Menggali Hikmah dari Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Ibnu Qayyim (Bag.1)

Menggali Hikmah dari Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Ibnu Qayyim
Kebaikan dan Takwa dalam Perspektif Ibnu Qayyim
- Allah berfirman,
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (2)} .
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan kezaliman (permusuhan). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Ma’idah: 2)
- Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa ayat ini mencakup semua kebaikan bagi umat manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, baik dalam hubungan mereka sesama manusia, maupun hubungan mereka dengan Tuhan mereka. (Halaman 4)
- Setiap hamba tidak lepas dari dua keadaan ini dan dua kewajiban ini: kewajiban antara dirinya dan Allah, dan kewajiban antara dirinya dan makhluk. (Halaman 4)
- Sebuah prinsip penting: Kebaikan (al-Birr) adalah bagian dari makna takwa, begitu juga takwa adalah bagian dari makna kebaikan. Keadaan keduanya yang tidak saling mencakup ketika keduanya disebut bersamaan, tidak berarti bahwa salah satunya tidak mencakup yang lain ketika disebut secara terpisah. (Halaman 5)
- Kebaikan (al-birr) adalah kata yang mencakup semua jenis kebaikan dan kesempurnaan yang diinginkan dari seorang hamba, sedangkan lawannya adalah “dosa” (al-itsm). (Halaman 6)
- Iman beserta bagian-bagiannya yang tampak maupun yang tersembunyi masuk ke dalam definisi kebaikan (al-birr). Tidak diragukan lagi bahwa takwa adalah bagian dari makna ini. (Halaman 6)
- Termasuk dalam pengertian kebaikan (al-birr) adalah iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Inilah lima pokok iman yang tidak ada keutuhan iman tanpa meyakininya. (Halaman 7)
- Dikatakan bahwa definisi takwa ialah mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan iman sembari mengharap pahala, baik dalam hal perintah maupun larangan. Mengerjakan perintah Allah dengan iman kepada perintah tersebut dan membenarkan janji-Nya, serta meninggalkan larangan Allah sembari mengimani larangan-Nya, dan takut akan ancaman-Nya. (Halaman 8)
- Takwa menurut Thalq bin Habib adalah beramal dengan ketaatan kepada Allah dengan cahaya dari Allah, mengharapkan pahala Allah, dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan cahaya dari Allah, dengan takut akan siksa Allah.” (Halaman 9)
- Ini adalah salah satu penjelasan terbaik mengenai takwa, karena setiap amal pasti memiliki asal dan tujuan. Tidak akan ada amal yang dianggap sebagai ketaatan dan taqarub kepada Allah kecuali jika asalnya berasal dari iman. Oleh karena itu, dorongan untuk melakukannya harus murni karena iman, bukan karena kebiasaan, nafsu, mencari pujian, kehormatan, atau hal lainnya. Sebaliknya, amal tersebut harus dimulai dengan iman murni, dan tujuannya adalah untuk mendapatkan pahala dari Allah dan mencari keridhaan-Nya, yang dikenal dengan istilah ihtisab (mengharap balasan dari Allah).
- Lantas apakah perbedaan antara kebaikan (al-birr) dan takwa (al-taqwa) ketika keduanya disebut bersama seperti dalam ayat? Allah berfirman “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa”. (QS. Al-Ma’idah: 2), perbedaan antara keduanya adalah perbedaan antara sebab yang diinginkan untuk tujuan tertentu dan tujuan itu sendiri. Yang diinginkan dari kebaikan (al-birr) adalah kebaikan itu sendiri, karena kebaikan adalah kesempurnaan dan kebaikan seorang hamba yang tidak ada kebaikan dirinya tanpa itu. Sedangkan takwa adalah jalan yang mengarah pada kebaikan, dan merupakan sarana untuk mencapainya. (Halaman 10)
- Tujuan dari interaksi antar manusia adalah untuk saling bekerja sama dalam kebaikan dan takwa, setiap orang saling membantu orang lain dalam hal ini, baik melalui ilmu maupun amal. Seorang hamba tidak dapat mengilmui kebaikan dan ketakawaan dengan sendirinya begitu saja Ia pun juga tidak mampu mengerjakan semua kebaikan sendirian. Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala menghendaki bahwa umat manusia saling bergantung satu sama lain dan saling membantu. (Halaman 12-13)
Perbedaan antara dosa dan Kezaliman
Dosa dan kezaliman pada sisi larangan adalah lawan dari kebaikan dan ketakwaan pada sisi perintah. Perbedaan antara dosa (الإثم) dan kezaliman (العدوان) adalah seperti perbedaan antara apa yang diharamkan karena jenisnya dan apa yang diharamkan karena melampaui batas. Dosa (الإثم) adalah segala sesuatu yang diharamkan karena sifat atau jenisnya. Sedangkan kezaliman (العدوان) adalah sesuatu yang diharamkan karena melampaui batas yang telah ditentukan, yaitu melakukan lebih dari yang diizinkan oleh Allah. Sebagai contoh, zina, meminum alkohol, mencuri, dan sejenisnya adalah dosa (الإثم) karena perbuatan tersebut haram karena sifatnya. Sementara itu, menikahi istri kelima, atau mengambil hak orang lain lebih dari yang seharusnya, adalah bentuk kezaliman (العدوان) karena melampaui hak yang telah diizinkan oleh Allah.



