40 Benefit Berselawat kepada Nabi (Bag. 3)

30. Merupakan sebab kekelan, tambahan, dan rasa cinta yang terus berlipat ganda kepada Rasul ﷺ. Hal itu merupakan bagian dari buhul-buhul keimanan yang tidak sempurna melainkan dengan hal tersebut karena seorang hamba setiap kali memperbanyak menyebut hal yang ia cintai, menghadirkannya di dalam hatinya, menghadirkan kebaikan dan nila-nilai yang mendatangkan rasa cinta, maka ia akan semakin merasakan cinta yang berlipat ganda kepadanya, semakin kuat rindu yang ia rasakan, bahkan perasaan itu menguasai seluruh hatinya. Namun bila ia berpaling, tidak pernah menyebutnya, tidak pernah mengingat kebaikan dan keindahannya, maka rasa cintanya tersebut akan berkurang. Tidak ada yang paling membahagiakan mata seorang pecinta melebihi momen memandang orang yang dicintai, tidak ada yang paling membahagiakan hati seorang pecinta melebihi mengingat-ingat kebaikan dan keindahan orang yang ia cintai di dalam hatinya. Jika hal ini menguat di dalam hatinya, lisannya pun lalu senantiasa memuji-muji dan menyebut-nyebut kebaikannya. Intensitas perilaku itu terjadi bergantung pada pertambahan dan pengurangan rasa cinta yang ada di dalam hati. Kenyataan menyokong hal ini. Bahkan sebagian penyair mengatakan,
Aku heran dengan orang yang mengatakan, “Aku mengingat kekasihku, apakah aku lupa sehingga aku harus mengingat?! Aku tidak lupa.
Seorang pecinta merasa heran dari orang yang mengatakan, “Aku mengingat kekasihku.” Karena mengingat itu terjadi setelah lupa. Jika rasa cintanya sempurna tentu ia tidak akan pernah lupa pada orang yang dicintainya.
Penyair lain mengatakan,
Aku ingin melupakan tentangnya seakan-akan … Laila selalu muncul di hadapanku pada semua jalan.
Penyair lain mengatakan,
Ada yang ingin engkau terlupakan dari hati … namun tabiat ini enggan untuk berpindah.
Ia mengabarkan bahwa mencinta dan menyebut-menyebut yang dikasihinya sudah menjadi tabiatnya. Jika ada yang menginginkan sebaliknya, tabiatnya menolak untuk meninggalkan sifatnya tersebut. Disebutkan dalam peribahasa Arab yang tersohor.
“Siapa yang mencintai sesuatu pasti sering menyebut-menyebutnya.”
Sejalan dengan makna ini terdapat sebuah syair lain,
Kalau hatiku dibelah di tengah-tengahnya terdapat ingatanku tentangmu dan tauhid terbelah sejajar.
Itulah hati seorang mukmin, tauhid dan kesan tentang Rasulullah ﷺ tertulis di dalamnya, tidak terhapus dan dihilangkan. Mengingat sesuatu dan terus-terusan menyebutnya menjadikan rasa cinta senantiasa menetap, sedangkan melupakannya menjadi sebab melemah bahkan sirnanya rasa tersebut.
Allah adalah zat yang berhak mendapatkan cinta tertinggi dari hambanya disertai dengan takzim tertinggi. Sebaliknya, kemusyrikan yang tidak diampuni oleh Allah adalah kemusyrikan dalam cinta dan takzim hingga seorang mencintai selain Allah dan mengagungkannya dari kalangan makhluknya seperti ia mencintai dan mengagungkan Allah. Allah berfirman, “Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Allah mengabarkan bahwa musyrik mencintai tandingan Allah seperti cintanya pada Allah sedangkan seorang mukmin sangat kuat rasa cintanya kepada Allah di atas segalanya. Penduduk neraka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya kami dahulu (di dunia) benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Yaitu) ketika kami mempersamakan kamu (berhala-berhala) dengan Tuhan semesta alam.” (QS. As-Syu’ara: 97-98). Mereka mempersamakan sesembahan mereka dengan Allah dari sisi cinta, ketundukan, dan ibadah. Tidak ada satu orang pun yang menyatakan bahwa berhala atau apa pun itu sama dengan Tuhan semesta alam dari sisi sifat, perbuatan, penciptaan langit dan bumi, serta penciptaan makhluk. Persamaan yang dimaksud adalah dari sisi cinta dan ibadah.
