Akidah

Amalan Salih di dalam Surah Al-Kahfi Bag. 3

Amalan Salih di dalam Surah Al-Kahfi Bag. 3

3. Syarat sah Diterimanya suatu amalan

Terdapat dua syarat diterimanya suatu amalan, yaitu ikhlas dan sesuai syariat dan dalilnya ada pada surah al-kahfi.

Pertama : Ikhlas

Firman Allah Ta’ala, “Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).

Allah berfirman, “…mengharap keridaanNya…” ayat ini menunjukkan keikhlasan dalam beramal dan wajibnya hal tersebut, karena Allah ta’ala memerintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar bersabar membersamai para sahabat. 

Firman Allah Ta’ala, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi : 110).

Syaikh As-Sa’di Rahimahullah berkata mengomentari firman Allah ta’ala, “Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal salih” yang sesuai dengan syariat Allah ta’ala entah wajib atau sunnah, “dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.” Yaitu bukan beramal karena ingin dilihat oleh manusia akan tetapi beramal ikhlas karena mengharap keridhoan Allah Ta’ala, maka inilah contoh hamba yang menggabungkan ikhlas dan mengikuti syariat, hamba yang memperoleh apa yang ia harapkan dan apa yang ia minta adapun hamba selainnya, sesungguhnya dia merugi di dunia dan di akhirat serta telah hilang darinya kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan memperoleh RidhoNya.

Dan berkata Ibnu Katsir: Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dari jalur Hisyam bin Ammar, dari Ismail bin ‘Iyas, dari ‘Amr bin Qais Al-Kufi, bahwa ia berkata: Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata: Ayat ini adalah ayat yang paling terakhir turun.

Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Katakanlah (wahai Muhammad)” kepada orang-orang musyrik Mekkah yang mendustakanmu “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu” maka siapa saja yang menganggapku berdusta maka datanglah dengan apa yang aku datang dengannya karena sesungguhnya aku tidak mengetahui hal ghaib dari kejadian-kejadian yang lampau, dari pertanyaan kalian mengenai kisah ashabul kahfi dan dzulqarnain, Melainkan apa yang sesuai pada kejadian (itu sendiri) kalau bukan karena Allah yang mewahyukan kepadaku. Dan aku mengabarkan kalian (firman Allah) “Sesunggunya Aku adalah Tuhan kalian” yang aku perintahkan kalian untuk menyembah kepadaNya “Tuhan yang satu” tidak ada sekutu bagiNya “Maka siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya” yakni dari pahala dan ganjaran balasan amalan salihnya, “maka hendaknya (ia) beramal salih” yang sesuai dengan syariat Allah Ta’ala, “dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya” dan mereka yang mengharap keridhoan Allah satu-satunya tidak ada sekutu bagiNya. Dan 2 rukun diterimanya amalan, yaitu ikhlas dan sesuai syariat. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim, dari Ma’mar dari Abdul Karim Al-jazari, dari Thawus, ia berkata: seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku berdiri di tempat (dalam ibadah) karena menginginkan keridhaan Allah dan mengharapkan pahala dariNya dan saya ingin jika orang-orang melihatku, tapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menanggapinya hingga turunlah ayat “Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.” 

Dan demikian pula telah menyampaikan hal ini Mujahid, dan selainnya.

Dan berkata Al-A’mash: Telah menceritakan kepada kami Hamzah Abu ‘Umarah, budak Bani Hasyim, dari Syahr bin Hawsyab, dia berkata:

Seorang laki-laki datang kepada ‘Ubadah bin Shamit, lalu berkata: “Beritahukan kepadaku tentang apa yang ingin aku tanyakan kepadamu.”

“Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang salat, dia mencari ridha Allah, tetapi dia juga menyukai pujian (dari manusia)?”

“Dan dia berpuasa untuk mencari ridha Allah, tetapi dia juga menyukai pujian?”

“Dan dia bersedekah untuk mencari ridha Allah, tetapi dia juga menyukai pujian?”

“Dan dia berhaji untuk mencari ridha Allah, tetapi dia juga menyukai pujian?”

‘Ubadah menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa (dari amal tersebut) karena Allah Ta’ala berfirman: “Aku adalah sebaik-baik sekutu, maka barang siapa yang menyekutukanKu dengan yang lain, maka seluruh amalnya adalah untuk sekutunya itu. Aku tidak membutuhkannya.”

Dan berkata Imam Ahmad: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Zubair, Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Zaid, dari Zubaih bin Abdurrahman bin Abi Sa’id Al-Khudri, Dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata:

Kami biasa bergiliran menjaga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Sehingga kami bermalam di dekatnya untuk memenuhi kebutuhannya atau bila ada urusan yang mendesaknya di malam hari, beliau akan membangunkan kami. Maka banyak orang yang melakukan itu (berjaga) dan mereka yang menjalankan giliran.

Lalu kami berbincang-bincang, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam keluar menemui kami, lalu beliau bersabda:

“Mengapa kalian berbisik-bisik? Bukankah aku telah melarang kalian dari berbisik-bisik?”

Kami pun berkata: ‘Kami bertaubat kepada Allah, wahai Nabi Allah.’

“Kami hanya sedang membicarakan Al-Masih (Dajjal) dan rasa takut kami kepadanya.”

Beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian dibandingkan Al-Masih (Dajjal)?”

Kami menjawab: ‘Tentu.’ Beliau bersabda: “Syirik yang tersembunyi yaitu seseorang berdiri melaksanakan salat dengan tujuan untuk dilihat oleh orang lain.”

Hamdy Arifan Halim, S.H.

Mahasiwa S1, Universitas Al Qashim, Arab Saudi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button