Tarbawi

Nikmat Tanpa Syukur (bag 2)

Anak Sebagai Nikmat

Jika Anda mendidik anak Anda dengan baik maka segala amal baik yang ia lakukan juga akan dimasukkan ke dalam timbangan amal kedua orang tuanya yang telah mendidik dan mengajarkannya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan dalam hadisnya menyemangati setiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik, “Sungguh seseorang diangkat derajatnya di surga hingga ia berkata, ‘Dari mana saya mendapatkan kemuliaan ini?’, lalu dikatakan kepadanya, ‘Dari istigfar anakmu untukmu’”. (Hadis Shahih dalam kitab Shahihul Jami’ hadis no. 1617)

Kebaikan anaknya yang saleh mengangkat derajat orang tuanya setelah mereka tidak bisa lagi beramal dan merasa putus asa atas keinginan mereka untuk dikembalikan ke dunia agar mereka bisa mengerjakan amal saleh yang dahulu tidak mereka lakukan. Sungguh ini merupakan investasi yang paling menguntungkan.

Apakah Anda mencintai anak Anda?

Jika Anda memang benar-benar mencintainya maka bekalilah ia dengan bekal yang dapat memberikan manfaat yang abadi dan jangan sekali-kali merasa cukup dengan bekal yang fana yang tidak sampai kepadanya di akhirat kelak.

Jika Anda mencintai anak Anda, ajarkan ia menghafal Al Quran, karena seorang anak jika ia hafal Al Quran maka kelak ia akan meletakkan di atas kepala kedua orang tuanya mahkota yang bercahaya seperti matahari, memakaikan kepada mereka pakaian berhiaskan perhiasan yang tidak ada bandingannya di dunia, sebagai balasan atas apa yang telah mereka berikan dan tanamkan pada anaknya. Bisa jadi inilah yang mendorong Umar bin Al Khattab radhiallahu anhu berkata, “Sungguh, saya memaksa diri saya untuk berjima’ dengan harapan agar kelak lahir seorang anak yang bertasbih kepada Allah.”

Kematian Anak yang Mengharukan

Baca Juga  Kunci-Kunci Khusyuk Dalam Salat (2)

Abu Ishaq mendekati anaknya Abdullah yang sedang menghadapi sakaratul maut, lalu ia menuntun anaknya untuk membaca syahadat, dan anaknya pun berhasil membaca syahadat yang kemudian setelah itu anaknya meninggal dunia. Abu Ishaq kemudian keluar menemui istrinya dan berkata, “Kabar gembira wahai istriku, anak kita telah meninggal dalam agama Islam dan ini akan menjadi bagian dari catatan amal kebaikanmu kelak, oleh karena itu pakailah wewangian dan pakaian terbaikmu lalu tunjukkan rasa bahagia dan syukurmu atas nikmat Allah.” Kemudian Abu Ishaq masuk ke kamarnya dan salat dua rakaat lalu memakai pakaian baru, kemudian ia pun keluar menemui orang-orang dalam keadaan berseri-seri.

Tidak hanya Abu Ishaq sendiri saja, begitu pula al Fudhail bin ‘Iyadh, sahabatnya Abu Ali al Razi menceritakan, “Aku telah membersamai al Fudhail bin ‘Iyadh selama 30 tahun, dan aku tidak pernah melihat ia tertawa bahagia kecuali hari di mana anaknya yang bernama Ali meninggal dunia, lalu aku pun bertanya kepadanya tentang sikapnya ini, dan ia menjawab, ‘Sungguh Allah mencintai sesuatu, maka aku pun mencintai sesuatu yang Allah cintai’”

Apa maksudnya?

Sebab kebahagiaannya ini adalah apa yang telah dikabarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Jika seorang anak meninggal, Allah berfirman kepada Malaikat Nya, ‘Apakah kalian mengambil anak dari hamba Ku?’, Malaikat menjawab, ‘Iya’, kemudian Allah berfirman, ‘Apakah kalian mengambil buah hati hamba Ku?’, Malaikat menjawab, ‘Iya’, Kemudian Allah berfirmna, ‘Apa yang dikatakan hamba Ku?’, Malaikat menjawab, ‘Ia memuji Mu dan berucap Innalilahi wa inna ilahi rajiun’, maka Allah pun berfirman, ‘Bangunkan untuk hamba Ku rumah di surga dan namai rumah itu dengan rumah al Hamd’”. (Hadis hasan, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 795)

Baca Juga  Aku Rela Menjual Mataku

Apakah Anda sudah menyadari sekarang, mengapa Allah menganugerahkan kepadamu keluarga dan keturunan wahai kepala keluarga? Karena anak-anak mu adalah permata. Abu Hamid Al Ghazali berkata, “Anak adalah amanah di tangan orang tuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang murni, bebas dari segala ukiran dan gambar. Hatinya dapat menerima apa saja yang diukir di atasnya, dan cenderung kepada segala sesuatu yang diarahkan kepadanya. Jika dia diajarkan kebaikan atau pendidikan yang baik, dia akan tumbuh dalam kebaikan dan beruntung di dunia dan akhirat, dan orang tuanya akan berbahagia. Namun, jika dia diajarkan keburukan dan diabaikan seperti hewan, dia akan menderita dan hancur, dan beban tersebut akan ditanggung oleh orang yang bertanggung jawab atasnya.”

(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?