Motivasi Islami

Kunci-Kunci Khusyuk Dalam Salat (5)

Kunci-Kunci Khusyuk Dalam Salat (5)

Dalil keempat:

Firman Allah:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

Artinya: “Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. QS. Al Baqarah: 45.

Berkata Ibnu Jarir dalam mengomentari ayat ini: “Sesungguhnya keduanya (sabar dan salat) merupakan penolong untuk dapat meraih rahmat Allah”[1].

Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk meminta pertolongan dalam urusan agama dan dunia mereka dengan sabar dan salat.

Berkata al Qasimi: “Sebaik-baik hal yang dapat digunakan dalam menghadapi musibah di jalan Allah adalah dengan sabar dan salat”[2].

Sabar adalah menahan diri dan mengendalikannya dari rasa cemas dan gelisah serta apa yang Allah haramkan, ia adalah penolong terbesar dalam segala urusan, maka tidak ada jalan bagi selain orang yang sabar untuk meraih apa yang diinginkan kecuali dengan kesabaran. Seorang hamba sangat membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk bersabar, dan mengabarkan bahwa Dia bersama dengan orang-orang yang bersabar yaitu mereka yang menjadikan sabar sebagai akhlak, sifat serta kebiasaan mereka dengan pertolongan, taufik dan bimbinganNya sehingga dengan demikian segala kesulitan dan hal-hal yang tidak ia sukai menjadi ringan dan segala sesuatu yang terasa berat menjadi mudah serta segala kesukaran hilang dari mereka.

Dan kebersamaan khusus ini (ma’iyyah khassah) mengandung kecintaan Allah dan pertolonganNya serta bantuan dan kedekatanNya. Ini merupakan keutamaan yang sangat mulia (yang akan diraih) oleh orang-orang yang bersabar. Jika sekiranya tidak ada keutamaan bagi orang-orang sabar kecuali bahwa mereka mendapatkan kebersamaan khusus dari Allah, maka itu sudah lebih dari cukup sebagai keutamaan dan kemuliaan.

Baca Juga  IBADAH MENINGGALKAN YANG HARAM

Dan Allah memerintahkan untuk meminta pertolongan melalui salat; karena ia merupakan timbangan keimanan, tiangnya agama, cahaya bagi orang-orang beriman dan penghubung antara seorang hamba dengan Rabbnya.

Jika salat seorang hamba sempurna -dengan menjalankan seluruh rukun, wajib dan sunnah-sunnah di dalamnya- dan ia menghadirkan hatinya ( khusyuk) yang merupakan inti dari salat, maka apabila ia masuk di dalam salat, ia hadir di hadapan Rabbnya, berdiri di hadapanNya -dengan rasa penuh penghinaan- dan merenungi setiap apa yang Allah katakan (melalui ayat-ayat yang ia baca di dalam salatnya) serta terbuai dalam doa-doanya. Maka salat seperti ini adalah bentuk pertolongan terbesar atas segala urusan.

Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar; dan karena kehadirannya di dalam salat yang penuh dengan khusyuk mampu membangkitkan dorongan dari dalam hati untuk taat terhadap perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya. Jenis salat inilah yang Allah perintahkan untuk kita jadikan pertolongan dalam segala urusan[3].

Firman Allah: “Sesungguhnya salat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.

Artinya adalah bahwa salat itu sungguh sangat berat dan sulit kecuali bagi orang-orang yang hati dan anggota tubuh mereka tunduk hanya kepada Allah[4]. Adapun pengkhususan kata ganti (dhomir) yang hanya dinisbatkan kepada salat tanpa sabar, maka ini menunjukkan perhatian khusus terhadap salat[5], sebab salat merupakan pokok dari segala kebaikan dan juga penolong untuk mendapatkan segala kebaikan[6]. Oleh karena itu, setiap kali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dilanda suatu perkara sulit beliau bergegas untuk melaksanakan salat[7].

