Puasa & Ramadhan

Agar puasa kali ini lebih baik

Sudah berapa kali kita berpuasa dibulan ramadan?

Apakah kita mendapatkan perubahan yang lebih baik setiap kali berpuasa?

Apa saja kiat agar puasa menjadi momentum perubahan yang lebih baik?

Dengan memohon petunjuk serta pertolongan Allah ta’ala semata kita kan mencoba membahas jawaban pertanyaan yang ke tiga, dengan syarat pertanyaan pertama dan kedua telah kita jawab dengan jujur dalam hati kita.

Sudah benarkah kita dalam berpuasa?

Sebelum kita melangkah untuk menjawab pertanyaan yang ketiga tadi, mari berintropeksi dalam pelaksanaan puasa selama ini, sudah benarkah?
yang dimaksud benar berpuasa dalam pertanyaan tersebut tidak sekedar dilihat dari sudut pandang hukum fikih saja yaitu bila terpenuhi syarat, rukun dan kewajiban puasa, namun juga benar Ketika melihat buah dan pengaruh dari puasa yang telah dilakukan, apakah menambah ketakwaan, lebih dekat kepada Allah ta’ala, mencintai Nya, takut kepada Nya, sehingga selalu siap untuk ta’at kepada Nya meskipun harus mengorbankan harta, jiwa dan raga.

Kiat agar puasa kita lebih baik

ada empat kiat yang bisa kita lakukan agar puasa yang kita :

  1. Tingkatkan iman
  2. Hilangkan segala penghalang, diantaranya adalah keraguan
  3. Murnikan tujuan (Ikhlas)
  4. Bulatkan tekad dan Mantapkan kesungguhan

Adapun landasan bagi empat kiat diatas adalah :

  • Pertama: firman Allah ta’ala dalam surah al hujurat ayat ke 15, 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ﵟ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ١٥ﵞ 

Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 15).

  • Kedua: surah al Baqarah ayat ke 218.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

ﵟ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٢١٨ﵞ 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 218)

Baca Juga  Ramadhan dan Wanita Muslimah

Meskipun dua ayat diatas secara khusus menjelaskan tentang kiat-kiat menjadi mukmin (orang beriman) yang sejati dengan jihad sebagai ciri khasnya, namun kiat-kiat tersebut juga bisa diterapkan dalam peningkatan puasa yang kita lakukan; agar menjadi lebih baik dan benar. 

  • Tingkatkan iman

Mengapa iman yang pertama?

Karena iman adalah landasan utama setiap amal ibadah, bukan kah ayat puasa diawali dengan panggilan keimanan? Oleh karenanya; baik atau tidaknya puasa yang dilakukan tergantung kepada iman seseorang. 

Ya, iman dengan maknanya yang benar serta hakikatnya yang sangat luas, namun pada ayat ke 15 surah al hujurat diatas, iman kepada Allah ta’ala disandingkan dengan iman kepada rasul , senada dengan dua kalimat syahadat yang mengisyaratkan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan; karena setiap ibadah tidak akan benar dan diterima disisi Allah ta’ala keculai dilandasi oleh iman (tauhid) dan mutaba’ah (mencontoh rasul ). Ibadah puasa sendiri banyak menyimpan nilai-nilai iman (tauhid) () dan mutaba’ah (mencontoh rasul ) yang perlu diketahui, oleh karenanya sebelum, Ketika dan setelah berpuasa marilah selalu meningkatkan kualitas iman dan mutaba’ah dengan menambah ilmu serta amal.

  • Hilangkan segala penghalang, diantaranya adalah keraguan

Perlukah menghilangkan segala penghalang tujuan yang ingin kita capai?

Jawabannya: sangat diperlukan

Karena selama masih ada penghalang, tujuan apapun tidak akan pernah tercapai.

Pada ayat ke 15 surah al hujurat, disebutkan secara khusus satu penghalang yang sangat buruk dan berbahaya, yaitu keraguan. Dia berbahaya karena bisa merusak keimanan (keyakinan), dan sangat buruk karena menjauhkan bahkan menghilangkan tujuan. dan perlu kita ketahui bahwa banyak tujuan-tujuan mulia baik yang kecil maupun yang besar tidak bisa tercapai dikarenakan adanya keraguan.

Bila penyakit ragu dihilangkan, maka iman semakin kuat dan keyakinan bertambah mantap, dalam ibadah puasa misalnya wajib yakin tanpa ragu bahwa puasa adalah ibadah yang akan meningkatkan kwalitas iman dan amal saleh, dengan puasa segala kebaikan bisa diraih, mulai dari ampunan dosa, pahala yang berlipat ganda, hingga meraih tiket ke surga. 

Baca Juga  Kisah Heroik di Bulan Terbaik

Oleh karena itu orang yang yakin tanpa ragu akan sangat berbeda Ketika berpuasa, dia akan selalu dalam keadaan terbaik, hati, akal maupun amalnya. Dibanding mereka yang masih ragu-ragu, berpuasa hanya ikut trend saja, musiman, tidak tahu tujuan, sehingga dia berpuasa ala kadarnya, menahan lapar dan dahaga, namun membiarkan anggota tubuhnya yang lain melakukan maksiat dan dosa.

