Akhlak

Istiqomah dalam Beramal Shalih Bag. 2

Dan sesungguhnya siapa yang memperhatikan keadaan para sahabat dan merenungkan kondisi mereka dalam berbuat kebaikan dan berlomba-lomba untuk itu, akan melihat hal yang menakjubkan dari banyaknya pertanyaan mereka kepada Nabi ﷺ tentang hal ini.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, Siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan amal apakah yang paling dicintai Allah?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, dan amal yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah rasa gembira yang engkau berikan kepada seorang Muslim, atau engkau menghilangkan kesusahannya, atau melunasi utangnya, atau menghilangkan rasa laparnyad, dan berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku sukai daripada beriktikaf di masjid ini—yakni Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barang siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menutupi aibnya. Dan barang siapa yang menahan amarahnya, meskipun dia mampu melampiaskannya, Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barang siapa berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi kebutuhannya hingga terpenuhi, maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani pada kitab Mu’jam Al-Kabir 13646).

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang agung, tetapi hal itu mudah bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah untuk melakukannya. Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, berpuasalah pada bulan Ramadan, dan berhajilah ke Baitullah.’ Kemudian beliau berkata: ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan salat seorang lelaki di tengah malam.’ Kemudian beliau membaca ayat: ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya’ -hingga ayat-: *’apa yang mereka kerjakan’.” (HR. Tirmidzi, 2616).

Dari Abdullah bin Busr Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam telah banyak bagiku, maka beritahukanlah kepadaku sesuatu yang dapat aku pegang teguh?” Rasulullah ﷺ bersabda: “Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, 3375).

Baca Juga  Guru

Keadaan para sahabat dalam melaksanakan amal-amal shalih sungguh luar biasa, terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah sahabat yang paling tinggi semangatnya dan paling kuat dalam beramal saleh. Berikut ini adalah hadis yang menjelaskan hal tersebut, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa di antara kalian yang berpuasa pada hari ini?” Abu Bakar menjawab: “Saya.” Beliau bersabda lagi: “Siapa di antara kalian yang hari ini mengikuti jenazah?” Abu Bakar menjawab: “Saya.” Beliau bersabda: “Siapa di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab: “Saya.” Beliau bersabda: “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab: “Saya.” Maka Rasulullah bersabda: “Tidaklah semua itu berkumpul pada seseorang kecuali dia akan masuk surga.” (HR. Muslim, 1028).

Karena kebaikan yang ada padanya, dan bersegera dalam berbuat baik, serta semangatnya, beliau akan dipanggil pada hari kiamat dari semua pintu surga. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang menginfakkan sepasang (harta) di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan.’ Maka, siapa yang termasuk ahli salat akan dipanggil dari pintu salat, siapa yang termasuk ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad, siapa yang termasuk ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan, dan siapa yang termasuk ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu lalu berkata: “Demi engkau, wahai Rasulullah, tidak ada keperluan bagi orang yang dipanggil dari pintu-pintu tersebut. Tetapi, apakah ada seseorang yang akan dipanggil dari semua pintu itu?” Rasulullah menjawab: “Ya, dan aku berharap kamu termasuk di antara mereka.” (HR. Bukhari No. 1897 dan Muslim 1027).

Maka, hendaklah kalian menjaga keteguhan dalam beramal saleh setelah Ramadan, karena salah satu tanda diterimanya ketaatan adalah ketaatan yang dilakukan setelahnya dan ketekunan dalam menjalankannya. Dengan demikian, kehidupan yang baik akan diraih, kebahagiaan akan dibangun di atasnya, dan dengan itu pula derajat akan ditinggikan di sisi Allah Ta’ala. Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Baca Juga  Konsistensi Ibadah Pasca Ramadhan

Allah Ta’ala juga berfirman, menjelaskan bahwa amal shalih adalah sebab dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya serta dilipatgandakannya pahala dan ganjarannya: “Bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedekat-dekatnya, melainkan orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang mereka kerjakan. Mereka aman di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. Saba : 37).

