Fikih

Mengenal Madzhab Syafi’i (Bag. 2)

Pada tahun 189 Hijriyah Imam Syafi’i meninggalkan kota Baghdad setelah wafatnya gurunya (Muhammad bin Hasan Asy Syaibani), kemudian beliau kembali ke kota Mekkah untuk mengajarkan apa yang beliau dapatkan dari 2 madrasah besar pada waktu itu, yaitu madrasah ahli ra’yi dan madrasah ahli hadits.

Di Makkah -tepatnya di serambi Ka’bah- beliau mengajar fiqih dan menyampaikan fatwa. Fatwa-fatwa yang beliau sampaikan bukanlah fatwa-fatwa nukilan dari guru-guru beliau, melainkan fatwa-fatwa tersebut lahir dari kedalaman ilmu beliau dalam memahami dalil, dan penggunaan kaidah-kaidah fiqih dan ushul fiqih secara tepat.

Qaul Qadim

Pada tahun 195 Hijriah Imam Syafi’i datang ke kota Baghdad untuk kedua kalinya, tetapi kedatangan beliau kali ini berbeda dengan kedatangan sebelumnya: jika sebelumnya beliau datang sebagai penuntut ilmu, maka pada saat ini beliau datang sebagai seorang ulama yang membawa ilmu.

Selama di Baghdad (tahun 195-197 hijriah, dan 198-199 pada rihlah yang ketiga) Imam Syafi’i memanfaatkan waktunya untuk merumuskan madzhabnya[1], baik secara ushul maupun secara furu’ di dalam kitab-kitab yang beliau tulis.

Di antara kitab-kitab yang beliau tulis pada fase ini adalah:

  • Kitab Al Hujjah, diriwayatkan oleh murid beliau Hasan Az Za’farani (wafat: 260 Hijriah): merupakan kitab fiqih yang ditulis untuk membantah sebagian pendapat fuqaha Iraq yang bermadzhab Hanafi.
  • Kitab Ar Risalah (yang beliau tulis di Baghdad): merupakan kitab pertama yang ditulis dalam ilmu ushul fiqih.

Selain lewat tulisan beliau juga menyebarkan madzhabnya lewat ta’lim di sebuah masjid besar yang dibangun oleh khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Pada ta’lim tersebut berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri, sehingga tidak jarang terjadi debat ilmiah secara terbuka. Dan dalam waktu yang singkat madzhab Imam Syafi’i menyebar dan menelurkan generasi penerus yang merupakan murid-murid beliau, diantara mereka adalah:

  1. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi (wafat tahun 240 Hijriah).
  2. Abu Ali Husain bin Ali Al Karabisi (wafat tahun 248 Hijriah).
  3. Abu Ali Hasan bin Muhammad Az Za’farani (wafat tahun 260 Hijriah).
Baca Juga  Jual Beli Sende, Apakah Sah atau Tidak? (Bagian 2)

Qaul Jadid

Pada tahun 199 Hijriah Imam Syafi’i pindah ke Mesir. Beliau menetap di sana sampai akhir hayatnya (tahun 204 H). Selama di Mesir, beliau memanfaatkan waktunya untuk mengajarkan madzhab barunya. Dan madzhab baru ini dikemudian hari dikenal dengan sebutan qaul jadid.

Al Hafidz Al Baihaqi[2] meriwayatkan dengan sanadnya dari Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi, beliau berkata: “Imam Syafi’i tinggal di sini (Mesir) selama 4 tahun, beliau mengimlakkan ilmunya sebanyak 1500 lembar tulisan, dan menyelesaikan kitab Al umm sebanyak 2000 lembar tulisan”.[3]

Di antara kitab-kitab yang beliau tulis di Mesir adalah:

  1. Al Umm, kitab fiqh.
  2. Ar Risalah, kitab ushul fiqih yang sebelumnya pernah beliau tulis sebelum pindah ke Mesir, kemudian beliau revisi.

Diantara murid-murid beliau di Mesir adalah:

  1. Yusuf bin Yahya Al Buwaythi (wafat pada tahun 231 Hijriah).

Beliau adalah murid senior Imam Syafi’i dan pewaris majelis ilmunya ketika beliau sakit dan setelah beliau wafat.

  1. Ismail bin Yahya Al Muzani (wafat pada tahun 264 Hijriah).

Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling besar jasanya dalam penyebaran madzhab, sehingga Imam Syafi’ipun pernah berkata: “Al Muzani adalah penolong madzhabku”.[4]

  1. Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi (wafat pada tahun 270 Hijriah).

Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling berjasa dalam periwayatan kitab-kiatab qaul jadid.

______________________________

[1] . Madzhab ini pada akhirnya akan terkenal dengan qaul qadim.

[2]. Ahmad bin Husain Al Baihaqi, wafat tahun 458 Hijriah, merupakan seorang ahli hadits, diantara karya-karyanya adalah: As Sunan Al Kubra, dan Manaqib Asy Syafi’i.

[3]. Manaqib Asy Syafi’i, jilid: 2, halaman: 291.

[4]. Siyar A’lam An Nubalaa, jilid: 12, halaman: 494.

Baca Juga  Hukum Bepergian Bagi Seorang Wanita

Kholid Saifulloh, Lc., M.A.

Alumni S2, Bidang Ushul Fiqih, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?