Akidah

Keutamaan dan Keistimewaan Sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

Semua orang yang pernah berjumpa dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam keadaan beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan muslim dikategorikan sebagai sahabatnya.

Meraka adalah orang-orang pilihan yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan. Mereka merupakan generasi yang tidak tertandingi dengan yang lainnya, meski generasi lainnya juga memiliki keistimewaan. Karena keistimewaan berjumpa dan berinteraksi langsung dengan Rasulullah hanya didapatkan oleh mereka saja.

Di antara keutamaan dan keistimewaan para sahabat adalah sebagai berikut:

  • Para Sahabat adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi murid dan pendamping Rasulullah.

Allah berfirman:

{ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى…}

Katakanlah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. (QS.An-Naml: 59).

Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (lihat: Tafsir At-Thabari, Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Al-Bagawi).

Orang-orang yang menjadi pendamping dan murid langsung Rasulullah benar-benar orang pilihan Allah. Menjadi pendamping Nabi bukan pilihan manusia, melainkan isthifa dari Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Imam Nawawi menyatakan: “Keutamaan bersahabat dengan Nabi, meskipun hanya sesaat tak tertandingi dan tidak dapat diraih dengan amal apapun. Karena persoalan keutamaan tidak diperoleh dengan jalan qiyas. Tapi hal itu merupakan kelebihan yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”  (al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Juz 16, hal. 93).

 Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu menjelaskan proses pemilihan tersebut: “Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba. Dan Allah mendapati hati Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (Musnad Imam Ahmad, Juz I, hal 379, no. 3600).

  • Para sahabat adalah orang-orang yang telah ditazkiyah dan dipuji oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah.

Dalam banyak ayat Alquran, Allah memuji dan mentazkiyah para sahabat, hingga Allah menyebutkan keridaanNya kepada mereka, menjanjikan sorga di akhirat dan kemenangan di dunia. Allah berfirman:

{ وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ }

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan merekapun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 100).

Baca Juga  Mengambil Manfaat Dari Musibah

{ لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18) وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا}

Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath: 18-19).

Ayat ini berkenaan dengan baiat ridwan yang diikuti oleh tidak kurang dari 1400 sahabat. Dan semua sahabat yang ikut dalam baiat tersebut telah mendapat keridaan dari Allah. Sedang keridaan Allah tidak diberikan kecuali kepada orang-orang telah diketahui akan terus melakukan hal-hal diridaiNya hingga wafat dalam keadaan beriman. Selanjutnya sahabat yang tidak ikut dalam baiat tersebut pun semuanya telah memperoleh ampunan Allah dan taubat mereka telah diterima di sisiNnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah pada ayat 4,5 dan 29 dari surat al-Fath dan ayat 117 dari surat at-Taubah yang menceritakan tentang peristiwa perang Tabuk yang diikuti oleh seluruh sahabat selain yang memiliki uzur, dan di luar dari sahabat yang mangkir dari perang tersebut yang juga telah mendapat ampunan tersendiri, yaitu Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayah dan Mararah bin Rabi’ sebagaimana disebutkan pada ayat ke 118 dari surat Attaubah.

Sedang dalam hadis, Nabi shallallahu alaihi wasallam memuji dan mentazkiyah para sahabat dengan bersabda:

«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ »  

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, lalu generasi sesudah mereka, kemudian generasi sesudahnya.” (Muttafaqun alaihi).

  • Para Sahabat adalah orang-orang yang paling mendalam ilmu agamanya.

Para sahabat adalah manusia-manusia yang paling paham perkataan dan perilaku Nabi. Merekalah manusia yang paling paham tentang Alquran dan sunnah Nabi, karena selain mereka menguasai seluk beluk Bahasa Arab yang merupakan bahasa Alquran dan sunnah, mereka juga menyaksikan proses turunnya wahyu tersebut. Mereka hidup dan berinteraksi dengan Nabi shallahu alaihi wasallam saat wahyu tersebut turun kepadanya. Sehingga mereka mengetahui waktu, tempat, konteks dan sebab turunnya ayat-ayat Alquran. Mereka juga melihat, mendengar dan menyaksikan perilaku Rasulullah secara langsung, sehingga mereka benar-benar memahami apa yang diinginkan oleh Allah dalam firman-Nya dan oleh Rasulullah dalam setiap sabdanya.

Imam Syafi’i menyatakan: “Mereka (Sahabat Nabi) telah membawa kepada kita sunnah-sunnah Rasulullah. Mereka menyaksikan Rasulullah saat wahyu turun kepadanya, sehingga mereka mengetahui apa yang diinginkan oleh Rasulullah; baik yang bersifat umum maupun khusus, yang berupa penegasan ataupun pengarahan.” (Manaqib al-Syafi’ karya Imam Baihaqi, Juz I, hal. 442)

  • Para sahabat adalah pembawa dan pengajar utama Alquran dan Sunnah, dan pengusung dakwah kepada generasi berikutnya.

Setiap ayat Alquran dan semua sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam hanya sampai kepada kita melalui perantaraan para sahabat. Merekalah yang pertama kali mendengar, menghafal, memahami ayat-ayat Alquran dan sunnah Rasulullullah sebelum mereka menyampaikan, mengajarkan dan mendakwahkan kepada murid-murid mereka dari kalangan tabi’in atau sesama mereka.

