Tarbawi

 Meraih Ketenangan Hati yang Sempurna (Bag. 1)

 Meraih Ketenangan Hati yang Sempurna

 Ustadz Muhammad Rasdil, Lc

Faktor terbesar  yang menjadikan hati menjadi tenang  adalah tauhid (mengesakan Allah). Semakin sempurna dan kuat tauhid seseorang, maka semakin lapanglah hatinya. Allah ta’ala berfirman: “Apakah orang yang Allah lapangkan dadanya untuk Islam, dan dia berada dalam cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?” [QS. Az-Zumar: 22]. Allah juga berfirman, “Barangsiapa yang Allah ingin memberinya petunjuk, niscaya akan dilapangkan dadanya untuk memeluk Islam, dan barangsiapa yang ingin disesatkan, niscaya Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seolah-olah sedang mendaki ke langit” [QS. Al-Ankabut: 125]. Dengan demikian, hidayah dan mentauhidkan Allah merupakan salah satu penyebab terbesar dari ketenangan hati, sedangkan kemusyrikan dan kesesatan adalah penyebab terbesar dari sempitnya dada dan kegelisahan yg selalu dirasakan.

Faktor lain yang melapangkan dada adalah cahaya yang Allah semburatkan ke dalam hati seorang hamba; yaitu cahaya keimanan yang menentramkan dada dan menyejukkan hati. Namun jika cahaya ini hilang dari hati seorang hamba, maka ia akan merasakan tekanan, minder, dan mendapati dirinya seakan sedang dipenjara yang sempit dan menyulitkannya.

At-Tirmidzi meriwayatkan dalam bukunya “Jami'” bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Apabila cahaya iman tertanam ke dalam hati, hati akan menjadi tenang dan lapang.” Para sahabat bertanya, “Apa tanda-tandanya, wahai Rasulullah?” Nabi ﷺ menjawab: “Kembali kepada kehidupan yang kekal, menjauh dari kehidupan dunia yang penuh tipu daya, dan mempersiapkan diri untuk kematian sebelum tiba waktunya.”[1]

Tingkat ketenangan hati seseorang bergantung pada seberapa besar cahaya iman tersebut. Sebagaimana halnya dengan cahaya dan kegelapan; cahaya membuat dada terasa lapang, sementara kegelapan membuat dada terasa sempit.

Baca Juga  Sebuah Nasehat untuk Menjadi Manusia Terkuat

Faktor lainnya adalah ilmu. Ilmu dapat membuat dada terasa luas hingga melebihi luasnya dunia, sedangkan kebodohan menyebabkan dada terasa sempit, tertekan, dan terbelenggu. Semakin luas pengetahuan seseorang, semakin lapang dan luas pula dadanya. Namun, ini hanya berlaku untuk ilmu yang diwariskan dari Nabi ﷺ, yaitu ilmu yang bermanfaat. Mereka yang memiliki ilmu ini adalah orang-orang dengan hati yang paling lapang dan tentram, hati yang paling luas, berakhlak mulia, dan kehidupan yang paling bahagia.

Faktor lainnya adalah dengan kembali kepada Allah, mencintai-Nya dengan sepenuh hati, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menikmati setiap peribadatan kepada Allah semata. Tiada yang lebih menentramkan hati seseorang hamba daripada hal tersebut, hingga ia bergumam: “Sekiranya keadaanku di surga seperti sekarang, sungguh aku dalam kehidupan yang bahagia.” Cinta memiliki dampak luar biasa pada ketentraman hati terasa, ketenangan jiwa, dan kebahagiaan hati, sungguh tidak ada yang merasakan ini kecuali yang memiliki rasa (cinta) itu. Semakin kuat dan dalam cinta seseorang kepada Allah, semakin tentram dan lapang dadanya. Sebaliknya, dada akan terasa sempit saat berhadapan dengan orang-orang yang tidak memahami dan mengabaikan hal ini. Melihat mereka seperti melihat sesuatu yang mengganggu mata, dan bergaul dengan mereka seperti terkena penyakit jiwa.

Sebaliknya faktor-faktor terbesar sempitnya hati adalah: menjauh dari Allah, ketergantungan hati pada selain Allah, lalai dalam mengingat Allah, dan mencintai selain Allah. Siapa saja yang mencintai selain Allah; akan tersiksa dengannya, sebab hatinya telah terpenjara oleh kecintaannya tersebut. Mereka adalah yang paling menderita di dunia ini, paling gelap hatinya, sengsara kehidupannya, dan paling terbebani jiwanya.

Olehnya cinta ada 2 macam:

  • Cinta yang merupakan surga dunia, kebahagiaan jiwa, ketenangan hati, nutrisi dan obat untuk batin, bahkan ia merupakan sumber kehidupan dan kebahagian jiwa. Cinta tersebut adalah cinta sepenuh jiwa hanya untuk Allah. Dorongan yg kuat, keinginan, dan kasih sayang kita hanya kepada Allah semata.
  • Cinta yang kedua adalah siksaan bagi batin, kesedihan jiwa, penjara hati, dan kesempitan dada. Cinta ini adalah penyebab dari kegundahan, kesulitan, dan penderitaan; inilah cinta kepada selain Allah.
Baca Juga  Sifat-sifat Hamba Ar-Rahman (Sifat Kesebelas)

(Dikutip dan diterjemahkan dari kitab “Zadul Ma’ad, jilid 2, penerbit ‘Athaat al Ilmi”)

[1] Diriwayatkan oleh Al Hakim At Tirmiziy dalam kitab “Nawadir Al Ushul”. Syaikh Albani mendha’ifkan hadis ini dalam kitab “Al Dha’ifah”.

Muhammad Rasdil Amirullah, Lc.

(S2, Jurusan Ushul Tarbiyah Al-Islamiyah, Universitas Islam Madinah, KSA)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?