Akhlak Ulama

*Abu Bakar Al-Ajurri rahimahullah dan kitabnya Akhlaqul Ulama*
Al-Ajurri (bahasa Arab: الآجري) adalah seorang imam ahlus sunnah yang hidup pada abad ke-4 Hijriyah. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Al Husein bin Abdillah Al-Baghdadi Al-Ajurri, kunyahnya Abu Bakr. Ia berasal dari desa Darbal Ajur di bagian barat kota Baghdad. Setelah belajar dari banyak ulama di Irak, ia pindah ke Mekkah dan menjadi orang yang diambil ilmunya disana. Di Mekkah ia tinggal selama 30 tahun hingga wafatnya pada tahun 320 H. Menurut sebagian ulama ia bermzhab Syafi’i dan sebagian yang lain menyatakan ia bermazhab Hambali.
Imam Al-Ajurri memiliki banyak guru dan murid. Guru terbesarnya ialah Al-Hafizh Ibrahim bin Abdillah bin Muslim bin Ma’iz Abul Muslim Al-Bashri Al-Kajji (190 H-292 H) yang meninggal di Baghdad lalu dimakamkan di Bashrah. Juga Abu Bakr Abdullah bin Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani (230 H-316 H) yang menjadi syeikh di Baghdad. Sedangkan di antara muridnya ialah Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al Mihrani Al-Ashbahani (336 H-425 H) penulis kitab Al-Hilyah, dan yang selain mereka.
Imam Al-Ajurri meninggalkan banyak karya tulis, sebagian dapat ditemukan cetak ulangnya pada masa ini, sebagian masih berupa manuskrip (6 judul), dan sebagian lagi hilang (18 judul):
– Akhlaq Ahlil Qur’an
– Akhlaqul Ulama
– Akhbar Umar bin Abdil Aziz
– Al-Arba’in Haditsan
– Al-Ghuraba’
– Tahrimun Nard was Satranji wal Malahi
– Asy-Syari’ah
– At-Tashdiq bin Nadhar Ilallah
*Daftar Isi (فهرس الموضوعات) Kita Akhlaqul Ulama*
باب ذكر ما جاءت به السنن والآثار من فضل العلماء في الدنيا والآخرة
Bab tentang keterangan yang datang dalam Sunnah dan atsar mengenai keutamaan para ulama di dunia dan akhirat.
باب أوصاف العلماء الذين نفعهم الله بالعلم في الدنيا والآخرة
Bab tentang sifat-sifat para ulama yang ilmunya bermanfaat bagi mereka di dunia dan akhirat.
ذكر صفته في طلب العلم
Penjelasan tentang sifatnya dalam menuntut ilmu.
ذكر صفته في مشيه إلى العلماء
Penjelasan tentang adab dan sifatnya ketika berjalan menuju para ulama.
صفة مجالسته للعلماء
Sifat dan adabnya ketika duduk bersama para ulama.
صفته إذا عرف بالعلم
Sifatnya ketika ia telah dikenal sebagai orang berilmu.
ذكر صفة مناظرة هذا العالم
Penjelasan tentang sifat dan adabnya ketika berdiskusi atau berdebat dengan sesama ulama.
ذكر أخلاق هذا العالم ومعاشرته لمن عاشره من سائر الخلق
Penjelasan tentang akhlak ulama ini dan bagaimana pergaulannya dengan semua orang yang berinteraksi dengannya.
ذكر سؤال الله لأهل العلم عن علمهم ماذا عملوا فيه
Penjelasan tentang bagaimana Allah akan menanyai para ahli ilmu mengenai ilmu mereka dan apa yang mereka amalkan darinya.
كتاب أخلاق العالم الجاهل المفتتن بعلمه
Kitab tentang akhlak orang berilmu yang bodoh — yaitu yang terfitnah dengan ilmunya.
وصف من لم ينفعهم الله بالعلم
Deskripsi tentang orang-orang yang Allah tidak memberi manfaat kepada mereka dengan ilmu yang mereka miliki.
*Al-Ājurri رحمه الله berkata tentang akhlaq Ulama dan penuntut ilmu:*
ذِكْرُ أَخْلَاقِ هَذَا الْعَالِمِ وَمُعَاشَرَتِهِ لِمَنْ عَاشَرَهُ مِنْ سَائِرِ الْخَلْقِ
Penjelasan tentang akhlak ulama ini dan pergaulannya dengan semua orang yang berinteraksi dengannya.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ:
Muhammad bin al-Husain berkata:
«مَنْ كَانَتْ صِفَاتُهُ فِي عِلْمِهِ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُنَا لَهُ مِنْ أَخْلَاقِهِ ـ وَاللَّهُ أَعْلَمُ ـ»
“Barang siapa yang sifat-sifatnya dalam ilmu sesuai dengan apa yang telah kami sebutkan sebelumnya tentang akhlaknya — dan Allah-lah yang lebih mengetahui:
أَنْ يَأْمَنَ شَرَّهُ مَنْ خَالَطَهُ
Orang yang bergaul dengannya merasa aman dari keburukannya.
وَيَأْمُلَ خَيْرَهُ مَنْ صَاحَبَهُ
Teman yang bersamanya mengharap kebaikannya.
