Motivasi Islami

Menapaki Jalan Pernikahan: Niat, Pilihan Dan Etika Dalam Islam

Menapaki Jalan Pernikahan: Niat, Pilihan Dan Etika Dalam Islam

Diterjemahkan dari buku “Umuurun Yajhaluha Al Rijaal An Nisa” karya Abdurrahman bin Mahdi Al Yahya

Banyak orang yang bersemangat melangkah menuju pernikahan, namun belum sepenuhnya memahami tujuan sejatinya. Sebelum memasuki fase hidup yang besar ini, penting bagi setiap laki-laki untuk berhenti sejenak, merenung, dan bertanya pada diri sendiri: ‘Apa sebenarnya tujuan saya menikah?’ Sebab, jawaban dari pertanyaan ini akan menjadi fondasi bagi masa depan rumah tangga yang akan dibangun

Apa Tujuan dari Pernikahan?

Sebelum melangkah menuju pernikahan, seseorang sebaiknya memiliki tujuan yang jelas. Setiap orang bisa memiliki tujuan yang berbeda-beda, tergantung dari cara berpikirnya. Ada yang menikah demi kepuasan seksual, ada pula yang menginginkan keturunan, dan ada yang ingin menemukan jati diri melalui pernikahan.

Namun, ada juga tujuan-tujuan mulia yang apabila dijadikan niat utama, insyaAllah akan membawa keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

Tujuanku Menikah:

Pertama: Menjaga diri dari perbuatan maksiat.

Kedua: Membantu pasangan untuk menjaga kesuciannya.

Ketiga: Mendidik anak-anak kami dengan pendidikan yang diridhai Allah, agar kelak mereka menjadi generasi yang berguna bagi Islam dan umat Muslim.

Ketika niat awal pernikahan adalah karena Allah, maka pintu keberkahan akan terbuka. Anda akan mendapatkan banyak kebaikan karena telah menggantungkan harapan hanya kepada-Nya sejak awal membina rumah tangga.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Pedoman Dalam Memilih Pasangan

Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan sebelum melamar seseorang. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam telah memberikan pedoman kepada kita dalam banyak hadis. Di antaranya:

Baca Juga  GURU PONDASI DUNIA

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda:

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

Diceritakan pula bahwa suatu ketika ada seorang laki-laki yang mengadukan kenakalan anaknya kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khattab –radhiyallahu anhu-. Umar pun memanggil sang anak dan menegurnya karena durhaka kepada ayahnya serta melalaikan hak-hak orang tua. Namun si anak bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga memiliki hak atas ayahnya?”

Umar menjawab, “Benar.”

Lalu anak itu bertanya lagi, “Apa saja hak anak atas ayahnya?”

Umar menjawab, “Memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang baik, dan mengajarkan membaca serta menulis.”

Anak itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak melakukan satu pun dari hak-hakku itu. Ibuku adalah seorang wanita kulit hitam yang berasal dari bangsa Majusi (penyembah api). Ia memberiku nama Ja’la—yang berarti kumbang—dan tidak pernah mengajariku satu huruf pun dari ilmu membaca atau menulis.”

Lalu Umar pun menoleh kepada sang ayah dan berkata,

“Engkau datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkaulah yang telah durhaka kepadanya sebelum ia durhaka padamu, dan engkaulah yang telah berlaku buruk padanya sebelum ia berlaku buruk kepadamu.”

Bukankah kamu setuju bahwa penderitaan yang dirasakan si anak itu bermula dari kesalahan dalam memilih pasangan hidup?

Maka dari itu pentingnya memilih wanita yang baik, karena dia adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Mereka sangat mudah menyerap nilai, karakter, dan perilaku dari ibunya. Ini terjadi karena dua alasan:

Pertama: Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama ibu.

Ayah biasanya sibuk bekerja di luar rumah atau sibuk dengan urusan kehidupan lainnya.

Baca Juga  Sunatullah dalam Meraih Kemenangan (I)

Kedua: Keterikatan emosional anak kepada ibunya jauh lebih besar dibandingkan ayahnya, terutama di usia-usia awal.

Masa-masa itulah di mana kepribadian dan karakter anak mulai terbentuk yang akan sulit berubah di kemudian hari, kecuali jika Allah menghendaki.

