Kapan kemenangan datang? (Bag 3)

Kapan kemenangan datang?
tadabur surah an nashr (bag 3)
- ketentuan perubahan
Diantara ketentuan Allah ta’ala yang pasti terjadi adalah perubahan. Semua makhluk pasti mengalaminya, manusia, tumbuhan, hewan dan juga makhluk- makluk lain yang ada dialam semesta; Karena perubahan adalah sifat yang melekat pada setiap makhluk, hanya Allah ta’ala saja yang maha kekal abadi; karena Dialah yang maha mencipta, menguasai dan mengatur.
Meskipun perubahan adalah sebuah keniscayaan, namun manusia seringkali lupa dan terlalaikan, selalu merasa apa yang sedang menimpanya akan kekal dan tidak berubah. Bila mendapatkan nikmat atau kebaikan cenderung sombong dan jumawa, sebaliknya bila ditimpa ujian atau keburukan ia tenggelam dalam kesedihan dan putus asa.
oleh karena itu Allah ta’ala menurunkan ayat-ayatNya, baik ayat-ayat kauniyah ( alam semesta) atau ayat-ayat quraniyah ( al quran al ‘azim).
Diantara ayat-ayat al quran yang menegasakan sunnah ( ketentuan) perubahan adalah:
- Firman Allah ta’ala:
Artinya: Demikianlah, siapa yang membalas seimbang dengan penganiayaan yang telah dia derita kemudian dia dizalimi (lagi) pasti akan ditolong oleh Allah. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (60). Hal itu (pertolongan Allah terjadi) karena sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (61). Hal itu (kekuasaan Allah berlaku) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Mahabenar dan apa saja yang mereka seru selain Dia itulah yang batil. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar (62). Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menurunkan air (hujan) dari langit sehingga bumi menghijau? Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Mahateliti (63). Al hajj : 60- 63.
Firman Allah ta’ala diatas menegaskan bahwa perubahan pada situasi dan kondisi manusia adalah sebuah keniscayaan, sebagaimana perubahan yang terjadi pada pergantian siang dan malam atau perubahan yang terjadi pada tumbuhan layu setelah tersiram air hujan.
Syaikh ibnu ‘aasyur berkata dalam tafsirnya: kaitan yang menghubungkan antara pertolongan Allah ta’ala bagi orang yang dizolimi dan bersabar, dengan pergantian siang dan malam adalah isyarat akan perubahan situasi dan kondisi setiap zaman, bisa jadi yang tadinya kalah menjadi menang, dan yang tadinya menang menjadi kalah…walhasil tidak mengherankan bila kaum muslimin – meskipun minoritas- dijanjikan akan mengalahkan kaum kafir, karena Allah ta’ala bila berkuasa mengganti siang menjadi malam- dan sebaliknya-, pasti mampu memenangkan yang lemah atas yang kuat. ( At tahrir wa at tanwiir: 17/ 315).
- Firman Allah ta’ala:
Artinya: Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar ra’d: 11
Ayat diatas menegaskan peringatan dini bagi kaum kafir quraisy yang durhaka Ketika mereka berada dipuncak kekuatan dan kesombongan, menantang Allah ta’ala agar menyegerakan turunnya azab bagi mereka, sebagai bentuk pembangkangan dan ejekan, peringatan itu adalah bahwa perubahan merupakan sebuah keniscayaan, kekuatan dan kekuasaan serta kesejahteraan yang mereka rasakan pasti berubah disebabkan oleh kekufuran serta kedurhakaan mereka, dan benar saja terjadi, kaum kafir quraisy menelan kekalahan besar diperang badar, banyak dari tokoh-tokoh mereka terbunuh dan tersandra.
Dari ayat diatas juga dapat difahami sebaliknya, bahwa Allah ta’ala tidak merubah keburukan yang menimpa suatu kaum kecuali bila mereka merubahnya sendiri, sehingga keadaan buruk tersebut berubah menjadi baik.
Ayat diatas juga menunjukkan bahwa perubahan sejatinya dimulai dari hati dan niat, kemudian sikap dan tindak tanduk, hingga perubahan kondisi dan keadaan yang diinginkan.
Oleh karenanya sudah seharusnya para pemimpin dan ulama pewaris nabi menjadikan konsep perubahan hati dan jiwa sebagai tonggak serta sarana dalam membangun Masyarakat yang lebih baik, Dimana kekuatan kebaikan menjadi dominan dan kehendak kebenaran selalu menang, karena sedari dulu perubahan adalah jalan perbaikan, dan konsep Pembangunan, serta cara untuk selalu bertahan (survive).
- Firman Allah ta’ala:
Artinya: Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Al anfaal: 53
Ayat diatas turun pasca perang badar, dimana kaum kafir quraisy menelan kekalahan yang sangat parah, akibat kesombongan dan kedurhakaan mereka, maka Allah ta’ala ganti kekuatan dan kejayaan mereka dengan kematian, penawanan dan kehinaan, keadaan mereka seperti firaun dan para pembelanya, Dimana Allah ta’ala campakkan kepada mereka siksaNya yang sangat dahsyat disebabkan kekufuran dan kedustaan mereka.
Imam at thabari berkata: sesungguhya Allah tidak merubah keselamatan dan kenikmatan suatu kaum, menghilangkannya, kemudian menghancurkan mereka, kecuali bila mereka merubahnya sendiri, dengan cara saling menzalimi, saling menyakiti, saat itulah siksa Allah menimpa dan merubah keadaan mereka.
Senada dengana beliau, imam ibnu katsir juga menegaskan bahwa merupakan bukti keadilan Allah ta’ala dalam hukumNya adalah perubahan nikmat menjadi azab pada suatu kaum, disebabkan dosa yang mereka langgar, Seperti halnya perilaku firaun dan semisalnya, saat mereka mendustkan ayat-ayat Allah ta’ala, maka Allah binasakan mereka, Allah rampas segala nikmat yang mereka rasakan, hal itu disebabkan dosa-dosa mereka dan Allah ta’ala tidak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang berbuat keazaliman.
Ayat diatas dan sebelumnya menegaskan bahwa sebab terjadinya perubahan timbul dari dalam, bukan dari luar, maka perubahan yang Allah ta’ala takdirkan selalu disertai perubahan dari dalam jiwa manusia, dan ia tidak akan dihukum akibat kesalahan orang lain selama tidak diam atau menyetujuinya, oleh karennya perubahan yang positif harus tumbuh dari dalam jiwa, bukan dari yang lain.