Sifat-sifat Hamba Ar-Rahman (Sifat Kesepuluh)
وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
“…serta apabila mereka berpapasan dengan (orang-orang) yang berbuat sia-sia, mereka berlalu dengan menjaga kehormatannya.” (QS. Al-Furqān : 72).
Ibnu Al-Qayyim berkata,
Al-Laghwu (اللغو) menurut etimologi adalah segala yang tidak dimanfaatkan dan dibuang. Makna ayat ini ialah mereka tidak menghadiri perkumpulan-perkumpulan yang tidak benar, jika mereka menjumpai segala hal yang tidak bermanfaat (baik itu berupa ucapan atau tindakan), mereka pun memuliakan diri mereka dengan tidak berhenti dan condong kepada hal tersebut. Termasuk pula di dalamnya hari-hari besar orang musyrik (sebagaimana yang ditafsirkan oleh para salaf), nyanyian, dan segala jenis bentuk kebatilan. Az-Zajjāj berkata, ‘Mereka tidak bergabung dengan pelaku maksiat, tidak menyokongnya, mereka pun berlalu dengan seperti orang terhormat yang tidak rida dengan perbuatan yang tidak bermanfaat karena mereka memuliakan diri mereka dengan tidak bergabung dan bercampur dengan pelaku kemaksiatan’.”[1]
Jika sekiranya mereka diuji dengan menjumpai orang-orang pandir tanpa sengaja, mereka tidak mendampingi orang-orang itu dalam kesia-siaan yang dikerjakan. Mereka pun menjaga nama baik mereka lahir dan batin. Jika mereka dihampiri oleh orang-orang pandir itu, Allah telah menjelaskan bagaimana keadaan mereka pada ayat terdahulu,
وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
“…apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.” (QS. Al-Furqān : 63)
Ini adalah satu keadaan dan sebelumnya adalah satu keadaan yang lain, di setiap keadaan ada penyikapan tertentu.