Ilmu

Sifat Penuntut Ilmu

قال الآجُرِّيُّ رحمه الله في وصف طالب العلم:

Al-Ājurri رحمه الله berkata tentang sifat penuntut ilmu:

أَنْ يَأْمَنَ شَرَّهُ مَنْ خَالَطَهُ

Orang yang bergaul dengannya merasa aman dari keburukannya.

وَيَأْمُلَ خَيْرَهُ مَنْ صَاحَبَهُ

Teman yang bersamanya mengharap kebaikannya.

وَلَا يُؤَاخَذَ بِالْعَثَرَاتِ

Ia tidak mempermasalahkan kesalahan kecil orang lain.

وَلَا يُشِيعَ الذُّنُوبَ عَنْ غَيْرِهِ

Ia tidak menyebarkan dosa orang lain.

وَلَا يَقْطَعَ بِالْبَلَاغَاتِ

Ia tidak langsung mempercayai berita-berita yang belum pasti.

وَلَا يُفْشِيَ سِرَّ مَنْ عَادَاهُ

Ia tidak menyingkap rahasia musuhnya.

وَلَا يَنْتَصِرَ مِنْهُ بِغَيْرِ حَقٍّ

Ia tidak membalas dengan kebatilan.

وَيَعْفُو وَيَصْفَحُ عَنْهُ

Ia memaafkan dan melapangkan dada terhadapnya.

ذَلِيلٌ لِلْحَقِّ عَزِيزٌ عَنِ الْبَاطِلِ

Ia rendah hati terhadap kebenaran, namun mulia di hadapan kebatilan.

كَاظِمٌ لِلْغَيْظِ عَمَّنْ آذَاهُ

Ia menahan amarah terhadap orang yang menyakitinya.

شَدِيدُ الْبُغْضِ لِمَنْ عَصَى مَوْلَاهُ

Ia sangat membenci orang yang durhaka kepada Tuhannya.

يُجِيبُ السَّفِيهَ بِالصَّمْتِ عَنْهُ، وَالْعَالِمَ بِالْقَبُولِ مِنْهُ

Ia menjawab orang bodoh dengan diam, dan menerima perkataan orang berilmu dengan lapang hati.

لَا مُدَاهِنٌ، وَلَا مُشَاحِنٌ، وَلَا مُخْتَالٌ، وَلَا حَسُودٌ، وَلَا حَقُودٌ، وَلَا سَفِيهٌ، وَلَا جَافٍ، وَلَا فَظٌّ، وَلَا غَلِيظٌ، وَلَا طَعَّانٌ، وَلَا لَعَّانٌ، وَلَا مُغْتَابٌ، وَلَا سَبَّابٌ.

Ia bukan orang yang munafik, bukan pembenci, bukan sombong, bukan pendengki, bukan pendendam, bukan bodoh, bukan kasar, bukan keras, bukan suka mencela, bukan pelaknat, bukan penggunjing, dan bukan pencaci maki.

يُخَالِطُ مِنَ الْإِخْوَانِ مَنْ عَاوَنَهُ عَلَى طَاعَةِ رَبِّهِ، وَنَهَاهُ عَمَّا يَكْرَهُ مَوْلَاهُ.

Ia bergaul dengan saudara-saudara seiman yang menolongnya untuk taat kepada Rabbnya dan mencegahnya dari hal yang dibenci oleh Tuhannya.

وَيُخَالِقُ بِالْجَمِيلِ مَنْ لَا يَأْمَنُ شَرَّهُ، إِبْقَاءً عَلَى دِينِهِ.

Ia berinteraksi dengan baik kepada orang yang ia tidak aman dari kejahatannya — demi menjaga agamanya.

سَلِيمُ الْقَلْبِ لِلْعِبَادِ مِنَ الْغِلِّ وَالْحَسَدِ.

Ia bersih hati terhadap sesama hamba Allah dari kedengkian dan iri hati.

يَغْلِبُ عَلَى قَلْبِهِ حُسْنُ الظَّنِّ بِالْمُؤْمِنِينَ فِي كُلِّ مَا أُمْكِنَ فِيهِ الْعُذْرُ.

Ia lebih suka berbaik sangka kepada orang-orang beriman selama masih memungkinkan untuk memberi uzur.

لَا يُحِبُّ زَوَالَ النِّعَمِ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الْعِبَادِ.

Ia tidak suka kenikmatan orang lain hilang darinya.

يُدَارِي جَهْلَ مَنْ عَامَلَهُ بِرِفْقِهِ.

Ia menghadapi kebodohan orang lain dengan kelembutan.

إِذَا تَعَجَّبَ مِنْ جَهْلِ غَيْرِهِ، ذَكَرَ أَنَّ جَهْلَهُ أَكْثَرُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Bila ia heran atas kebodohan orang lain, ia segera mengingat bahwa kebodohannya terhadap urusannya dengan Allah jauh lebih besar.

لَا يُتَوَقَّعُ لَهُ بَائِقَةٌ.

Tidak diharapkan darinya kejahatan.

وَلَا يُخَافُ مِنْهُ غَائِلَةٌ.

Tidak ada yang perlu takut akan bahayanya.

النَّاسُ مِنْهُ فِي رَاحَةٍ، وَنَفْسُهُ مِنْهُ فِي جَهْدٍ.

Manusia merasa tenang darinya, sementara dirinya sendiri bersusah payah menahan dirinya (agar tidak menzalimi).

📖 أَخْلَاقُ الْعُلَمَاءِ (ص ٢٣٩–٢٤٠)

Kitab “Akhlaq al-‘Ulamā’” (hal. 239–240).

Berian Muntaqo Fatkhuri, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Qassim University, KSA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button