Meraih Ketenangan Hati yang Sempurna (Bag. 2)

Diantara sebab-sebab lapangnya hati adalah terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan dan di mana pun. Karena dzikir memiliki pengaruh yang luar biasa dalam memberi ketenangan hati, sedangkan lalai memiliki dampak yang luar biasa dalam menyempitkan hati dan menimbulkan penderitaan.
Diantara sebab – sebab lapangnya hati adalah berbuat baik kepada sesama dan memberikan manfaat dengan harta, pekerjaan, serta berbagai bentuk kebaikan yang lainnya. Sesungguhnya, orang yang dermawan dan baik hati adalah yang paling lapang dadanya, paling tenang jiwanya, dan paling nyaman hatinya. Sebaliknya, orang yang kikir dan tidak berbuat baik adalah yang paling sempit dadanya, paling sengsara hidupnya, dan paling besar kesedihannya.
Rasulullah ﷺ menggambarkan perbandingan antara orang dermawan dan orang kikir bagaikan dua orang yang mengenakan baju besi. Setiap kali orang dermawan ingin bersedekah, bajunya semakin longgar dan melebar hingga menutupi tangannya. Namun, setiap kali orang kikir ingin bersedekah, bajunya tetap kaku dan tidak melebar dan tidak berubah sama sekali.
Ini adalah gambaran tentang bagaimana lapang dadanya orang beriman yang dermawan dan lapang hatinya, serta gambaran tentang sempitnya dada orang yang kikir dan hatinya yg terhempit.
Diantara sebab – sebab lapangnya hati seseorang adalah keberanian. Orang yang berani memiliki dada yang lapang dan hati yang luas, sedangkan orang yang pengecut/tidak pemberani adalah yang paling sempit dadanya dan paling tertekan hatinya. Ia tidak merasakan kebahagiaan, maupun kesenangan, atau kenikmatan kecuali setara dengan apa yang dirasakan oleh hewan. Sementara itu, kebahagiaan jiwa, kenikmatan, dan kegembiraannya adalah hal yang sangat sulit didapatkan bagi setiap orang yang pengecut, begitu juga bagi setiap orang yang kikir, serta bagi mereka yang berpaling dari Allah dan lalai dari mengingat-Nya, serta yang tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta agamanya, dan hatinya yang terikat kepada selain-Nya.
Sesungguhnya, kenikmatan dan kebahagiaan ini akan menjadi taman dan surga di dalam kubur, sementara sempitnya hati akan berubah menjadi azab dan penjara di dalam kubur. Keadaan hamba di dalam kubur adalah seperti keadaan hati di dalam dada, ada kenikmatan dan azab, serta penjara dan kebebasan. Tidak ada lapang dada atau sempitnya dada seseorang yang bersifat sementara, karena keadaan tersebut akan hilang bersamaan dengan hilangnya sebab-sebabnya. Yang diharapkan adalah sifat yang menetap di dalam hati yang menyebabkan hati tetap terasa lapang; itulah yang menjadi ukuran. Dan Allah-lah yang menjadi penolong.”
Di antara sebab – sebab lapangnya hati , bahkan yang paling utama adalah membersihkan hati dari sifat-sifat tercela yang menyebabkan sempitnya hati dan penderitaan, serta menghalangi seseorang dari mencapai kesembuhan. Sebab, jika seorang hamba melakukan sebab-sebab yang membuat dadanya lapang, tetapi tidak mengelurkan sifat-sifat tercela dari hatinya, maka ia tidak akan memperoleh manfaat dari kelapangan dadanya. Pada akhirnya, ia hanya akan memiliki dua pengaruh yang saling bertentangan di dalam hatinya, tergantung pada pengaruh mana yang lebih dominan
Diantara sebab – sebab lapang dada adalah meninggalkan rasa selalu ingin dipuji, disanjung, dan banyak bergaul, begitu juga menghindari kebiasaan banyak makan dan tidur. Kebiasaan berlebihan ini akan berubah menjadi rasa sakit, kesedihan, dan beban dalam hati, yang akan menyempitkan dan menyekapnya, sehingga menyebabkan penderitaan. Bahkan, banyak dari penderitaan dunia dan akhirat berasal dari sini. Maka tidak ada tuhan selain Allah, Betapa sempitnya hati orang yang terjerat dalam setiap keburukan ini! Betapa sengsaranya hidupnya, dan betapa buruk keadaannya.
Dan tidak ada tuhan selain Allah, Sebaliknya, betapa nyamannya hidup orang yang mengerjakan setiap sifat baik ini! Jika tekadnya senantiasa di sekeliling sifat-sifat ini, maka ia akan memperoleh bagian yang besar, firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik itu berada dalam kenikmatan” (QS. Al-Infithar: 13), dan bagi mereka yang berbuat keburukan, mereka mendapatkan sebagaimana firman-Nya: “Dan sesungguhnya orang-orang yang berbuat jahat itu berada dalam neraka” (QS. Al-Infithar: 14). Di antara keduanya terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda yang hanya diketahui oleh Allah.
Yang dimaksud adalah bahwa Rasulullah ﷺ adalah makhluk yang paling sempurna dalam setiap sifat yang membawa kepada kelapangan dada, keleluasaan hati, kebahagiaan, dan kehidupan jiwa. Ia adalah yang paling sempurna dalam hal ini, termasuk dalam kelapangan secara fisik. Dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau adalah yang paling lapang dadanya, paling merasakan kenikmatan, dan paling bahagia. Semakin dekat seseorang dalam mengikuti beliau, semakin banyak ia memperoleh kelapangan dada dan kebahagiaan. Ia berada pada puncak kesempurnaan dalam hal kelapangan dada, hilangnya beban, dan banyak mengingat Allah, sedangkan orang yang mengikuti rosulullah memperoleh manfaat ini sesuai dengan seberapa banyak mereka mengikuti beliau, dan Allah-lah yang menjadi penolong.
Begitu juga, orang – orang yang mengikuti rosulullah akan mendapatkan perlindungan Allah, penjagaan-Nya, pembelaan-Nya, kehormatan-Nya, dan pertolongan-Nya, sesuai dengan tingkat ketaatan mereka. Ada yang sedikit dan ada yang banyak. Maka, barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa yang tidak mendapatnya, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.