Tatsqif

Generasi Terbaik Dalam Sejarah Manusia

Segala puji hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala, selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, para keluarganya dan para sahabatnya yang mulia. Sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai akhir zaman, generasi manusia yang terbaik dan termulia di sisi Allah azza wajalla adalah generasi para sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Bagaimana tidak, hal itu sudah tercatat dalam Alquran maupun sunah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِﱠ

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” [QS. Ali Imran: 110].

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang setelahnya (para tabiin), kemudian yang setelahnya (para pengikut tabiin).” [HR. Bukhari: 2652 dan Muslim: 2533].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Mereka (para sahabat) adalah makhluk terbaik setelah para nabi, tidak ada yang seperti mereka, baik generasi yang telah berlalu maupun yang akan datang kemudian, dan sungguh mereka adalah generasi pilihan dari seluruh umat manusia”. [Al-Aqidah Al-Wasithiyah: Hal. 122]

Semua itu terbukti dengan keutamaan-keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada mereka, di antaranya:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan kabar gembira bahwa di antara mereka ada yang telah dijamin masuk surga, sebagaimana sabdanya, “Abu Bakr di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqash) di surga, Said (bin Zaid) di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga” [HR. Abu Dawud: 4650 dan Tirmizi: 3748].

Di antara mereka ada yang imannya sangat luar biasa, yaitu orang yang pertama masuk Islam dari kalangan pria dewasa, khalifah pertama kaum muslimin setelah wafatnya Nabi shallallahu alaihi wasallam. Umar bin Khattab radhiallahu anhu pernah berkata, “Andaikan iman Abu Bakar ditimbang dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya imannya lebih berat daripada iman mereka.” [HR. Al Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman: 35].

Di antara mereka ada yang ditakuti oleh setan, dia tegar dalam menegakkan keadilan, tegas dalam memberantas kezaliman. Dialah khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-shiddiq radhiallahu anhu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Umar bin Khattab, “Demi Allah, tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu tempat, kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.” [HR. Bukhari: 3294 dan Muslim: 2396].

Baca Juga  Bersikap Santun Kepada Fir'aun

 Di antara mereka, ada yang para malaikat malu kepadanya, dia seorang bangsawan yang dermawan, mengorbankan harta bendanya untuk berinfak di jalan Allah. Dialah khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda tentang Usman bin Affan, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat pun malu kepadanya.” [HR. Muslim: 2401].

Di antara mereka, ada yang membuat Arsy Allah bergetar ketika wafatnya, dia adalah pemimpin kaum Anshar dari suku Aus, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Bergetar[1] Arsy Ar-Rahman karena kematian Sa’ad bin Muaz” [HR. Bukhari: 3803 dan Muslim: 2366].

Di antara mereka, ada yang menjadi pemimpin penduduk surga, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jibril ‘alaihissalam memberi kabar gembira, bahwa Hasan dan Husain adalah pemimpin para pemuda penduduk surga, dan Fatimah adalah pemimpin wanita penduduk surga” [HR. Ahmad dalam Musnad: 23329].

Di antara mereka ada yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, panglima perang tak terkalahkan, yaitu Khalid bin Walid. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa untuknya, “Ya Allah, dia adalah pedang di antara pedang-pedang-Mu, tolonglah dia”, ketika itu Khalid dijuluki dengan Pedang Allah. [HR. Ahmad dalam Musnad: 22566].

Itulah generasi emas, generasi yang tiada tandingannya, Allah Subhanahu wata’ala telah rida kepada mereka sebagaimana dalam  firmannya,

 ﱡﭐرَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ﱠ

“Allah rida terhadap mereka, dan  mereka pun rida (merasa puas) terhadap (limpahan rahmat)-Nya” [QS. Al-Mujadalah: 22].

Semua itu pasti ada sebab yang menjadikan mereka memiliki keistimewaan khusus, memiliki keutamaan tersendiri, di antara sebab-sebab itu adalah:

Pertama: Beriman kepada Allah, menyuruh untuk berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.

Hal ini disebutkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ ﱠ

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kalian) menyuruh untuk berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” [QS. Ali-Imran: 110].

Baca Juga  Serial Fiqih I’tilaf (mendekatkan hati menuju persatuan)

Itulah kunci kemuliaan hamba di sisi Allah Ta’ala, begitulah sifat para sahabat, mulai dengan beriman kepada Allah, berbuat kebaikan dan menyuruh manusia untuk melakukannya. Mereka menjauhi perbuatan munkar dan menyeru manusia untuk meninggalkannya. Dengan begitu akan terwujud masyarakat yang damai, aman, sejahtera dan Allah akan bukakan pintu-pintu keberkahan baik dari langit maupun dari bumi.

