Tarbawi

Nikmat Tanpa Syukur (bag 1)

Nikmat Tanpa Syukur

Berapa banyak mata yang seolah buta tak dapat melihat banyaknya nikmat, karenanya ia lalai dari rasa syukur maka hilangnya nikmat menjadi balasan baginya, jauh dari nikmat akhir dari keadaannya dan penderitaan menjadi teman duduknya, sepanjang waktu.

Harta

Harta sebagai nikmat

Allah taala memberikan harta agar Anda membeli surga dengannya (Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka) {Attaubah : 111}. Utsman bin Affan radhiyallahu anhu memahami makna ayat ini maka ia pun membeli surga sebanyak dua kali; pertama pada hari ia mendengar Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membiayai pasukan ‘usrah maka baginya surga”, maka ia pun membiayai pasukan tersebut, kedua saat ia mendengar Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mendanai penggalian sumur rumah maka baginya surga”, maka ia pun mendanai penggalian sumur itu, walaupun demikian Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata menceritakan kondisi Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, “Dahulu ketika kami masuk ke rumahnya, kami tidak dapat membedakan antara dia dan pembantunya”.

Saudaraku, Islam tidak melarang Anda untuk memiliki harta, bahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Harta yang paling baik diperuntukkan untuk hamba yang saleh” (Hadits sahih sebagaimana disebutkan dalam kitab al Silsilah al Dha’ifah nomor 2042), begitu pula Utsman bin Affan radhiyallahu anhu dahulu adalah seorang miliarder di kalangan para sahabat Nabi, namun apakah beliau pernah disibukkan oleh hartanya dari berjuang di jalan Allah taala? Tidak pernah sekalipun! Karena harta itu hanya berada di tangannya tidak sampai masuk ke hatinya dan juga sebab beliau tahu tujuan dari diciptakannya harta. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah taala berfirman, ‘Kami turunkan harta atas kalian untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat’” (Hadits sahih sebagaimana disebutkan dalam kitab al Silsilah al Dha’ifah nomor 1639).

Baca Juga  Petunjuk Nabi ﷺ dalam Mendidik (Bag. 6)

Nabi Sebagai Pendidik

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyembelih seekor kambing kemudian beliau menyedekahkan semua kecuali satu kaki depannya, lalu Aisyah radhiyallahu anha berkata, “Tidak ada yang tersisa kecuali kaki depan ini”, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperbaiki pernyataan beliau dengan sabdanya, “Semuanya tersisa kecuali kaki depan ini”. (Hadits shahih sebagaimana disebutkan dalam kitab al Silsilah al Dha’ifah nomor 2544)

Apa yang disedekahkan sejatinya itulah yang akan kekal selalu ada dan akan menerangi lubang kubur Anda serta memperluas wilayah Anda di surga, menjadi mahar khitbah Anda kepada para bidadari yang telah menunggu Anda dengan penuh kerinduan. Adapun yang tidak Anda sedekahkan maka tidak lama ia akan habis dan terkubur di bawah tanah.

Harta Sebagai Sumber Murka

Kebalikan dari kondisi di atas, harta juga bisa menjadi penyebab terbesar menyimpangnya seseorang dari jalan Allah taala, lalainya dari akhirat, sibuknya diri dengan hal yang fana dari pada perkara yang kekal sebagaimana yang sedang terjadi pada era kita sekarang, hal ini senada dengan sabda Nabi shalllallahu alaihi wa sallam, “Setiap umat memiliki ujian masing-masing, dan ujian bagi umatku adalah harta”. (Hadits shahih sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih al Jami’ al Shaghir nomor 2042)

Sungguh ketamakan manusia atas harta tidak akan pernah habis, bahkan jika ia telah memiliki dua lembah emas ia tetap akan mengharapkan lembah ketiga dengan ketamakannya sampai-sampai ia terdorong untuk mendapatkan harta dari segala macam cara termasuk cara yang diharamkan agar bertambah banyak lapisan daging haram dalam tubuhnya sampai jika telah penuh tubuhnya dengan daging haram maka tak ada cara untuk membersihkannya kecuali dengan api neraka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setiap tubuh yang tumbuh dari yang haram maka neraka adalah yang paling pantas untuknya”. (Hadits sahih sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih al Jami’ al Shaghir nomor 4519)

Baca Juga  Jangan Ragu Berbuat Baik Kepada Orang Tua

Pedagang yang Bertaubat

Suatu hari seorang anak kecil bernama al Harits al Muhasibi bermain dengan teman-temannya di depan toko kurma, lalu pemilik toko tersebut ingin mengusir anak-anak itu dari depan tokonya dengan cara memberikan kurma milik pembeli yang terjatuh dari kantongnya, lalu anak-anak tersebut pun pergi kecuali si al Muhasibi, dia memperhatikan si penjual mulai dari atas kepala sampai ujung kakinya lalu ia berbalik dan pergi. Kemudian si penjual mengejarnya dan berkata,”Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu pergi sampai engkau memberitahukan kepadaku apa yang ada di pikiranmu”, si Almuhasibi pun menjawab, “Wahai orang tua, apakah engkau selalu memberikan anak-anak kaum muslimin dengan yang haram? Begitu pula anak-anakmu? Jika aku berada di posisimu, pasti aku akan mencari pembeli tersebut sebagaimana seorang yang sangat kehausan mencari air sejuk”, kemudian anak itu berlari meninggalkan si penjual. Hal ini membuat si penjual tertegun dan berkata, “Demi Allah, aku tidak akan berjualan lagi setelah ini”.

(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?