Salat merupakan sumber pertolongan yang tidak akan pernah habis, bekal yang tidak akan pernah habis dan pendorong yang selalu memperbarui keimanan, meneguhkan dan memperkuat hati. Maka bagi seorang hamba yang lemah senantiasa menautkan dirinya kepada Dzat yang Maha kuat, Maha kekal dan Maha Agung, melaluiNya ia mendapatkan pertolongan, lemah lembut, kasih sayang di dalam seluruh urusan kehidupannya terutama tatkala ia berada di dalam kesulitan ketika ia merasakan beratnya untuk  tetap tegus dan istiqamah di atas jalan yang lurus, di tengah dorongan hawa nafsu dan godaan dunia.

Baca Juga  Mendaki Ke Puncak Cita

Dan ketika ia merasakan betapa panjangnya (perjalanan hidup), di dalamnya penuh dengan rasa lelah lalu kemudian melihat bahwa ia justru belum memperoleh apapun dari ketaatan serta belum meraih apapun dari amal-amal saleh sedangkan matahari usianya semakin condong untuk tenggelam (pen; artinya umur semakin berkurang).

Disinilah tampak nilai salat bahwa ia adalah kunci yang akan mengantarkan kepada kebaikan dunia dan akhirat, sebab ia adalah yang lurus dan petunjuk yang paling selamat untuk menambah kebaikan dan mengangkat derajat  serta menghapus dosa.

Oleh karena itu, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam kesulitan, beliau berkata kepada Bilal : “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan salat”[8], dan beliau juga memperbanyak salat ketika dilanda suatu perkara yang sulit[9] untuk memperkuat hubungannya dengan Allah.

Ibadah ini (salat) memiliki rahasia-rahasia yang menakjubkan, di antaranya:

  • Ia merupakan bekal dan cahaya dalam perjalanan menuju Allah.
  • Ia merupakan pembersih dan penjernih hati.

Dimana pun ada perintah yang berat, maka salat adalah kuncinya untuk bisa merasakan manisnya ketaatan dalam bautan kelembutan dan kemudahan.

Ketika Allah memilih Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengemban risalah agung ini dan membebankan atasnya dengan beban yang berat, Allah berkata:

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا

Artinya: “Wahai orang yang berkelumun (Nabi Muhammad), bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) seperduanya, kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu”. QS. Al Muzammil: 1 – 5.

Baca Juga  Milikilah Keyakinan Kuat Maka Engkau Akan Hebat

Maka persiapan untuk menerima perkataan berat (wahyu) dan amanah yang sulit adalah dengan salat malam, tadabbur al Qur’an dan membacanya dengan tartil; karena keduanya merupakan hal yang paling bermanfaat bagi hati, menguatkan hubungan dengan Allah serta membangkitkan ketenangan dan kedamaian.

 

1.Tafsir at Tabari (1/261).

[2]. Tafsir al Qasimi (1/436).

[3]. Lihat: Tafsir as Sa”di Hal.75.

[4]. Lihat: Tafsir al Manar (1/250).

[5]. Lihat: Tafsir ar Ragib al Asfahani (1/177).

[6]. Lihat: Adwaa al Bayan (8/269).

[7]. Diriwayatkan Ahmad (5/388), Abu Daud (2/36), No. 1319 dari hadis Hudzaifah radiallahu anhu. Sanadnya dihasankan oleh Ibnu Hajar di Fath al Baari (3/415) dan juga dihasankan oleh Albani di Sahih Abi Daud (1/245).

[8]. Diwiyatkan Ahmad (5/364), Abu Daud (7/339) No. 4986. Disahihkan oleh al Mundziri di dalam Mukhtasar sunan Abi Daud (3/365), dan juga al Iraqi di dalam Takhrij Hadis-Hadis Ihya Hal. 195.

[9]. Lihat catatan kaki nomor 7.

Darul Idam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor Qassim University, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?