslim yang jujur mencela dirinya sendiri: “Aku mampu mengubah diriku, tetapi aku bermalas-malasan atau beralasan dengan kesibukan.”
“Sebenarnya, Aku bisa melakukan banyak ketaatan, tetapi aku lalai!”
“Aku bisa saja menahan diri dari dosa, tetapi aku tidak mampu meninggalkannya!
Ramadhan kembali datang, apakah kita akan berubah atau kembali bermalas-malasan dan mencari alasan? Apakah kita akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah arah hidup kita? Atau kita akan menyia-nyiakan waktu hingga Ramadhan berlalu begitu saja?
Wahai saudara-saudaraku terkasih:
Sesungguhnya bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dibandingkan bulan-bulan lainnya, ia adalah kesempatan nyata untuk mengubah dan memperbaiki diri. Maka, sudah sepantasnya seorang mukmin menjadikan Ramadhan sebagai musim perubahan dengan meraih keutamaan dan meninggalkan keburukan.
Di antara sarana perubahan yang paling menonjol di bulan Ramadhan adalah menghadiri majelis zikir dan tempat-tempat ibadah, sehingga hatinya terpaut dengan masjid, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu ssalat setelah salat. Dan yang menguatkan semangat dan memperkokoh tekadnya adalah banyaknya orang yang datang ke masjid di bulan Ramadhan.
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا ويرفع به الدرجات؟ » قالوا : بلى يا رسول الله، قال: « إسباغ الوضوء على المكاره وكثرة الخطا إلى المسجد وانتظار الصلاة بعد الصلاة فذلكم الرباط فذلكم الرباط فذلكم الرباط
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat-derajat?” Mereka menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudu dalam kondisi yang berat, memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu salat setelah salat. Itulah ribath (penjagaan), itulah ribath.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut amalan-amalan ini sebagai ribath karena ia menutup jalan-jalan setan terhadap jiwa dan menundukkan hawa nafsu.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Salat seseorang berjamaah dilipatgandakan atas salatnya di rumahnya dan di pasarnya sebanyak dua puluh lima kali lipat. Hal itu karena jika ia berwudu dan memperbagus wudunya, kemudian keluar ke masjid, tidak ada yang membuatnya keluar kecuali salat, tidaklah ia melangkahkan satu langkah pun kecuali diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan. Jika ia telah salat, maka para malaikat akan senantiasa mendoakannya selama ia berada di tempat salatnya: ‘Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, rahmatilah dia.’ Dan salah seorang dari kalian akan senantiasa dalam salat selama ia menunggu salat.”
Saudaraku yang tercinta:
Sesungguhnya bergaul dengan orang-orang saleh dalam amalan yang paling mulia – yaitu salat – dan di tempat-tempat yang paling dicintai Allah Ta’ala – yaitu masjid-masjid – dengan kehadiran para malaikat dan doa mereka untuk seorang hamba: memiliki pengaruh besar dalam petunjuk dan kesalehannya dengan izin Allah Ta’ala.
Lingkungan keimanan dan persahabatan yang baik ini, dengan menjauhi teman-teman yang buruk: memiliki pengaruh dalam perubahan yang diinginkan.
Sebagaimana salat itu sendiri merupakan salah satu sebab terbesar perubahan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ ٤٥ ﴾
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.”(Al-‘Ankabut/29:45)
Seorang hamba yang menyempurnakan rukun, syarat, dan kekhusyu’annya akan bercahaya hatinya, bertambah imannya, menguat keinginannya untuk berbuat baik, dan berkurang atau hilang keinginannya untuk berbuat keburukan.
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Sesungguhnya si fulan salat malam, tetapi jika pagi tiba, ia mencuri!” Beliau bersabda: “Sesungguhnya apa yang kamu katakan itu akan mencegahnya.”