Baca Juga  Hampir Saja Jantungku Terbang

Salah satu bukti akurat tentang peran dan jasa mereka dalam menyampaikan Alquran dan sunnah adalah sanad qiraat Alquran dan sanad hadis. Qiraat Alquran, demikian juga hadis Rasul hanya dipandang sahih jika memiliki sanad yang bersambung kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam melalui jalur para sahabat. Tidak satu pun qiraah Alquran yang mutawatir dari Nabi shallallahu alaihi wasallam kecuali pasti melalui sanad yang bersambung kepada sahabat atau salah seorang sahabat yang mendengarkan bacaan tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Demikian pula halnya dengan hadis Nabi, tidaklah suatu hadis yang disandarkan kepada Rasulullah dipandang sahih jika tidak diriwayatkan dengan sanad yang bersambung kepada Nabi melalui jalur sahabat atau salah seorang sahabat.  Semua qiraat Alquran dan hadis yang disandarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam akan jatuh nilainya jika sanadnya tidak melalui salah seorang sahabat.

Ini adalah salah satu bukti peran dan jasa para sahabat dalam membawa panji Alquran dan sunnah. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam merupakan perantara antara manusia dengan Allah untuk sampainya wahyu kepada hambaNya. Demikian pula para sahabat merupakan perantara utama antara kita umat Islam dengan Nabi dalam menerima wahyu berupa Alquran dan sunnah.

  • Semua pujian Allah dan Rasulullah yang ditujukan kepada umat Islam pertama kali tertuju kepada para sahabat.

Karena posisi para sahabat sebagai generasi yang pertama beriman kepada Allah dan RasulNya pada waktu Nabi shallallahu alaihi wasallam diutus maka semua pujian Allah dan doa Rasulullah untuk umat Islam porsi pertama dan utamanya adalah untuk para sahabat. Karena mereka adalah orang-orang yang telah beriman di saat ayat yang berisi pujian tersebut turun. Ayat 110 dari surat Ali Imran misalnya, yaitu firman Allah:

{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali Imaran: 110)

Ayat ini, sekalipun berlaku umum untuk seluruh kaum muslimin yang memenuhi kriteria yang disebutkan dalam lanjutan ayat ini sebagaimana pendapat Ibnu Katsier, namun para sahabat lah yang pertama kali dan paling banyak mendapatkan pujian tersebut sebagai umat terbaik karena mereka lah yang dituju dengan khitab “Kamu adalah umat yang terbaik” di saat ayat ini turun. Karenanya Ibnu Abbas menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: “mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam dari Mekah ke Medinah”. (lihat: Tafsir At-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsier). Apalagi telah dipertegas oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa manusia terbaik adalah generasi yang beriman dan hidup bersama beliau dalam sabdanya:

«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ »  

Baca Juga  Bukan Sekedar Batu Akik

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, lalu generasi sesudah mereka, kemudian generasi sesudahnya.” (Muttafaqun alaihi)

Demikian halnya dengan sabda Rasullullah berikut:

«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ »

“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang telah mendengarkan hadis dari kami lalu dia menghafalnya hingga ia menyampaikannya kepada yang lain.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 303).

Sekalipun hadis yang bernilai doa ini berlaku umum, namun para sahabat adalah orang pertama dan utama yang mendapatkan manfaat dari doa ini. Karena posisinya sebagai orang yang pertama mendengar dan menyampaikan hadis Nabi sallallahu alaihi wasallam.

  • Para sahabat memiliki jasa terbesar kepada umat karena telah berkorban dengan jiwa dan hartanya demi membela agama Allah dan Rasul-Nya.

Telah banyak korban jiwa dalam peperangan melawan kaum kafir di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Khulafaur Rasyidin serta umaraul mukminin sesudahnya. Mereka rela mengorbankan jiwa dan hartanya demi untuk menerangi jalan hidup generasi sesudahnya. Mereka rela meninggalkan harta benda dan bisnisnya di Mekah demi memelihara keimanan dan membela Rasul dengan berhijrah ke Medinah. Setelah Rasulullah wafat, mereka bertebaran di muka bumi untuk memperjuangkan agama Allah dan mendakwahkan Islam hingga banyak di antara mereka wafat jauh tanah kelahirannya. Mereka berusaha menaklukkan negeri-negeri yang kelak dihuni dan dinikmati hasilnya oleh generasi muslim sesudahnya. Demikian tinggi jasa mereka kepada Islam dan kaum muslimin yang datang sesudahnya, dan demikian besar utang budi umat Islam kepada mereka. Sekiranya bukan karena perjuangan mereka bersama Rasulullah di masa hidupnya dan bersama dengan sesama sahabat dan tabiian setelah Rasululllah wafat maka Islam tidak akan sampai kepada kita hari ini.

Karenanya sangat wajar jika para ulama kukuh dalam mencintai, menghormati, membela dan mengagungkan kedudukan para sahabat, hingga mereka memasukkan pembahasan tentang sahabat ke dalam kitab-kitab akidah sebagai salah satu prinsip akidah yang harus diyakini dan diajarkan.

Inilah di antara poin-poin yang berkenaan dengan keutamaan dan keistimewaan para sahabat. Mereka adalah orang-orang pilihan yang dipilih oleh Allah untuk menjadi murid langsung dan pendamping Rasulullah, ditazkiyah dan dipuji oleh Allah dan RasulNya. Mereka merupakan sosok yang paling mendalam ilmu agamanya, paling berjasa dalam mengajarkan Alquran dan hadis Nabi, paling besar pengorbanannya dalam membela Nabi dan mempertahankan agama Islam sehingga wajar jika mereka diampuni, dipuji, dicintai dan dijamin masuk sorga sesuai dengan kadar iman dan amalan masing-masing.

Meski demikian, perlu dipahami bahwa mereka juga manusia biasa yang secara personal tidak maksum dari dosa dan kesalahan, akan tetapi karena kesungguhan iman, banyaknya amalan dan besarnya jasa mereka dalam membela Nabi dan mempertahankan agama maka Allah berkenan mengampuni dan meridainya mereka.

Salahuddin Guntung, Lc., MA., Ph.D.

Alumni S3, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?