Syukur Kala Nikmat Menghampiri

Semua manusia diberikan nikmat oleh Allah Ta’ala dan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah nikmat iman dan Islam karena dengan sebab nikmat tersebut kita mampu melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta’ala. Oleh karna itu ketika penduduk surga menginjakkan kaki pertama mereka di dalam surga mereka mengucapkan:
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.” (QS. Al-A’raf: 43).
Seorang hamba tidak akan mampu menghitung nikmat Allah Ta’ala. Allah berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (QS. Ibrahim: 34).
Para ulama mengatakan: “Seseorang tidak akan dikatakan hamba yang pandai bersyukur kepada Allah Ta’ala kecuali dia mengumpulkan 3 bentuk kesyukuran.”
1. Bersyukur dengan hati
Bersyukur dengan hati dengan meyakini bahwasanya segala nikmat itu datangnya dari Allah Ta’ala dan tidak ada satu pun nikmat kecuali datangnya dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka (datangnya) dari Allah.” (QS. An Nahl: 53).
Ketika pertama kali mendapatkan suatu nikmat maka pertama kali yang harus dilakukan adalah bersyukur dengan hati lalu kembalikan kepada Allah bahwasanya kita tidak dapat merasakan nikmat tersebut kecuali taufik dari Allah Ta’ala.
2. Bersyukur dengan lisan
Di antara cara bersyukur dengan lisan selain memuji Allah Ta’ala atas nikmat tersebut adalah dengan menceritakan nikmat tersebut kepada orang lain dalam rangka untuk bersyukur kepada Allah bukan untuk berbangga dengan nikmat tersebut kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Adapun mengenai nikmat Rabbmu, maka ceritakanlah.” (QS. Adh-Dhuha: 11).
Namun hendaknya tidak menceritakan kepada setiap orang, akan tetapi ceritakanlah kepada orang yang kita percaya dan kenal dengan sifat dan akhlaknya serta keimanannya kepada Allah Ta’ala agar nikmat yang kita ceritakan tersebut tidak membuat seseorang menjadi hasad dan dengki. Sebagaimana Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dalam firman Allah Ta’ala:
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سَٰجِدِينَ* قَالَ يَٰبُنَىَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَىٰٓ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا۟ لَكَ كَيْدًا إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”. Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 4-5).
3. Bersyukur dengan anggota tubuh, mengerjakan amalan saleh dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Puncak dari kesyukuran adalah beramal dengan anggota tubuh dengan menggunakan nikmat tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Di dalam Alquran ketika Allah berbicara kepada Nabi Dawud ‘Alaihissalam di mana Nabi Dawud ‘Alaihissalam diberikan kerajaan oleh Allah Ta’ala gunung dan burung – burung ikut bertasbih bersamanya, lalu Allah perintahkan untuk bersyukur dengan beramal saleh, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
ٱعْمَلُوٓا۟ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ
“Wahai keluarga Dawud beramallah sebagai bentuk syukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali di antara para hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Begitu pula dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallambersama para sahabatnya dalam perang badar di mana jumlah kaum muslimin sebanyak 314 melawan 1000 pasukan kafir dan akhirnya kaum muslimin menang, setelah itu Allah Ta’ala mengingatkan kaum muslimin bahwa kemenangan pada perang Badar adalah salah satu nikmat yang besar yang harus disyukuri kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran: 123).
Dikisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallambanyak melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala sampai kaki beliau bengkak sebagaimana diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, dia berkata:
“Jika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallammelakukan salat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya, “Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?”, beliau lalu menjawab: “Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.” (HR. Al-Bukhari).
Kata para ulama bahwasanya semua nikmat yang tidak bisa mendekatkan diri kita kepada Allah ‘Azzawajalla maka itu bukan nikmat tetapi itu adalah bala atau musibah.
Wallahu A’lam.