Tentu akan banyak penghalang untuk mencapai tujuan-tujuan puasa, bukan hanya keraguan, sehingga setiap kita dituntut untuk tahu dan waspada terhadap penghalang-penghalang tersebut, agar tidak menghalangi atau merusak tujuan puasa kita.

  • Murnikan tujuan (Ikhlas)

Sebuah tujuan akan mudah diraih bila fokus dalam mewujudkannya. Sangat berbeda Ketika ada banyak tujuan, terutama Ketika tujuan-tujuan tersebut saling berbenturan, sudah bisa dipastikan tidak akan bisa diraih semuanya, Adapun bila tujuan-tujuan tersebut saling terkait maka bisa saja diraih Sebagian atau bahkan semunya.

Demikian pula dalam ibadah puasa, seharusnya kita memurnikan tujuan-tujuan didalamnya.

Apa saja tujuan puasa?

Yang paling pertama dan utama adalah ingin meraih balasan dari Allah yang maha pemurah dan maha penyayang. Dengan ikhlas kepada Allah ta’ala maka segala tujuan yang baik akan tercapai. Karena Allah pasti menginginkan kebaikan bagi hamba-hambaNya.

Maka jika keikhlasan benar pastilah kebaikan akan datang dari segala arah.

Dengan keikhlasan juga kita akan lebih fokus beribadah kepada Allah ta’ala, tidak terpengaruh dari selainNya. 

keikhlasan inilah yang akan membuahkan rasa cinta, takut, harap, bergantung kepada Allah ta’ala saja, sehingga tidak ada tempat lagi dalam hati bagi selainNya.

Namun sebaliknya, Ketika niat ikhlas ternodai atau rusak, maka hancurlah ibadah yang dilakukan, tidak saja terhalang dari segala tujuan, bahkan dibalas dengan keburukan, karena dia telah menanam keburukan, pastilah dia yang akan memetiknya.

  • Bulatkan tekad dan Mantapkan kesungguhan
Baca Juga  Teknis Salat Tahajud dan Witir Setelah Salat Tarawih dan Witir di Awal Malam

Tekad dan kesungguhan merupakan modal utama dalam mencapai suatu tujuan, dan tujuan yang akan diraih tergantung kepada tekad dan kesungguhan yang dikerahkan. Sebuah peribahasa mengatakan “siapa yang menanam, maka dia akan memanen hasilnya”.

Oleh karenanya mari kita sempurnakan tekad dan kesungguhan dalam meraih tujuan puasa. Seperti sebuah bangun lingkaran, maka ia tidak sempurna bila masih ada celah yang tidak tertutupi. Demikian juga tekad dan kesungguhan.

Apa bukti bulatnya tekad dan kesungguhan?

Jawabannya: pengorbanan

Tidak ada tekad dan kesungguhan tanpa pengorbanan. Maka semakin tinggi tekad dan kesungguhan seseorang, biasanya akan memerlukan pengorbanan yang sangat banyak. Mengapa demikian? 

Karena tujuan yang dihasilkan tergantung kepada pengorbanan yang dilakukan.

Dalam ibadah puasa pun demikian, apa tujuan yang ingin diraih setelah melukannya?

Apakah ketakwaan yang merupakan karakter para nabi, shiddiqin, shuhada, shaalihin yang akan menempati surga-surga Allah ta’ala?

Atau hanya tujuan biasa ala kadarnya, seperti baju baru untuk hari lebaran, atau tunjangan hari raya dan semisalnya?

Setiap kita harus memilih mana tujuan yang terbaik, kemudian fahamilah bahwa tujuan terbaik tersebut tidak akan tercapai kecuali dengan tekad, kesungguhan dan pengorbanan yang terbaik pula.

Antara puasa dan jihad

Kembali kepada dua ayat yang lalu, diantara poin penting dari keduanya adalah pujian bagi ibadah jihad dan para mujahidin dijalan Allah, Dimana Allah ta’ala menjadikannya salah satu ciri khas mukmin yang sejati.

Mengapa demikian?

Karena para mujahid dijalan Allah ta’ala telah melewati ke empat kiat-kiat yang telah dipaparkan, dari merekalah kita belajar dan mengikuti, maka tidak mengherankan bila para mujahidin dimasa keJayaan mereka mampu menorehkan kemenangan gemilang pada sepuluh peperangan besar dibulan puasa.

Oleh karena itu menghadirkan ruh jihad dalam ibadah puasa serta menerapakan empat kiat yang telah dibahas, dengan izin Allah ta’ala sangat membantu untuk mewujudkan tujuan puasa, agar setiap kali setelah melakukannya pribadi kita menjadi lebih baik.

Wallahu ‘alam bisshowab.

Ridwan Nursalam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?