Lebih buruk dari golongan tersebut adalah orang yang menyamakan segala sesuatu dengan Allah dari sisi wujud. Ia menganggap Allah adalah wujud dari segala sesuatu yang berwujud entah itu sempurna atau tidak. Jika Allah telah menetapkan kesesatan dan kebinasaan bagi orang yang mempersamakan antara Allah dengan berhala dari sisi kecintaan dengan adanya keyakinan adanya perbedaan antara Allah dan makhluknya dari sisi zat, sifat, dan perbuatan, maka bagaimanakah dengan orang yang mempersamakan Allah dengan segala yang berwujud dari semua sisi-sisi tersebut dan mengklaim bahwa ia tidak menyembah selain Allah pada setiap sesembahan yang ia sembah?!
Intinya ialah senantiasa menyebut dan mengingat menjadi sebab bagi rasa cinta yang terus-menerus., Allah adalah zat yang paling berhak terhadap rasa cinta, penghambaan, takzim, dan pengagungan yang sempurna. Oleh sebab itu banyak menyebutNya menjadi hal yang paling bermanfaat bagi sang hamba. Sedangkan musuh sang hamba benar-benar berupaya menghalanginya dari mengingat dan menghambakan diri kepada Allah. Itulah sebabnya Allah memerintahkan untuk banyak berzikir kepadaNya di dalam al-Quran dan menjadikan hal itu sebagai sebab keberuntungan. Allah berfirman,
وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“… dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah/62:10)
Allah juga berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab/33:41)
Allah juga berfirman,
وَالذّٰكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذّٰكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, untuk mereka Allah telah menyiapkan ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab/33:35)
Allah juga mengatakan,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun/63:9)
Allah juga berfirman,
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah/2:152)
Nabi ﷺ bersabda, “Al-Mufarridun telah mendahului.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah itu al-Mufarridun?” Beliau menjawab, “Laki-laki dan wanita yang banyak berzikir kepada Allah (menyebut nama Allah).” (HR. Muslim 2676).
Dalam hadis riwayat Tirmizi diriwayatkan dari Abu Darda` bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian amalan terbaik kalian, paling suci di sisi Tuhan kalian, paling bisa mengangkat derajat kalian, lebih baik bagi kalian dari pada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian dari pada kalian berjumpa musuh lalu kalian memukul leher mereka dan mereka juga memukul leher kalian?” Para sahabat menjawab, “Tentu saja wahai Rasulullah.” Beliau mengatakan, “Zikrullah (menyebut nama Allah).”[1] Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam al-Muwattha` secara mauquf sebagai ucapan dari pada Abu Darda`.
Mu’az bin Jabal pernah berkata, “Tiada amalan yang dikerjakan manusia yang lebih berpotensi menyelamatkan dirinya dari azab Allah yang sebanding dengan zikrullah.”[2]
Intinya ialah senantiasa menyebut dan mengingat merupakan sebab kecintaan. Pengaruh zikir terhadap hati seperti pengaruh air terhadap tetumbuhan, bahkan seperti air bagi ikan. Tidak ada kehidupan bagi ikan tanpa adanya air.
Zikir beraneka ragam, yaitu:
- Zikir kepada Allah dengan menyebut nama-nama, sifat-sifat, serta pujian padaNya.
- Tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil. Hal inilah yang dimaksud bila disebutkan kata zikir dalam peristilahan ulama belakangan.
- Zikir dengan menegakkan hukum, perintah, dan laranganNya. Inilah zikirnya para ulama. Bahkan para ulama menggunakan ketiga jenis zikir di atas.
- Merupakan zikir terbaik ialah berzikir dengan menggunakan kalamNya. Allah berfirman, “Siapa yang berpaling dari zikir kepadaKu, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Taha/20:124). Zikir yang dimaksud dalam ayat ini ialah kalamNya yang diturunkan kepada rasulNya. Allah juga berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d/13:28)
- Selain itu, hal yang juga merupakan zikir ialah doa, istigfar, dan mengiba kepada Allah.
Inilah lima jenis zikir kepada Allah.
[1] (HR. Tirmizi 3377, Ibnu Majah 3790, Ahmad 5/195). Hadis ini bermasalah karena para ulama hadis yang lebih tsiqah meriwayatkannya secara mauquf.
[2] Diriwayatkan oleh Tirmizi (3377), Ibnu Majah (3790) dan al-Baihaqi dalam ad-Da’awat (20). Sayangnya sanad riwayat asar ini munqathi’ (terputus).