Akhlak

Cara Menumbuhkan dan Menjaga Sifat Malu dan Muraqabatullah (Merasa Diawasi Allah) – Bag. 1

Saudaraku, malulah kepada Allah yang melihatmu saat kamu berdiri dan sujud. Tidakkah kamu tahu bahwa di antara sifat-sifat Allah adalah mengetahui curi-curi pandang yang lewat sepintas dan apa yang disembunyikan dalam hati, Allah memperhatikanmu baik dalam keadaan sendiri maupun di tengah keramaian, saat siang maupun malam hari. Allah senantiasa bersamamu di mana pun kamu berada.

Wahai yang berlarut-larut dan tenggelam dalam perbuatan dosa, tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah melihatmu?

Jika engkau melakukan dosa dalam kesendirian dan engkau menyadari bahwa Allah melihatmu sungguh engkau telah berani melawan perkara yang agung. Namun jika engkau mengira Allah tidak melihatmu, maka sesungguhnya engkau telah kafir keluar dari Islam.

Bagaimana cara menumbuhkan dan menjaga sifat malu dan muraqabatullah?

Pertama: Metode Sahal

Sahal bin Abdullah al Tastatri berkata, ”Dahulu saat berumur kecil aku pernah terbangun di malam hari dan aku melihat pamanku Muhammad bin Siwar sedang salat malam, setelah salat beliau bertanya kepadaku, ‘Wahai Sahal, apakah engkau tidak berzikir mengingat Allah?’, aku lalu bertanya, ‘Bagaimana caranya mengingat Allah?’, beliau menjawab, ‘Ucapkan dalam hatimu ketika hendak tidur sebanyak tiga kali tanpa menggerakkan bibir: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan segala tentangku’.”

“Setelah itu, aku pun melakukan hal tersebut pada setiap malam dan kemudian aku memberi tahu pamanku dan ia berkata, ‘Teruskan dan tambah menjadi 11 kali’, kemudian aku melakukan saran beliau dan sejak itu aku merasakan ketenangan dan rasa manis dalam hatiku. Setahun kemudian aku datang kepada beliau dan beliau berkata, ‘Jagalah amalan itu dan istikamahlah melakukannya sampai ajal menjemputmu, karena itu akan memberikan manfaat kepadamu di dunia dan akhirat’. Lalu aku pun melanjutkan aktivitas itu selama bertahun-tahun dan terakhir kali aku bertemu pamanku beliau bertanya kepadaku, ‘Wahai Sahal, jika Allah senantiasa bersama hamba, melihat dan menyaksikannya apakah hamba itu akan bermaksiat kepada-Nya?’.”

Baca Juga  Tunaikanlah amanahmu!

Wahai saudaraku, jika akal sudah dimabuk maksiat dan syahwat sudah menguasai sehingga dosa kian mendekat serta hati mulai gelap, ingatlah: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan perbuatanku.

Kedua: Menghadirkan Nikmat-nikmat Allah Atas Kita

Berapa kali kita terkena penyakit dan Allah sembuhkan kita? Kita tertimpa kesulitan dan Allah selamatkan kita, kita merasa lapar dan haus dan Allah beri kita makan dan minum, Allah uji kita dengan musibah untuk mengampuni dosa-dosa kita, Allah beri bencana untuk menghapus kesalahan-kesalahan kita, Allah jadikan kita sebagai seorang muslim sementara milyaran orang berada dalam kekufuran, Allah titipkan kenikmatan pendengaran, penglihatan dan ketenangan hati sedangkan banyak orang yang tidak mendapatkannya, kita terang-terangan bermaksiat padahal Allah mencintai kita.

Kita berbuat dosa dan Allah ampuni, Allah tutupi keburukan-keburukan kita, kita berbuat buruk dan Allah berbuat baik pada kita, kita berbuat dosa namun Allah terus memberi nikmat pada kita, kita putuskan hubungan dengan Allah namun Allah tetap memanggil kita.

Lisan kita bertutur keburukan namun Allah tidak menjadikan kita kehilangan nikmat berbicara. Pandangan kita kepada hal-hal haram namun Allah tidak membuat kita kehilangan penglihatan. Pendengaran kita mendengar keburukan namun Allah tidak menghilangkan nikmat pendengaran. Allah telah beri kita begitu banyak kenikmatan baik yang kita ketahui maupun yang tidak, nikmat yang terasa maupun yang tidak kita sadari, nikmat yang kita sudah terbiasa dengannya sehingga kita pun lupa bersyukur atasnya sampai-sampai kita tidak hargai kecuali ketika nikmat tersebut diambil dari kita.

Kisah Harun Al Rasyid dengan seorang penasihat

Suatu hari Muhammad bin Shabih yang dikenal dengan Ibnu Sammak menemui Khalifah Harun Al Rasyid dengan membawa segelas air kemudian dia berkata, “Wahai Harun Al Rasyid apa pendapatmu jika engkau dilarang minum segelas air ini, berapa banyak harta yang akan kau keluarkan untuk mendapatkannya?” Harun Al Rasyid menjawab, “Separuh dari semua hartaku”, lalu Muhammad melanjutkan, “Bagaimana jika engkau tidak bisa mengeluarkannya dari tubuhmu setelah meminumnya, berapa banyak harta yang akan engkau berikan?”, Harun menjawab, “Semua hartaku”, lalu Ibnu Sammak berkata, “Kekuasaan dan kerajaan yang bahkan tidak menyamai nikmat dari segelas air minum dan air seni.”

Baca Juga  Konsistensi Ibadah Pasca Ramadhan

Dua Puluh Empat Ribu Nikmat Setiap Hari

Ibnul Qayyim berkata, “Cukuplah nafas sebagai nikmat yang kecil yang hampir tidak dianggap oleh manusia, padahal seorang manusia bernafas sebanyak 24 ribu kali sehari semalam, dan setiap nikmat dari nikmat-nikmat ini harus kita syukuri.

Ketiga: Apa Posisi dan Kedudukanmu Dalam Kerajaan Allah?

Di antara hal yang dapat mendorong kita untuk berhias dengan rasa malu dan menjadi pribadi yang lebih bersyukur adalah mengetahui posisi dan kedudukan kita dalam besarnya jagat raya ini.

Dengarlah hadis pertama ini, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda, “Ukuran langit yang tujuh dibandingkan dengan kursi Allah seperti cincin yang dilemparkan di gurun pasir yang luas.” (Hadis sahih, kitab al Silsilah al Shahihah No. 109).

Tahukah engkau ukuran langit yang tujuh? Bacalah hadis kedua berikut, Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata, “Jarak di antara langit yang tujuh adalah perjalanan selama 500 tahun, dan jarak antara kursi dan air adalah 500 tahun, sedangkan arsy Allah berada di atas air dan Allah di atas arsy mengetahui segala sesuatu tentang perbuatanmu.”

Lalu bagaimana perbandingan antara kursi dan arsy? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ukuran arsy dibandingkan dengan kursi adalah seperti gurun pasir yang luas dengan cincin tadi.” (Hadis sahih, kitab al Silsilah al Shahihah No. 109).

Sekarang apakah engkau sudah mengetahui ukuran dan kedudukanmu wahai manusia? Engkau adalah bagian yang sangat kecil dari dunia ini yang bahkan tidak menyamai sayap nyamuk di sisi Allah, lalu mengapa engkau masih berani bermaksiat dan melampaui batas?

(Diterjemahkan dan disarikan dari kitab “Hibbi Ya Rihal Iman” karangan Doktor Khalid Abu Syadi)

Baca Juga  Cara Terbaik Menghadapi Cobaan Allah

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?