وَلَا يُؤَاخَذَ بِالْعَثَرَاتِ
Ia tidak mempermasalahkan kesalahan kecil orang lain.
وَلَا يُشِيعَ الذُّنُوبَ عَنْ غَيْرِهِ
Ia tidak menyebarkan dosa orang lain.
وَلَا يَقْطَعَ بِالْبَلَاغَاتِ
Ia tidak langsung mempercayai berita-berita yang belum pasti.
وَلَا يُفْشِيَ سِرَّ مَنْ عَادَاهُ
Ia tidak menyingkap rahasia musuhnya.
وَلَا يَنْتَصِرَ مِنْهُ بِغَيْرِ حَقٍّ
Ia tidak membalas dengan kebatilan.
وَيَعْفُو وَيَصْفَحُ عَنْهُ
Ia memaafkan dan melapangkan dada terhadapnya.
ذَلِيلٌ لِلْحَقِّ عَزِيزٌ عَنِ الْبَاطِلِ
Ia rendah hati terhadap kebenaran, namun mulia di hadapan kebatilan.
كَاظِمٌ لِلْغَيْظِ عَمَّنْ آذَاهُ
Ia menahan amarah terhadap orang yang menyakitinya.
شَدِيدُ الْبُغْضِ لِمَنْ عَصَى مَوْلَاهُ
Ia sangat membenci orang yang durhaka kepada Tuhannya.
يُجِيبُ السَّفِيهَ بِالصَّمْتِ عَنْهُ، وَالْعَالِمَ بِالْقَبُولِ مِنْهُ
Ia menjawab orang bodoh dengan diam, dan menerima perkataan orang berilmu dengan lapang hati.
لَا مُدَاهِنٌ، وَلَا مُشَاحِنٌ، وَلَا مُخْتَالٌ، وَلَا حَسُودٌ، وَلَا حَقُودٌ، وَلَا سَفِيهٌ، وَلَا جَافٍ، وَلَا فَظٌّ، وَلَا غَلِيظٌ، وَلَا طَعَّانٌ، وَلَا لَعَّانٌ، وَلَا مُغْتَابٌ، وَلَا سَبَّابٌ.
Ia bukan orang yang munafik, bukan pembenci, bukan sombong, bukan pendengki, bukan pendendam, bukan bodoh, bukan kasar, bukan keras, bukan suka mencela, bukan pelaknat, bukan penggunjing, dan bukan pencaci maki.
يُخَالِطُ مِنَ الْإِخْوَانِ مَنْ عَاوَنَهُ عَلَى طَاعَةِ رَبِّهِ، وَنَهَاهُ عَمَّا يَكْرَهُ مَوْلَاهُ.
Ia bergaul dengan saudara-saudara seiman yang menolongnya untuk taat kepada Rabbnya dan mencegahnya dari hal yang dibenci oleh Tuhannya.
وَيُخَالِقُ بِالْجَمِيلِ مَنْ لَا يَأْمَنُ شَرَّهُ، إِبْقَاءً عَلَى دِينِهِ.
Ia berinteraksi dengan baik kepada orang yang ia tidak aman dari kejahatannya — demi menjaga agamanya.
سَلِيمُ الْقَلْبِ لِلْعِبَادِ مِنَ الْغِلِّ وَالْحَسَدِ.
Ia bersih hati terhadap sesama hamba Allah dari kedengkian dan iri hati.
يَغْلِبُ عَلَى قَلْبِهِ حُسْنُ الظَّنِّ بِالْمُؤْمِنِينَ فِي كُلِّ مَا أُمْكِنَ فِيهِ الْعُذْرُ.
Ia lebih suka berbaik sangka kepada orang-orang beriman selama masih memungkinkan untuk memberi uzur.
لَا يُحِبُّ زَوَالَ النِّعَمِ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الْعِبَادِ.
Ia tidak suka kenikmatan orang lain hilang darinya.
يُدَارِي جَهْلَ مَنْ عَامَلَهُ بِرِفْقِهِ.
Ia menghadapi kebodohan orang lain dengan kelembutan.
إِذَا تَعَجَّبَ مِنْ جَهْلِ غَيْرِهِ، ذَكَرَ أَنَّ جَهْلَهُ أَكْثَرُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Bila ia heran atas kebodohan orang lain, ia segera mengingat bahwa kebodohannya terhadap urusannya dengan Allah jauh lebih besar.
لَا يُتَوَقَّعُ لَهُ بَائِقَةٌ.
Tidak diharapkan darinya kejahatan.
وَلَا يُخَافُ مِنْهُ غَائِلَةٌ.
Tidak ada yang perlu takut akan bahayanya.
النَّاسُ مِنْهُ فِي رَاحَةٍ، وَنَفْسُهُ مِنْهُ فِي جَهْدٍ.
Manusia merasa tenang darinya, sementara dirinya sendiri bersusah payah menahan dirinya (agar tidak menzalimi).
📖 أَخْلَاقُ الْعُلَمَاءِ (ص ٢٣٩–٢٤٠)
Kitab “Akhlaq al-‘Ulamā’” (hal. 64).
*Semoga bermanfaat*



