Akidah

Syi’ah Sufistis II

B. KORELASI AGENDA POLITIK SYI’AH DAN AMERIKA

Syi’ah Sufistis adalah gerakan yang memperalat Sufisme untuk merealisasikan misi-misinya dan berusaha mengubah aliran Sufi menjadi kekuatan politik yang loyal kepada Iran dan antipati terhadap Islam. Syi’ah menjadikan tasawuf sebagai pintu gerbang untuk mempromosikan ideologi Rafidhah dan Zindiq ke tengah umat Islam.

Mereka juga percaya bahwa lingkungan yang dipenuhi dengan kaum Sufi adalah lahan subur untuk pertumbuhan Rafidhah. Seorang cendekiawan Irak pernah memaparkan laporan tentang rencana rahasia Rafidhisasi Mesir. Laporan tersebut mengungkapkan keyakinan Syi’ah bahwa Mesir adalah lahan subur untuk perkembangan Syi’ah karena banyaknya tarekat Sufi di sana, ditambah lagi bertebarannya situs mausoleum yang diklaim milik Ahlul Bait, seperti Husein dan Zainab. Didukung dengan populasi Kabilah Jaafirah yang berdomisili di Saeid, Mesir.

Muhammad Eldreny, warga Mesir yang berkonversi ke agama Syi’ah menyebutkan bahwa berdasarkan laporan perkembangan agama di Mesir yang dipublikasikan oleh Departemen Luar Negeri AS, populasi Syi’ah di Mesir mencapai 750.000 orang, namun Eldreny mengkalim populasi Syi’ah melebihi angka tersebut: “Kita harus memperhitungkan jutaan kaum Sufi Mesir yang menganut ideologi Syi’ah, sama halnya dengan Sudan dan negara-negara Afrika lainnya”, ungkapnya. Artinya ia mengungkapkan tentang realita Syi’ah Sufistis di Mesir, yakni mereka yang berpakaian Sufi dan berideologi Syi’ah[36].

Bahaya yang mengancam semakin besar ketika Amerika dan Barat ikut membiayai Aliran Sufisme yang notabene mengandung ‘janin Rafidhah Bathiniah’ dalam rahimnya. Dr. Abdul Wahhab al-Musairi menulis: “Dunia Barat dengan sengaja mendukung pergerakan kaum Sufi untuk memerangi Islam. Karya-karya Ibnu Arabi dan sya’ir-sya’ir Jalaluddin al-Rumi menjadi buku terlaris di sana. Kongres AS bidang kebebasan beragama telah merekomendasikan agar negara-negara Arab lebih serius lagi mendukung kaum Sufi. Dengan demikian budaya zuhud serta berpaling dari urusan duniawi begitu juga politik akan memperlemah kekuatan mereka melawan imperialisme Barat”[37].

Steven Rashmut [38], orientalis asal Jerman mengklaim: “Masa depan dunia Islam pasti akan menjadi milik aliran Sufi”[39].

Daniel Pipes[40] menulis: “Barat berusaha mendukung Sufisme agar dapat mengisi arena agama dan politik dengan ideologi pemisahan agama dan kehidupan, serta menjauhkan agama dari aspek ekonomi dan politik. Cara inilah yang dulu mereka terapkan untuk meminggirkan Kristen di Eropa dan AS”[41].

Pada musim panas tahun 2004 M, RAND Corporation[42] merilis laporan[43] yang mengarahkan pemerintah Amerika agar mendukung penyebaran Sufisme di kalangan masyarakat Islam[44].

Prof. Fahmi Huwaedi menanggapi laporan tersebut dengan sebuah artikel. Di antara tanggapan yang ia tulis: “Laporan tersebut secara vulgar mendukung tasawuf, yang intinya adalah kampanye kepada Islam pelarian[45] yang memfokuskan agama pada sisi ruhaniah saja. Secara lugas laporan ini menyatakan urgensi memperkokoh aliran Sufisme dengan menjadikan negara yang memiliki sejarah Sufistis sebagai pusat konsentrasi, dan memasukkan Sufisme dalam kurikulum pembelajaran. Bahkan ajakan tersebut lebih dipertegas lagi dengan ungkapan, ‘perhatian lebih besar harus diarahkan pada Islam Sufistis”[46].

Baca Juga  Menyembelih Sembelihan dalam Perspektif Akidah dan Fikih

Pada 24 Oktober 2003, Nixon Center[47] mengadakan konferensi keamanan nasional di Washington, dengan tujuan mengeksplorasi peran tasawuf yang berkaitan dengan visi politik luar negeri Amerika. Sidang berlangsung dalam tiga sesi dan salah satunya diadakan secara tertutup.

Sesi pertama, tentang tasawuf, sejarah, filsafat, dan kelompok.

Sesi kedua, tentang Sufisme di Eropa dan Asia[48].