Kedua: Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketaatan para sahabat dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan yang datang dari Allah dan Rasul-Nya di luar nalar manusia biasa. Ketika datang perintah mereka langsung melaksanakannya dan ketika datang larangan mereka langsung meninggalkannya.

Sebagai contoh, ketika turun ayat tentang kewajiban memakai hijab, Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita muhajirin, ketika Allah menurunkan ayat: (Hendaklah para wanita menjulurkan kerudung mereka ke dada-dada mereka) mereka langsung merobek sarung-sarung yang mereka miliki untuk dijadikan kerudung.” [HR. Bukhari: 4758].

Begitu pula ketika turun ayat tentang pengharaman minuman keras, para sahabat langsung menumpahkan seluruh arak yang ada di rumah mereka, sampai diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu anhu bahwa sebagian jalan di Madinah banjir dengan arak. [HR. Bukhari: 2464 dan Muslim: 1980].

Ketiga: Rendah hati dan hanya mengharap kemuliaan dari Allah.

Para sahabat tahu bahwa segala sesuatu hanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Oleh karenanya mereka tidak sombong dengan apa yang mereka miliki dan mereka mengakui bahwa dengan Islamlah kemuliaan itu datang.

Imam Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak meriwayatkan bahwa ketika Umar bin Khattab radhiallahu anhu datang ke Syam untuk menerima kunci Baitul Maqdis, dia turun dari untanya dan melepas kedua khufnya (sepatunya), lalu mengalungkannya di lehernya sambil menuntun untanya, kemudian Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ketika melihat itu dia merasa bahwa hal itu tidak pantas dengan kedudukannya sebagai Amirul mukminin, seraya berkata, “Wahai Amirul mukminin, kenapa engkau melakukan ini semua?”, Umar lalu menjawab, “Wahai Abu Ubaidah, kalau bukan kamu yang ngomong, sudah saya jadikan pelajaran untuk umat Nabi Muhammad, dulu kita kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kita dengan Islam, kalau kita mengharapkan kemuliaan selain dari itu, Allah akan menjadikan kita terhina.” [Al Mustadrak: 207]

Baca Juga  Urgensi Maslahat dalam Kebijakan Pemimpin

Keempat: Merasa bahwa diri mereka berlumuran dosa.

Hal itu seperti apa yang terjadi dengan Abu Bakar Ash- Shiddiq radhiallahu anhu. Imam Malik meriwayatkan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab masuk ke rumah Abu Bakar, lantas dia melihat Abu Bakar menarik-narik lidahnya, lalu Umar menegurnya, “Cukup, Allah telah mengampuni (dosa-dosa) mu”. Seketika itu Abu Bakar menjawab, “Lidah inilah yang menjerumuskanku ke dalam perbuatan dosa.” [HR. Malik dalam Al-Muwattha’: 2078]

Kelima: Percaya dengan kemenangan dari Allah.

Begitulah para sahabat, ketika berperang di jalan Allah, selalu percaya bahwa kemenangan datang dari Allah dan Dia pasti akan menolong hamba-hambanya yang menolong agama-Nya. Kepercayaan itu dibuktikan dengan kenyataan yang kita lihat, dengan tersebarnya Islam di sebagian belahan negara dunia disebabkan jihad para sahabat dalam menyebarkan Islam.

Sebagai contoh, Imam At-Thabari dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ketika Khalid bin Walid radhiallahu anhu sedang mengepung benteng salah satu kota di negeri Romawi, dia berkata, “Sungguh walaupun kalian di awan, niscaya Allah akan mengangkat kami atau menjatuhkan kalian untuk kami serbu”, lalu Allah memberikan kemenangan untuk kamu muslimin. [Tarikh At-Thabari: 3/601 dan Al-Bidayah wa Al-Niyahah: 9/650].

Ikutilah jejak para Sahabat radhiallahu anhum, merekalah panutan generasi-generasi yang datang setelahnya, dari merekalah akhlak-akhlak mulia Nabi shallallahu alaihi wasallam terpancar, walaupun kita tidak akan bisa seperti mereka, paling tidak mirip dengan mereka.

Hendaklah kita menguatkan iman kita kepada Allah, taat terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya, mengharapkan kemuliaan hanya dari-Nya, selalu meminta ampun kepada-Nya, menyuruh manusia untuk berbuat baik dan mencegah dari yang munkar. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kita kemuliaan dan mengembalikan kejayaan umat Islam seperti dahulu, percayalah bahwa kemuliaan dan kejayaan hanya datang dari Allah Subhanahu wata’ala.

[1] . Maksudnya: bergetarnya Arsy itu karena merasa bahagia dengan kedatangan ruh Sa’d, sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim (16/22).

Sadnanto. BA. MA

Kandidat Doktor Ulumul Hadis Universitas Islam Madinah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?