Mengapa Kita Harus Mengenal Allah Ta’ala (Bag. 3)
Motivasi ketiga untuk mengenal Allah Ta’ala adalah bahwa mengenalNya (ma’rifatullah) merupakan tujuan dari penciptaan semua makhluk dan seluruh perintah yang diturunkan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﵟ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمَۢا ١٢ﵞ
“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Talaq: 12).
Ayat di atas menjelaskan tujuan penciptaan tujuh lapis langit dan bumi, serta tujuan seluruh perintah yang diturunkan adalah agar kita mengenal Allah Ta’ala dengan kekuasaanNya yang maha tinggi, karena Allah yang maha besar, maha kuat, maha tinggi, maha perkasa, tidak butuh kepada siapa pun, sedangkan selainNya adalah kecil dan lemah, sangat butuh kepadaNya I.
Pada setiap makhluk ciptaan Allah Ta’ala ada tanda-tanda dan bukti-bukti yang menunjukkan dan mengenalkan kepada Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﵟ إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ﵞ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190).
Oleh karenanya dalam Alquran banyak ayat-ayat yang di mana Allah Ta’ala memerintahkan kita agar melihat, meneliti dan merenung agar kita lebih mengenalNya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﵟ أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ كَيۡفَ خُلِقَتۡ ١٧ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ رُفِعَتۡ ١٨ وَإِلَى ٱلۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ ١٩ وَإِلَى ٱلۡأَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ ٢٠ﵞ
“Maka tidaklah mereka memerhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?.” (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﵟ وَفِي ٱلۡأَرۡضِ ءَايَٰتٞ لِّلۡمُوقِنِينَ ٢٠ وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ ٢١ﵞ
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan.” (QS. Az-Zariyat: 20-21).
Adapun keputusan (takdir) dan perintah Allah Ta’ala yang diturunkan kepada makhlukNya baik keputusan (takdir) dan perintah yang bersifat:
Pertama: Kauniy (pasti terjadi, meskipun tidak disukai) seperti bencana alam, kematian dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya.
Kedua: Syar’i (pasti disukai, bisa terjadi atau tidak) seperti perintah iman, salat, puasa, sehat, kaya dan hal-hal positif lainnya.
Semua keputusan (takdir) dan perintah Allah Ta’ala tersebut tidaklah diturunkan kecuali agar kita mengenalNya.
Oleh karenanya sering kali ketika kita membaca ayat-ayat yang mengandung hukum-hukum syariat (ibadah, muamalah, hudud) diakhiri dengan nama-nama Allah Ta’ala, agar setelah kita mengetahui keputusan dan perintah yang terkandung dalam ayat tersebut kita mengenal Allah Ta’ala yang maha memutuskan dan memerintahkan.
Sebagai contoh, pada ayat-ayat hukum perceraian (QS. Al-Baqarah: 228-237) disebutkan beberapa nama dan sifat Allah yaitu Al-‘Aziz (Maha Perkasa), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-‘Alim (Maha Tahu), Al-Bashir (Maha Melihat), Al-Khabir (Maha Mengetahui), Al-Halim (Maha Penyantun).
Demikian juga pada ayat hukum pencurian, disebutkan dua nama Allah sebagai penutup, yaitu: Al-‘Aziz (Maha Perkasa) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana). Karena adanya hukum potong tangan bagi pencuri yang telah memenuhi syarat, maka dengan nama-nama Allah tersebut kita dikenalkan dengan kekuatan dan keperkasaan Allah Ta’ala, yang dengannya pula Allah memberikan kekuatan dan ketegasan kepada hukum-hukumNya.
Dengan kekuatan hukum inilah para pencuri akan berpikir ulang untuk melakukan aksinya, kemudian lambat laun akan meninggalkan perbuatan mencuri, sehingga otomatis akan menghilangkan kebiasaan mencuri yang ada pada dirinya.
Di sisi lain hukum potong tangan juga mengenalkan kita kepada maha bijaksananya Allah Ta’ala, karena hukuman tersebut bila diterapkan akan mendatangkan maslahat dan kebaikan bagi masyarakat. Dan sungguh maslahat dan kebaikan itu hanya akan datang ketika hukum-hukum Allah Al-Hakim ditegakkan. Karena Allah lebih tahu tentang manusia, maslahat apa yang mereka dibutuhkan dan keburukan apa yang tidak mereka inginkan.
Mengenal Allah Ta’ala adalah tujuan hidup, maka sudah seharusnya belajar tentang Allah menjadi prioritas agenda kita, karena besar kecilnya pencapaian tujuan hidup kita tergantung pada kualitas dan kuantitas ilmu dan pengetahuan kita tentang Allah Ta’ala.
Wallahu ‘alam.