Motivasi Islami

Kunci-Kunci Khusyuk Dalam Salat (9)

Ketujuh: Hadis ‘Ammar bin Yasir radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seseorang ada yang selesai dari salatnya namun tidak dicatat baginya pahala salat kecuali sepersepuluhnya atau sepersembilannya atau seperdelapannya atau sepersetujuhnya atau seperenamnya atau seperlimanya atau seperempatnya atau sepertiganya atau setengahnya”[1].

Maksud dari hadis di atas adalah bahwa seseorang bisa keluar dari salatnya tapi tidak dicatat baginya pahala salat kecuali sepersepuluh atau sepersembilan atau seperdelapan dan seterusnya, bahkan bisa jadi ia tidak mendapatkan pahala dari salat yang ia kerjakan[2]. Salatnya itu meskipun secara zahir diganjar dan tanpa diperintahkan untuk mengulanginya akan tetapi tentu berbeda antara yang rugi dan tidak.

Karena salat tanpa khusyuk di dalamnya bagaikan jasad tanpa ruh di dalamnya. Tidakkah seorang hamba malu menghadiahkan kepada rajanya atau tuannya suatu pemberian seperti ini -yaitu seperti hamba mati atau budak yang mati-? Demikianlah salat yang kosong dari khusyuk dan kehadiran hati. Keadaannya seperti orang mati yang ingin menghadiahkan sesuatu maka Allah tidak akan menerimanya. Oleh karena itu, meskipun gugur kewajiban salatnya dalam hukum dunia, namun tidak sama dengan salat yang, karena seorang hamba tidak mendapatkan (pahala) dari salatnya kecuali pada bagian yang ia khusyuk di dalamnya[3].

Kedelapan: Hadis Abdullah bin asy Syikhkhir radiallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah salat dan dari dadanya terdengar suara seperti suara air mendidih karena tangisannya”[4].

 Dalam hadis ini terdapat penjelasan bahwa di antara pengaruh khusyuk dalam salat adalah menangis karena takut kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang  tetap salat dan terdengar dari dadanya suara seperti suara air mendidih karena menangis, dan itu tidak aneh karena siapa yang lebih mengenal Allah maka ia akan lebih takut kepadanya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya -wahai kaum muslimin- untuk mencontohi kekasih kalian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada salat beliau, walaupun belum mampu untuk khusyuk secara sempurna akan tetapi minimal engkau hadirkan hatimu dan berusaha semaksimal mungkin menjauhkan was-was dan bisikan-bisikan luar yang dapat mengganggu dari salat.

Kesembilan: Hadis Ali bin Abi Talib radiallahu ‘anhu, ia berkata: “Pada perang badar tidak ada di antara kami yang menunggang kuda kecuali Miqdad. Dan tidak ada diantara kami kecuali tertidur kecuali Rasulullah yang berada di bawah pohon melaksanakan salat dan menangis sampai subuh”[5].

Hadis ini menunjukkan konsistennya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjaga salat malamnya dengan penuh khusyuk sebagai bentuk pengamalan dari perintah Tuhannya, sebagaimana firman-Nya:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Artinya: “Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. QS. Al Isra: 79.

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, maka setiap muslim lebih membutuhkan ibadah tersebut dengan penuh rasa takut, khusyuk dan tunduk.

Yang menjadi poin dari hadis di atas adalah perkataan Ali “Beliau (Rasulullah) salat dan menangis sampai subuh” dan ini menunjukkan bahwa menangis adalah buah dari rasa takut kepada Allah, ini adalah kebiasaan orang-orang saleh dan petunjuk para wali Allah yang bertakwa.

Ka’ab al Ahbar berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh aku lebih menyukai tetesan air mataku yang jatuh di atas pipiku karena takut kepada Allah daripada aku memiliki emas yang aku sedekahkan”[6].

Dan telah datang dalam AL Quran pujian bagi orang-orang yang menangis dalam sujud mereka karena takut kepada Allah, Allah berfirman:

وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا

Artinya: “Mereka menyungkurkan wajah seraya menangis dan ia (Al-Qur’an) menambah kekhusyukan mereka”. QS. Al Isra: 109.

Dan juga firman Allah:

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَ ۖوَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis”. QS. Maryam: 58[7].

Dan apabila mata telah terhalang dari menangis karena takut kepada Allah, maka ketahuilah bahwa hal itu disebabkan oleh kerasnya hati. Dan tidak ada yang lebih jauh dari Allah dari pada hati yang keras[8].

[1]. Abu Daud (3/3) No.796, Ahmad (31/189) No.18894.Disahihkan oleh al Iraqi dalam kitabnya Takhriij Ahaadis al Ihya (1/364) serta dihasankan oleh Albani dalam kitabnya Sahiih al Jami (1/335).

[2]. Lihat: Aun al Mabud (3/3).

[3]. Lihat: Wabil as Sayyib Hal.14.

[4]. Ahmad (26/238) No.16312, Abu Daud (1/238) No. 904, Tirmidzi dalam Syamaail No. 305, Nasaai (3/13) melalui jalur Tsabit dari Mutarrif dari ayahnya radiallahu anhu ia berkata: … Lalu ia menyebutkan hadis di atas.

Sanad hadis ini sahih, sebagaimana disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam sahihnya (2/53) dan juga Ibnu Hibban di dalam sahihnya (3/30), dan Nawawi dalam kitabnya al Khulasah (1/497), Ibnu Hajar berkata di dalam Fathul Baari (2/348): “Sanadnya kuat”.

[5]. Ahmad (2/299) No. 1023 melalui jalur Haritsah bin Mudhar dari Ali radiallahu anhu.

[6]. Ibnu Abi Syaibah dalam Musannafnya (7/226) No. 35544.

[7]. Fathul Bari karya Ibnu Rajab (6/263).

[8]. Badaai al Fawaaid (3/224).

Darul Idam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor Qassim University, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button