Malik bin Dinar Rahimahullah berkata: “Semoga Allah merahmati orang yang senantiasa berpegang pada perkataan yang baik, amal saleh, dan melakukannya secara terus-menerus.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Hilyah Auliya’ 2/373).

Ia juga menyampaikan bahwa seseorang memiliki tiga sahabat, yang masing-masing berbeda dalam memberikan manfaat, menemani, dan tetap bersamanya. Dua di antaranya akan meninggalkannya, sedangkan yang ketiga akan tetap bersamanya dan bahkan masuk ke dalam kubur bersamanya. Tiga sahabat tersebut adalah: keluarga, harta, dan amal.

Rasulullah ﷺ bersabda : “Tiga hal akan mengikuti jenazah, dua di antaranya akan kembali, dan satu akan tetap bersamanya: yang mengikutinya adalah keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap bersamanya.” (HR. Bukhari No. 6514 dan Muslim No. 2960).

Di antara amalan yang disunnahkan bagi seorang Muslim untuk diperhatikan dan dilaksanakan setelah bulan Ramadan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim No. 1164).

Artinya, barangsiapa yang menunaikan kewajiban puasa Ramadan dengan benar kemudian melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia telah berpuasa sepanjang tahun – yakni setahun penuh. Sebagaimana sabdanya: “Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari di bulan Syawal, maka ia telah berpuasa setahun.” (HR. Ibnu Hibban No. 3635).

Baca Juga  Mendamaikan Perselisihan

Maksudnya, orang yang melakukan ini akan memperoleh pahala puasa setahun penuh dengan pelipatgandaan pahala. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ : “Puasa Ramadan pahalanya setara dengan sepuluh bulan, dan puasa enam hari setara dengan dua bulan, maka itulah pahala puasa setahun penuh.” (HR. Ibnu Khuzaimah No. 2115).

Dan inilah enam hari yang disyariatkan bagi seorang muslim untuk berpuasa, yang utama bagi seseorang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan adalah segera menyelesaikan puasa yang belum dilaksanakannya, karena puasa qadha adalah kewajiban, sedangkan enam hari di bulan Syawal adalah amalan sunnah. Kewajiban lebih diutamakan daripada amalan sunnah. Tidak disyaratkan untuk berpuasa enam hari tersebut secara berurutan, karena syariat hanya menyebutkan berpuasa di bulan Syawal. Oleh karena itu, puasa tersebut sah jika dilakukan secara berurutan atau terpisah, sekaligus atau terpecah-pecah. Pahalanya tetap akan diperoleh dalam semua kondisi tersebut. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka itu menyempurnakan puasa satu tahun” (HR. Ibnu Majah No. 1715).

Perlu diketahui bahwa kesesuaian dengan syariat dalam puasa enam hari di bulan Syawal tercapai dengan menjalankan jumlah hari yang disebutkan, yaitu enam hari, karena jumlah tersebut adalah ketentuan dari Allah, Sang Pemberi syariat. Oleh karena itu, tidak boleh ditambah atau dikurangi, karena hal tersebut termasuk dalam tindakan merubah syariat dan berinovasi dalam agama.

Sebagai penutup, saling menasihati dalam amal saleh, terus melakukannya, mendekatkan diri kepada ibadah, dan tekun melaksanakannya adalah amal yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Ini juga merupakan petunjuk dari para salafus shalih. Betapa pantasnya kita mengikuti jejak mereka dan meneladani sifat-sifat mereka. Basyar bin Sa’d berkata: “Aku mendapati orang-orang selalu berlomba-lomba dalam amal saleh: shalat, puasa, zakat, berbuat kebaikan, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran…” (Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab Zuhud (2309), dan Abu Nu’aim di dalam kitab Hilyah Al-Auliya’ (5/223)).

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya amal-amal saleh menjadi sempurna.

Hamdy Arifan Halim, S.H.

Mahasiwa S1, Universitas Al Qashim, Arab Saudi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?