Orientalis Bernard Lewis[49] mengungkapkan simpati mereka kepada Sufisme dikarenakan: “Sufisme menganggap asal semua agama adalah satu, memiliki tujuan yang sama, dan membawa satu misi. Mereka semua juga menyembah Tuhan yang sama, Tuhan berada di Masjid dan di Gereja”[50].

Pada tahun 2005, Surat Kabar US News merilis laporan bertajuk Hearts, Minds and Dollars, yang mengungkapkan strategi jitu untuk menembus dunia Islam. Dalam laporan ini diungkapkan: “Para penyusun strategi AS sampai pada keyakinan bahwa gerakan Sufisme dengan cabangnya yang terbentang di seluruh dunia bisa dijadikan salah satu senjata ampuh”. Majalah tersebut juga memberitakan bahwa Washington telah mendanai stasiun penyiaran radio dan TV serta berbagai seminar untuk menjajakan ‘Islam moderat’ di lebih dari 24 negara Islam[51].

Dubes AS di Kairo ikut menghadiri perayaan Maulid al-Badawi pada 16 Syawal 1426 H. Pada kesempatan itu ia mengungkapkan kekagumannya yang besar pada tokoh Sufisme. Disebutkan juga bahwa ia berafiliasi ke Tarekat Ahmadiah dan menjadi salah seorang murid di dalamnya, dengan mengambil ikrar dari salah seorang tokoh Sufi pada peringatan maulid Syekh al-Badawi[52].

Francis Ricciardone, Dubes AS untuk Mesir (periode 2005-2008) pernah mengadakan pertemuan dengan pemimpin tertinggi Sufisme Hassan Shinawi. Sedangkan Dubes AS di Maroko pernah ikut tarian Sufi di Rabat[53].

Sudah banyak tulisan ilmiah tentang perhatian besar dunia terhadap tasawuf. Fakta ini dipicu oleh berbagai hal, di antaranya:

1. Prasangka mayoritas manusia bahwa tasawuf adalah sumber sekaligus landasan toleransi terhadap pihak lain. Mereka lupa bahwa toleransi sejati yang bersih dari kesyirikan dan bid’ah ada pada Islam.

2. Konspirasi atas kaum muslim dengan memanfaatkan Sufisme untuk menyebarkan kebodohan dan mengabadikan keterbelakangan umat.

3. Mayorias kaum muslim tidak mengetahui eksistensi aliran Bathiniah yang bersembunyi di balik aliran Sufisme.

Sufisme dengan semua unsur dan elemennya saat ini bukan lagi golongan yang selalu bersembunyi di balik tembok. Mereka telah berubah menjadi organisasi besar lintas benua. Mesin politik dan organisasinya adalah Syi’ah Sufistis yang terkenal mahir berstrategi dan berkamuflase.

Baca Juga  Takwa

Untuk melawan gerakan ini kita membutuhkan dua hal:

Pertama, mengungkap bahaya besar aliran ini terhadap kaum muslim umumnya dan penganut tasawuf khususnya. Ideologi dan strategi mereka harus dijelaskan kepada umat, sebab mengetahui kondisi dan ideologi lawan adalah dasar utama untuk menjelaskan kebenaran kepadanya. Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam memberi tahu Mu’adz ibn Jabal tentang kondisi dan ideologi penduduk Yaman sebelum menjelaskan metode dakwah terhadap mereka. Beliau berpesan: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang Ahli Kitab, maka hendaklah perkara pertama yang kau serukan adalah ajakan beribadah kepada Allah”[54].

Kedua, menebarkan sunnah dan memerangi bid’ah dengan hikmah dan nasehat baik, sesuai firman Allah: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. an-Nahl: 125)

Juga firman Allah: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orangorang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata”. (QS. Yusuf: 108)

Kewajiban lain yang tak kalah penting adalah membuat riset dan kajian ilmiah tentang gerakan rahasia nan berbahaya yakni ‘Syi’ah Sufistis’ atau ‘Sufi Rafidhis’, tidak hanya sekedar komparasi ideologi, tetapi lebih fokus pada strategi dan konspirasi berbahaya aliran ini. Tentu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Studi lapangan tentang kondisi tasawuf di negara-negara yang terindikasi diserang aliran Syi’ah Sufistis.

2. Mendata dan memonitor majalah dan buletin Sufisme.

3. Mengumpulkan buku-buku referensi valid Sufisme.

4. Menemui tokoh-tokoh Sufi.

5. Memonitor aktivitas Sufisme modern.

6. Meneliti sarana dan metode yang diterapkan oleh aliran Bathiniah.

7. Mengenal ideologi-ideologi Bathiniah yang ada pada aliran & tarekat Sufi.

8. Mencari dan mendata tokoh-tokoh Bathiniah Syiah yang berpenetrasi ke dalam aliran Sufi melalui jejak-jejak mereka.

Semoga Allah memudahkan kita dalam perjuangan melindungi akidah umat dan eksistensi bangsa. Hanya Allah-lah Pemberi petunjuk menuju jalan yang lurus.

