BERSAMA AL-QUR’AN KINI DAN NANTI

BERSAMA AL-QUR’AN KINI DAN NANTI
Terkadang waktu kita habis di depan gadget, berselancar di media sosial, scrolling tiktok, instagram sampai laurt malam, namun tidak ada sedikitpun waktu untuk membaca Al-Qur’an.
Coba tanyakan pada diri kita sendiri, sejauh mana Al-Qur’an membersamai setiap jejak langkah kaki kita? Apakah lidah kita selalu basa dengan bacaan Al-Qur’an atau justru kering karena sudah tidak pernah membaca Al-Qur’an? Mari mengintrospeksi diri kita masing-masing di bulan sya’ban ini, sebelum memasuki bulan Ramadan.
Bulan sya’ban telah menyapa kita, bulan dimana terdapat berbagai keutamaan di dalamnya. Namun terkadang banyak yang terluput dan melewatkan hari-hari di dalamnya tanpa memperbanyak amalan-amalan shalih. Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda:
ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Itu adalah bulan yang banyak dilupakan oleh manusia, berada di antara Rajab dan Ramadhan. Padahal, itu adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad, dan dihasankan oleh Al-Albani)
Bulan sya’ban adalah kesempatan untuk membiasakan diri dalam melakukan ibadah, seperti memperbanyak melakukan puasa sunnah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah pada bulan syakban.
Dari Aisya radhiallahu ‘anha, ia berkata:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah melihat Nabi ﷺ menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam satu bulan daripada bulan Syakban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu kita sebagai umat yang setiap terhadap tuntunan Rasulullah, sudah sepantasnya kita menjunjung tinggi apa yang senantiasa dicontohkan oleh beliau.
Bukan sekadar memperbanyak puasa di bulan syakban, namun juga ada hal yang tidak kalah penting dari berpuasa sunnah, yakni memperbanyak membaca Al-Qur’an. Kenapa kita mesti memperbanyak membaca Al-Qur’an? Karena sejauh mana kita sering membacanya, maka sejauh itu pula keberkahan hidup yang kita dapatkan. Salah seorang ulama pernah mengatakan “Seseorang yang memulai harinya dengan membaca Al-Qur’an, maka sepanjang hari tersebut akan dimudahkan segala urusannya”.
Tentu sudah tidak tabuh lagi tentang bagaimana keutamaan dari Al-Qur’an yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mari kembali melihat keutamaan-keutamaan Al-Qur’an.
Pertama, Al-Qur’an bak karekteristik dari setiap manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasallam:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
Artinya: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah utrujah yang memiliki wangi yang sedap dan rasa yang manis. Sedangkan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat buah tamar (kurma) yang tidak memiliki bau namun rasanya manis. Adapun perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an ibarat buah raihanah yang memiliki wangi yang sedap tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat buah handzhalah yang tidak memiliki bau dan rasanya pahit,” (HR Muslim).
meski kenikmatan ketika membaca Al-Quran tidak bisa diperumpamakan dengan kelezatan buah atau makanan yang lainnya, akan tetapi sabda Rasulullah akan membuka pemikiran dan pemahaman dengan begitu luasnya.
Rasulullah ﷺ menjelaskan perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah utrujah yang memiliki rasa enak dan baunya wangi. Utrujah sendiri merupakan buah yang masuk pada marga dari jeruk. Buah ini sangat harum dan enak bahkan dijadikan sebagai bahan untuk membuat parfum.
Orang mukmin yang membaca al-Quran bukan saja membuatnya mulia, terhormat, melainkan juga memancarkan kemuliaannya sehingga memberi manfaat bagi orang-orang lainnya. Dalam at- Tibyan, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dengan membaca al-Quran bisa melembutkan hati sehingga membuat yang membacanya mencium harumnya iman.
Kedua, setiap huruf yang dibaca dalam Al-Qur’an pahalanya berlipat ganda. Sebagaimana sabda Rasulullah:
من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول (الم) حرف، ولكن ألف حرف، ولام حرف، وميم حرف.
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa ‘Alif Lam Mim’ itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menggambarkan kepada kita bahwa membaca Al-Qur’an, meskipun hanya satu huruf, memiliki pahala yang sangat besar. Setiap hurufnya yang dibaca akan mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan tersebut dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan bagaimana Dia memberikan balasan yang berlipat ganda atas amal kebaikan.
Hadis ini menjadi motivasi bagi setiap Muslim agar lebih sering membaca Al-Qur’an, apalagi di bulan syakban mejelang Ramadan perlu kita membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari, karena selain mendapatkan ilmu dan petunjuk hidup, setiap huruf yang dibaca juga menjadi sumber pahala yang besar. Semakin banyak membaca, semakin banyak pahala yang didapatkan.
Ketiga, menjadi syafaat (penolong) di Hari Kiamat, Al-Qur’an akan menjadi pemberi syafa’at bagi orang yang membacanya dengan ikhlas dan mengamalkannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan anjuran yang kuat untuk membaca Al-Qur’an secara rutin, karena ia bukan sekadar bacaan biasa, tetapi memiliki keutamaan besar di dunia dan akhirat. Dan hadis ini menjadi motivasi bagi kita untuk selalu membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Semakin sering kita berinteraksi dengan Al-Qur’an, semakin besar peluang kita mendapatkan syafa’atnya di akhirat nanti.
Pada bulan syakban ini, penulis ingin mengajak kepada pembaca untuk senantiasa membaca Al-Qur’an, banyak atau sedikitnya bacaan Al-Qur’an kita bukanlah masalah, yang menjadi masalah ketika hari-hari kita berlalu tanpa membaca satu ayat pun dari Al-Qur’an.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita Taufiq dan anugrahnya, sehingga kita termasuk orang-orang yang cinta terhadap Al-Qur’an dengan pembuktian cinta rutin membacanya, dan dijauhkan dari sifat malas dalam membaca Al-Qur’an.
Muhammad Ali Arsad, S.H
(Mahasiswa Akidah dan Dakwah, UIM)