Maka, jika kamu memilih wanita yang shalihah, berarti kamu telah mengambil keputusan yang benar dan telah melangkah menuju kehidupan yang penuh keberkahan dan kebahagiaan.

Istri yang shalihah akan menjaga kehormatan dan dirinya, baik saat suami hadir maupun ketika ia tidak berada di rumah.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.”

(QS. An-Nisa: 34)

Etika Di Masa Khitbah (Lamaran)

Ketahuilah bahwa wanita yang sedang dalam masa khitbah (lamaran) belum halal bagimu.

Kamu belum diperbolehkan untuk menyentuhnya, berduaan dengannya, atau memperlakukannya seperti istrimu.

Semua itu hanya diperbolehkan setelah akad nikah (ijab kabul) dan pernikahan diumumkan secara resmi.

Etika Setelah Akad

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan setelah akad nikah, namun ada pula yang harus dihindari. Di antaranya:

Pertama: berbincang bincang

Ini membantu menghilangkan rasa canggung antara pasangan, terutama dari pihak istri. Dia bisa lebih mengenal suaminya, begitu juga sebaliknya.

Namun, ada satu catatan penting yang ditujukan khususnya untuk para suami

Biasanya, saat suasana hati suami sedang baik dan penuh semangat, ia akan mulai bercerita tentang segalanya tentang masa kini, masa lalu, dan rencana masa depan. Namun, penting untuk diingat bahwa hal-hal di masa lalu sebaiknya tidak perlu dibahas, baik oleh suami maupun istri. Masa lalu adalah sesuatu yang sepatutnya ditinggalkan dan tidak perlu diungkit-ungkit lagi.

Sebaliknya, seorang suami hendaknya menyampaikan kata-kata yang positif, berbagi mimpi, cita-cita, dan harapan masa depan. Ucapkanlah hal-hal yang membuat istri merasa rindu dan tersentuh. InsyaAllah nanti kita akan bahas juga beberapa contoh ucapannya, termasuk tentang apa yang kamu sukai dan tidak sukai.

Baca Juga  Pengorbanan Cinta Pemuda Pilihan

Hal yang perlu engkau pahami bahwa jika komunikasi dilakukan secara berlebihan, itu bisa berubah menjadi sesuatu yang buruk dan berdampak negatif.

Misalnya, jika kamu berbicara terlalu lama (sampai berjam-jam), tanpa sadar kamu bisa membuatnya tidak nyaman. Ia jadi merasa sungkan meninggalkanmu untuk menemui keluarganya, jadi tidak leluasa membantu pekerjaan rumah, dan perlahan-lahan ia pun mulai terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi ini bisa memberi kesan buruk tentang dirimu dan bahkan menimbulkan rasa jenuh.

Maka, sebaiknya komunikasi dibuat secukupnya.

Kedua:  Hati-Hati dengan Kalimat yang Memicu Cemburu

Saudaraku, ketahuilah bahwa rasa cemburu seorang wanita ibarat lilin di dalam dadanya dan kamu sebagai suaminya bisa dengan mudah menyalakannya tanpa sadar. Dan sering kali, pemicu kecemburuan itu berasal dari dirimu sendiri.

Ada beberapa hal penting yang harus dijaga oleh suami:

Pertama: Jangan menyebut wanita lain di hadapannya.

Baik menceritakan kisah tentang seorang wanita, mengatakan bahwa kamu pernah bertemu atau mengenal wanita lain, atau bahkan menyebutkan rekan kerja Perempuan semua itu bisa membangkitkan rasa cemburu istrimu. Jika kamu bekerja di lingkungan yang bercampur antara pria dan wanita, jangan ceritakan interaksimu dengan mereka. Karena jika kamu melakukannya, kamu sedang menyalakan api cemburu itu, dan di situlah awal munculnya jarak dalam hubungan kalian.

Kedua: Soal cinta, istri percaya bahwa cintamu hanya untuknya.

Dalam hati seorang istri, cinta suami itu utuh dan tidak terbagi. Ia yakin bahwa tidak mungkin kamu mencintai wanita lain, bahkan meski itu ibumu atau saudara perempuanmu. Maka, hindarilah mengatakan bahwa kamu mencintai orang lain di hadapannya.

Muh Huud I Wima

Mahasiswa S1, Qassim University, KSA

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?