Tarbawi

Meniti Sunah Nabi di Bulan Syakban Sebagai Bekal Kehidupan

Meniti Sunah Nabi di Bulan Syakban Sebagai Bekal Kehidupan.

Oleh: Rusdy Qasim, Lc

الحمد لله الذي بعث نبيه رحمةً للعالمين، وجعل سنته نورًا للسالكين، ودستورًا لمن أراد النجاة في الدنيا والفوز في الآخرة. نحمده حمدًا يليق بجلاله، ونشكره على نعمه و فضله، ونسأله أن يثبتنا على طريق الهدى و سنة نبيه المصطفى، أما بعد

Setiap jejak yang ditinggalkan Rasulullah bukanlah sekadar kisah, melainkan pelajaran berharga bagi kehidupan. Sunah yang beliau ajarkan bukan hanya ritual semata, tetapi syariat indah penuh hikmah. Sebab, ciri khas dari Agama yang indah ini, bahwa setiap perintah maupun larangan yang ada di dalamnya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Sehingga, setiap ibadah yang diperintahkan kepada kita sangatlah sarat akan nilai. Nilai yang senantiasa selaras dengan kehidupan kita, sebab sunah atau petunjuknya bak kompas dalam menjalani kehidupan dunia. olehnya itu, setiap sunah yang menjadi tuntunan mulia itu harus dihidupkan dalam setiap aspek kehidupan. Sunah-sunah itu bisa kita temukan di musim-musim kebaikan, di antaranya adalah bulan syakban. Meski syakban merupakan di antara musim-musim kebaikan, namun bulan ini sering kali dilalaikan oleh manusia. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Itulah bulan (Syakban) yang manusia lalai darinya sebab ia terletak antara Rajab dan Ramadan. Pada bulan inilah amalan-amalan diangkat kepada Rabb semesta alam, dan sungguh aku menyukai ketika amalan-amalanku diangkat sedang aku tengah mengerjakan ibadah puasa.” [H.R. Nasa’i. No. 2357, dan dihasankan oleh al-Albani dalam karyanya al-Shahihah, no. 1898]

Baca Juga  Aku Rela Menjual Mataku

Pada hadis di atas, Nabi mengabarkan kepada kita bahwa syakban adalah bulan yang sering kali dilalaikan manusia, sebab ia diapit oleh bulan istimewa, rajab sebagai salah satu dari empat bulan haram, serta ramadan bulan yang penuh keberkahan. Padahal, bulan syakban adalah bulan diangkatnya amalan kepada Allah, juga bulan yang nabi senantiasa mengisinya dengan ibadah kepada Allah. Dan jika ada satu ibadah yang begitu ia tekankan di bulan Syakban, maka itu adalah puasa. 

Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata:

وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Syakban.”

(H.R. Bukhari. No. 1969, dan Muslim, no. 1156, lafaz tersebut darinya) 

Dan dalam riwayat yang lain, Aisyah radhiyallahu anha berkata:

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا

“Saya tidak pernah melihatnya melakukan puasa sunah sebanyak di bulan Syakban. Dia terus berpuasa di bulan Syakban kecuali beberapa hari.”

(H.R. Bukhari, no. 1970 dan Muslim, no. 1156, lafaz tersebut darinya) 

Tentu bukan tanpa alasan, kenapa Nabi memilih puasa sebagai ibadah yang beliau lazimkan di bulan syakban. Dari riwayat-riwayat di atas kita dapati bahwa beliau begitu menjaga ibadah yang satu ini. Dalam al quran, Allah berfirman tentang kewajiban puasa, di mana puasa menjadi wasilah meraih derajat takwa:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Baca Juga  Petunjuk Nabi ﷺ dalam Mendidik (Bag. 6)

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Takwa ini menjadi bekal terbaik menuju kampung akhirat, dan bisa diperoleh dengan menjalankan ibadah puasa sesuai tuntunan syariat. 

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal!” (QS. Al-Baqarah: 197)

ketakwaan yang bisa diraih dengan ibadah puasa ini dapat memperbaiki semua domain dalam kehidupan kita, baik yang bersifat spiritual, moral, sosial, ekonomi, maupun psikologis. Sebab puasa adalah sekolah kehidupan yang mengajarkan kita bagaimana menghadapi perjalanan hidup dengan ketahanan, kesabaran, dan kedisiplinan. Ia bukan hanya tentang menahan lapar dan haus saja, tetapi juga membentuk karakter dan mentalitas yang kuat untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Puasa mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini adalah perjalanan menuju Allah, di mana setiap dari kita akan menghadapi berbagai ujian, baik yang bersifat fisik, mental, maupun spiritual. Dalam perjalanan itu, seseorang membutuhkan bekal agar tetap teguh dan istikamah. Bekal itu adalah ketakwaan, dan puasa adalah salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan ketakwaan. Puasa mengajarkan kita untuk bisa membelenggu keburukan hawa nafsu dan syahwat, juga melatih agar kita bisa disiplin, konsisten, dan bersabar di atas ketaatan dan bersabar menahan godaan meniti jalan maksiat hingga terbenamnya matahari. Sehingga, tidaklah berlebihan jika kita mengibaratkan puasa sebagai miniatur kehidupan dunia ini. Kita dituntut untuk menjalaninya sesuai apa yang Allah gariskan, hingga kita memperoleh manisnya berbuka dan manisnya surga sebagai balasan terindah setelah bersabar di atas ketaatan dan bersabar menahan godaan syahwat dan buruknya hawa nafsu. 

Baca Juga  Menjemput Hati Yang Lapang (3)

Semoga Allah senantiasa menjadikan kita hamba-hamba yang menerima kebenaran lalu menjalankannya sepenuh hati. 

Wallahu Ta’ala A’lam. 

Rusdy Qasim, Lc.

Alumni S1, Jurusan Hadis Syarif, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?