Catatan:

[Artikel ini diterjemahkan dari tulisan berjudul “Asy-Syi’ah al-Mutashawwifah”, karya Prof. DR. Nashir al-Ghifari, Majalah al-Bayan, edisi 320, 29 Januari 2014]

___________________________

[36] Mereka termasuk pemicu konflik yang terjadi di Mesir sekarang ini baik dengan aksi nyata maupun dari balik layar.

[37] Situs berita Aljazeera, http//:www.aljazeera.net/NR/exeres…/551912A33B2.htm.

[38] Profesor studi syariat dan ilmu Islam, Ruhr University, Bochum, Jerman.

[39] Ammar Ali Hasan, al-Shufiyah Hal Takunu al-Namudzaj al-Amriki Li al-Taghyir?Artikel yang dimuat dihttp//:www.onislam.net/arabic/madarik/culture-ideas/97678-2005-02-06%2019-24-06.htm.

[40] Sejarawan Amerika, spesifikasi kritik Islam. Pendiri sekaligus Direktur Middle East Forum. Tokoh konservatif terkenal di Amerika dan termasuk salah satu pemimpin Zionisme, ia juga disinyalirsebagai penghasut utama perang atas Irak.

Baca Juga  Fluktuasi Iman Dalam Perspektif Ahli Sunnah

[41] Muhammad ibn Abdullah al-Maqdi, al-Tashawwuf Baina al-Tamkin wa al-Muwajahah, h. 8. Dan dirilis oleh Surat Kabar Alzaman, edisi 1633, 12/10/2003.

[42] RAND Corporation adalah lembaga riset yang sekarang berada langsung di bawah komando Gedung Putih. Didirikan pada tahun 1946 sebagai pusat pengembangan proyek penelitian ilmiah, politik dan militer milik AU, Kementrian Pertahanan Amerika. Lembaga ini didirikan untuk membantu militer dalam menghadapi tantangan yang berhubungan dengan terorisme dan keamanan nasional Amerika. Laporan RAND menjadi acuan utama untuk mengarahkan politik pemerintah Amerika.

[43] Laporan ini disusun oleh Cheryl Benard, peneliti RAND bidang keamanan nasional. Ia adalah isteri dari Zalmay Khalilzad, yang pernah menjabat sebagai asisten khusus Presiden Bush, penasehat senior bidang keamanan nasional yang bertanggung jawab atas Teluk Arab dan Asia Tenggara, ia juga pernah menjadi Dubes Amerika untuk Irak, termasuk beraliran konservatif baru, dan memiliki pemikiran ekstremes, berasal dari Afghanistan.

[44] Al-Islam al-Dimuqrati al-Madani, al-Mawarid, al-Istiratijiyat, al-Syuraka’, h. 7.

[45] Islam tidak boleh disebut pelarian. Jika ada pelarian dari konfrontasi Islam vs agama lain, maka itu dilakukan oleh sebagian pemeluk Islam.

[46] Surat Kabar Ahram, edisi 42981, 10/08/2004.

[47] Nixon Center adalah yayasan politik umum nonpartai yang didirikan pada tahun 1994 oleh Richard Nixon, mantan Presiden AS. Lembaga ini berspesifikasi menganalisa tantangan politik Amerika dengan fokus kepentingan keamanan nasional Amerika. (Lihat prolog dari laporan yang bertajuk Understanding Sufism and Its Potential Role in US Policy)

[48] Lihat laporan Understanding Sufism and Its Potential Role in US Policy versi Arab, h. 6.

[49] Bernard Lewis lahir di London tahun 1916 dari keturunan Yahudi. Ia adalah seorang Zionis berkewarganegaraan Amerika. Menjadi penasehat senior bagi kaum konservatif baru di Amerika dan menjadi dosen bidang sejarah Timur dan Afrika. Ia disinyalir menjadi pemrakarsa pemecahbelahan negara-negara Arab dan Islam. Saat Zionisme mengadakan jamuan kehormatan baginya di Tel Aviv, mereka memujinya dengan mengatakan: “Bernard Lewis telah mengajari kita cara memahami sejarah rumit Timur Tengah, dan bagaimana menuntunnya memasuki periode baru, demi membangun dunia terbaik bagi generasi mendatang.”

[50] Lihat laporanUnderstanding Sufism and Its Potential Role in US Policy versi Arab, h. 28.

[51] Surat Kabar US News edisi 25 April 2005, dinukil dari al-Tashawwuf Baina al-Tamkin wa alMuwajahah, h. 29-30.

[52] Surat Kabar Asharq al-Awsat edisi 16 Syawal 1426 H.

[53] Surat Kabar Alwatan Alarabi, edisi 5 Mei 2006, dinukil dari al-Tashawwuf Baina al-Tamkin wa al-Muwajahah, h. 32. [54] HR. Bukhari, no. 1458, Muslim, no. 19.

Abu Zulfa, Lc., M.A., Ph.D.

Doktor Bidang Fiqih dan Ushul, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?