PENTINGNYA TAUBAT DAN MEMPERBARUI NIAT DI BULAN SYA’BAN

PENTINGNYA TAUBAT DAN MEMPERBARUI NIAT DI BULAN SYA’BAN
Tanpa kita sadari, berjalannya waktu serta pergantian siang dan malam, kita telah memasuki bulan Sya’ban bulan ini adalah pintu gerbang sebelum memasuki bulan Ramadan, di bulan ini kita sudah bisa memulai persiapan serta pembiasaan diri dengan memperbanyak ibadah serta istighfar memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar pada saat memasuki bulan Ramadan dalam kondisi yang terbaik untuk memanen keberkahan ibadah di dalamnya.
Keutamaan Sya’ban
Bulan sya’ban adalah bulan dimana amal-amal diangkat kepada Rabb semesta Alam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ؟ فَقَالَ: “ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ”
“Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau banyak berpuasa di bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?’ Beliau bersabda, ‘Itu adalah bulan yang sering dilupakan manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabb semesta alam, dan aku suka amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.'” (HR. An-Nasa’i No. 2357, dihasankan oleh al-Albani)
Olehnya Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk kepada kita semua untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: “فمَا رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ، وما رَأَيْتُهُ أكْثَرَ صِيَامًا منه في شَعْبَانَ.
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa (sunah) di suatu bulan daripada di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1969 dan Muslim No. 1156)
Dengan masuknya kita di bulan sya’ban menunjukkan kurang dari sebulan lagi kita semua akan memasuki bulan Ramadan, mari kita mempersiapkan diri dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah dan memperbaiki kualitas ibadah wajib agar pada saat memasuki bulan Ramadan telah terbiasa dengan ibadah.
Taubat Kunci Kebahagiaan
Persiapan selanjutnya yang tak kalah pentingnya yang harus disiapkan oleh kita semua yaitu taubat serta memperbanyak istighfar, semua dari anak cucu adam pastilah berdosa sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya:
“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, No. 2499; Ibnu Majah, No. 4251)
Setiap kita memiliki kesalahan, namun Allah subhanahu wa ta’ala dengan keluasan rahmat dan kasih sayangNya memberikan jalan kepada pelaku kesalahan untuk bertaubat dan memperbaiki diri, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan pintu taubat terbuka selama ajal belum datang serta matahari terbit dari sebelah Barat sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
إنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ باللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ، حتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مَغْرِبِهَا.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada malam hari, hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim No. 2759)
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
Artinya:
Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan (saat sakaratul maut). (HR. Tirmidzi No. 3537)
Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaubat dengan taubat nasuha sebagaimana firman Allah ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. (QS. at-Tahrim:8)
Imam an-Nawawi Rahimahullah dalam kitabnya Riyadhu as-Salihin menjelaskan 3 syarat taubat nasuha jika dosa tersebut tidak berkaitan dengan hak dari seorang hamba yaitu:
- Menghentikan dari kemaksiatan yang dilakukan
- Menyesal karena telah melakukan kemaksiatan tersebut
- Bertekad kuat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.
Ulama yang lainnya menambahkan syarat yang keempat, apabila berkaitan dengan hak-hak manusia lainnya maka berusaha untuk meminta maaf dan mengembalikannya.
Memohon ampun kepada Allah ta’ala tidak hanya dilakukan pada saat melakukan kesalahan, tatkala selesai dari melakukan ibadah Solat, Zakat, Puasa dan Haji, kita dianjurkan untuk beristighfar. Karena banyak kekurangan dan kelalaian saat melakukan ibadah tersebut mudah-mudahan dengan istighfar Allah ta’ala mengampuni kelalaian dalam ibadah tersebut. Allah ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimin ketika telah wukuf di Arafah pada saat pelaksanaan Haji untuk ditutup dengan Istigfar Allah ta’ala berfirman,
ثُمَّ اَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ اَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya:
Kemudian, bertolaklah kamu dari tempat orang-orang bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Baqarah :199)
Dengan beristighfar dan bertaubat akan memberikan keberkahan serta kebahagiaan di Dunia dan Akhirat sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ
Artinya:
Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kesenangan yang baik kepadamu (di dunia) sampai waktu yang telah ditentukan (kematian) dan memberikan pahala-Nya (di akhirat) kepada setiap orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku takut kamu (akan) ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat). (Q.S Hud:3)
Memperbarui niat di bulan Sya’ban
Salah satu aspek penting yang harus disiapkan di bulan ini selain dari pembiasaan ibadah kemudian memperbanyak taubat yaitu memperbarui niat ibadah semata-mata karena Allah ta’ala, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Artinya:
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (Q.S Al-Bayyinah: 5)
Niat merupakan inti dari ibadah, seseorang akan dibalas dari ibadah yang dilakukan berdasarkan niatnya sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya:
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sekalipun amalan itu besar tapi jika niat awalnya hanya untuk pujian manusia ataupun semata-mata untuk dunia, maka tidak akan mendapatkan ganjaran pahala disisi Allah ta’ala.
Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kita taufiq duntuk memperbanyak ibadah, taubat serta beramal dengan ikhlas semata-mata hanya untuk mengharap wajahNya.