Akhlak

40 Benefit Berselawat kepada Nabi (Bag. 4)

  1. Berselawat kepada Rasul ﷺ merupakan sebab kecintaan Allah kepada hamba. Ketika selawat menjadi sebab bertambahnya rasa cinta seorang hamba kepada Nabi ﷺ, hal itu pun menjadi sebab kecintaan Allah kepada orang yang berselawat.
  2. Selawat menjadi sebab hidayah bagi sang hamba dan menjadi sebab hidupnya hati. Setiap kali seorang hamba memperbanyak selawat, hatinya dikuasai oleh rasa cinta sehingga tak tersisa lagi penolakan dalam hati terhadap perintah-perintah beliau. Sirnalah keraguan terhadap hal yang dibawa oleh beliau. Bahkan segala tuntunan yang beliau bawa menjadi terpatri di dalam hatinya mengilhami seluruh gerak-geriknya dalam setiap keadaan. Ia menyerap cahaya hidayah, keberuntungan, dan segala macam ilmu dari Nabi. Setiap kali hal itu bertambah kuat dan terang, semakin bertambah pula selawat yang ia ucapkan.

Oleh karena itu, selawatnya para ulama yang mengenal tuntunan dan, petunjuk Nabi, yang mengikuti Nabi di atas tuntunan itu berbeda dengan selawatnya orang awam yang hanya sekedar mengeraskan suara dan menggerak-gerakkan tubuh dengan selawat. Para pengikut tuntunan hidup dari Nabi yang mengetahui sunah beliau serta mengerjakan segala yang beliau bawa berada pada level selawat yang berbeda. Setiap kali bertambah pengetahuan mereka tentang tuntunan Nabi, semakin bertambah pula rasa cinta kepada beliau, bertambah pengetahuan tentang hakikat selawat yang diinginkan Allah bagi beliau.

Demikianlah zikrullah. Setiap kali seorang hamba lebih mengenal Allah, ia akan lebih taat dan cinta padaNya. Zikir yang ia lakukan berbeda dengan zikir orang-orang yang lalai dan lupa. Hal ini diketahui dengan pengalaman bukan dengan riwayat. Orang yang menyebut-nyebut sifat dari yang ia cintai yang rasa cinta padanya telah menguasai seluruh hatinya dan ia  menyanjungnya dan memujanya dengan sifat-sifat itu. Orang seperti ini jelas berbeda dengan orang yang menyebutnya sekedarnya saja, tanpa mengetahui maknanya, tidak sejalan apa yang di lisan dengan yang diperbuat. Sebagaimana sangat jelas perbedaan antara tangisan orang yang kehilangan dengan tangisan wanita yang dibayar untuk menangisi orang mati. Menyebut Nabi ﷺ dan menyebut segala yang beliau bawa serta memuji Allah atas karunia Allah kepada kita dengan mengutus beliau adalah kehidupan dan ruh dari pada perwujudan seperti yang disebutkan oleh seorang penyair Arab,

Baca Juga  Guru

وروح المجالس ذكره وحديثه *** وهدى لكل ملدد حيران

“Ruh majelis ialah menyebut beliau dan ucapannya serta petunjuk bagi setiap orang yang kebingungan.”

  1. Sebab yang menjadikan nama yang berselawat ditampakkan di hadaan Nabi ﷺ dan disebut di sisi beliau sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis, “Sesungguhnya selawat kalian ditampakkan kepadaku.” Nabi juga bersabda, “Sesungguhnya Allah menugaskan malaikat di kuburku untuk menyampaikan salam dari umatku.”[1]

Di hadapan Rasulullah ﷺ disebutkan sebuah syair,

ومن خطرت منه ببالك خطرة *** حقيق بأن يسمو وأن يتقدما

“Siapa yang terlintas di benak engkau tentu pantas menjadi tinggi dan terdepan.”

Penyair lain mengatakan,

أهلا بما لم أكن أهلا لموقعه *** قول المبشر بعد اليأس بالفرج

لك البشارة فاخلع ما عليك فقد *** ذكرت ثَمَّ على ما فيك من عوج

Selamat datang kepada hal yang aku tidak pantas untuk menempatinya yaitu ucapan pembawa kabar gembira akan datangnya jalan keluar setelah keputusasaan.

Kabar gembira bagimu, maka lepaskanlah segala yang ada padamu karena engkau telah disebut di sana padahal engkau memiliki kekurangan.

  1. Selawat merupakan sebab kekukuhan kaki di atas Sirath dan memudahkan melewatinya. Di dalam sebuah hadis tentang mimpi Nabi ﷺ yang diriwayatkan Said bin al-Musayyib dari Abdurrahman bin Samurah dari Nabi ﷺ, “Aku melihat seseorang dari umatku tengah merangkak di atas Sirath, sesekali mengesot, sesekali juga ia bergelantung. Lalu selawatnya kepadaku datang dan mendirikannya di atas kedua kakinya dan menyelamatkannya.”[2]
  2. Selawat kepada Nabi ﷺ merupakan bentuk penunaian paling minimal terhadap hak beliau serta bentuk kesyukuran atas nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita. Padahal hak beliau tidak terhingga namun Allah meridai yang sedikit yang diupayakan oleh hamba-hambaNya sebagai bentuk kesyukuran dan penunaian hak Nabi ﷺ dari mereka.
Baca Juga  Cara Menumbuhkan dan Menjaga Sifat Malu dan Muraqabatullah (Merasa Diawasi Allah) - Bag. 1

[1] Hadis ini diriwayatkan oleh Nasai dengan lafaz, “Allah memiliki malaikat yang berkeliaran menyampaikan salam umatku kepada diriku.” Sanad hadis ini sahih. Disahihkan oleh Tirmizi, Ibnu Hibban dan al-Hakim.

[2] HR. Tabrani dalam al-Kabir (6015), Ibnu Syahin dalam at-Targib wa at-Tarhib (526), Ibnu Hibban dalam al-Majruhin (3/44). Hadis ini tidak sahih sampai kepada Sa’id bin al-Musayyib. Abu Musa al-Madini meriwayatkan hadis serupa dan menjadikannya dasar bagi kitab beliau at-Targib wa at-Tarhib. Beliau berkata, “Hadis ini hasan sekali.”

Fahmi Alfian, Lc., M.A.

Alumni S1 dan S2, Qassim University, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?