Saudaraku Muslim:
Sesungguhnya Ramadhan adalah kesempatan besar untuk mengalahkan hawa nafsu dan melatihnya, serta menanamkan keutamaan-keutamaan luhur di dalamnya.
Jika seseorang telah meninggalkan dengan pilihannya sendiri apa yang dihalalkan baginya berupa makanan, minuman, dan berhubungan badan di siang hari tanpa dilihat oleh seorang pun selain Allah ‘azza wa jalla, maka dengan itu ia telah melangkah maju dalam membiasakan diri untuk meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala di seluruh waktu lainnya, serta dalam pengawasan Allah ‘Azza Wa Jalla dan takut kepada-Nya.
Sesungguhnya di bulan Ramadhan terdapat kesempatan besar untuk mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang menguasai seorang hamba. Jika jiwa telah berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk sepanjang bulan ini, maka itu akan lebih membantunya untuk menghentikannya di sisa tahunnya, bahkan sepanjang hidupnya.
Saudaraku Muslim:
Sesungguhnya bulan Ramadan adalah kesempatan untuk mengubah kebiasaan makan dan minum, pemborosan dalam keduanya, serta berlebih-lebihan dalam menyiapkan makanan dan minuman. Allah Ta’ala mencela orang-orang kafir yang tidak memiliki tujuan selain makan dan menikmati kesenangan dunia, sebagaimana firman-Nya:
﴿ ۗوَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ ١٢ ﴾
“Adapun orang-orang yang kufur bersenang-senang dan makan-makan (di dunia) seperti halnya hewan-hewan. Nerakalah tempat tinggal bagi mereka.” (Muhammad/47:12)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang mukmin makan dalam satu usus, sedangkan orang kafir makan dalam tujuh usus.”
Ini adalah perumpamaan untuk keridhaan seorang mukmin dengan sedikit dari dunia, dan ketamakan orang kafir terhadap dunia yang melimpah. Obsesi seorang mukmin adalah mencari keridhaan Allah Ta’ala, bukan memperluas diri dalam makanan; maka ia cukup dengan sedikit. Sebaliknya dengan orang kafir; obsesinya adalah bersenang-senang dengan kenikmatan dunia, maka ia makan dengan rakus dan tidak pernah merasa cukup, seolah-olah ia makan dalam tujuh usus, tanpa adanya keberkahan.
Wahai hamba Allah,
Berhati-hatilah dari kesibukan dengan media sosial, dan menghabiskan berjam-jam untuk scrolling dan berpindah-pindah dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya tanpa manfaat yang kembali kepadamu dalam agamamu atau duniamu; karena itu adalah salah satu penghalang terbesar dari melakukan kebaikan, dan mewujudkan perubahan yang diinginkan.
Cobalah suatu hari untuk tidak sibuk dengan hal-hal ini, dan lihatlah setelah itu betapa banyak yang telah kamu capai dalam membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya, dan betapa banyak yang telah kamu manfaatkan dari waktumu dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu.
Bersungguh-sungguhlah dan serius sebelum Ramadhan berakhir dan kamu berada dalam puncak penyesalan atas kehilangannya.
Wahai saudaraku yang tercinta:
Sesungguhnya Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala.
Kesempatan untuk mengubah perilaku.
Kesempatan untuk berubah dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kesempatan untuk meninggalkan setiap akhlak yang tercela, dan menghiasi diri dengan setiap akhlak yang terpuji.
Maka, segeralah membuat rencana Anda untuk melaksanakan proyek perubahan di bulan Ramadan, mohonlah pertolongan kepada Allah, bertawakallah kepada-Nya, dan perbanyaklah doa kepada-Nya.
Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad, dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya.
Diterjemahkan dan disarikan dari kitab Duror Ramadhaniyyah (Mutiara-mutiara Ramadhan) materi ke 9 hal 63-70, 30 materi di bulan Ramadhan, karangan Divisi Ilmiah ad-Duror as-Saniyyah yang dibina oleh Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf