Ide program untuk pendidikan Anak di Bulan Ramadan

Di antara nikmat Allah bagi seorang Muslim adalah diberikan kesempatan untuk menjalani puasa Ramadan serta diberi kekuatan untuk menunaikan ibadah di dalamnya. Bulan ini adalah kesempatan besar di mana pahala dilipatgandakan, derajat diangkat, dan Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang Muslim memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, mengisi waktunya dengan ibadah, karena banyak orang yang tidak dapat merasakan bulan ini karena sakit, kematian, atau kesesatan.
Sebagaimana seorang Muslim wajib memanfaatkan bulan ini dengan penuh ketaatan, ia juga memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dengan mendidik dan membimbing mereka ke jalan kebaikan serta membiasakan mereka melakukan amal saleh, karena seorang anak tumbuh berdasarkan kebiasaan yang diajarkan oleh orang tuanya,
وينشأ ناشئ الفتيان فينا على ما كان عوده أبوه
“Seorang pemuda akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang diajarkan oleh ayahnya.” Qadz`if al-Haq (1/300)
Berikut ini adalah ide program untuk pendidikan Anak di Bulan Ramadan yang mungkin bisa dikerjakan oleh Ayah-Bunda:
- Membimbing anak dalam menjalankan puasa serta memotivasi mereka yang masih lalai dalam menunaikannya. Gunakanlah bahasa yang santun, terapkan metode reward dan punsihment. Reward hendaknya diberikan sejak anak belajar berpuasa. Sedangkan punsihment diberikan kepada anak yang sudah melewati usia 10 tahun hijriah. Metode ini juga harus didampingin dengan penyadaran bahwa balasan akhirat di sisi Allah, jauh lebih baik dan lebih indah.
- Mengingatkan anak bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai jalan menuju ketakwaan, serta kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari dosa-dosa. Pemahaman adalah bagian dari fondasi kepatuhan seseorang kepada Allah. Itulah mengapa Allah menyebutkan alasan diperintahkannya puasa di penghujung ayat. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ naik mimbar lalu berkata, “Aamiin, Aamiin, Aamiin.” Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau berkata seperti itu?” Beliau menjawab, “Jibril berkata kepadaku, ‘Celakalah seorang hamba yang bertemu dengan bulan Ramadan tetapi dosanya tidak diampuni.’ Maka aku berkata, ‘Aamiin.’ Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celakalah seorang hamba yang mendapati orang tuanya atau salah satu dari keduanya tetapi tidak membuatnya masuk surga.’ Maka aku berkata, ‘Aamiin.’ Lalu Jibril berkata lagi, ‘Celakalah seorang hamba yang disebutkan namamu di hadapannya tetapi dia tidak bershalawat kepadamu.’ Maka aku berkata, ‘Aamiin’.” (HR. Ibnu Khuzaimah 1888 dengan lafaz ini. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi (3545), Ahmad (7444), dan Ibnu Hibban (908).
- Momen buka puasa dan sahur merupakan kesempatan untuk mengajarkan adab dan etika makan, seperti berdoa, makan dengan tangan kanan, mengambil makanan dari sisi terdekat, serta tidak menyia-nyiakan makanan.
- Mencegah anak-anak agar tidak terlalu lama menikmati takjil saat buka puasa sehingga mereka tidak melewatkan shalat Maghrib berjamaah.
- Mengajak anak-anak untuk peduli terhadap fakir miskin dan orang-orang yang kesulitan mendapatkan makanan untuk berbuka.
- Memanfaatkan momen Ramadan untuk mempererat silaturahmi dengan keluarga besar serta menyelesaikan konflik yang ada.
- Membiasakan anak-anak untuk membantu ibu dalam menyiapkan dan membereskan makanan berbuka. Kalau perlu, berikan reward bagi kerja keras mereka.
- Mengajak mereka untuk menunaikan shalat Tarawih dengan mengingatkan agar tidak berlebihan dalam makan sebelum shalat. Usahakan anak didampingi saat mengerjakan salat tarawih dan tidak dibiarkan bersama dengan anak-anak lain. Selain berpeluang menimbulkan kegaduhan, tujuan yang diharapkan pun tidak tercapai. Jika anak tidak bisa diatur dan cenderung mengusik ketenangan jamaah saat melaksanakan tarawih, hendaknya anak tidak dibawa ke masjid.
- Mengenalkan berkah sahur kepada anak-anak serta mengingatkan bahwa sahur membantu mereka menjalani puasa dengan lebih kuat. Memilihkan makanan yang tepat agar puasa terasa lebih ringan.
- Memberikan waktu sebelum Subuh untuk mereka yang ingin melaksanakan shalat Witir atau memperbanyak doa.
- Mengingatkan pentingnya shalat Subuh berjamaah dan mencegah kebiasaan tidur kembali setelah sahur sehingga meninggalkan shalat.
- Meneladani Rasulullah ﷺ dalam sepuluh hari terakhir Ramadan, di mana beliau menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.
- Mendorong anak-anak yang masih kecil untuk mulai belajar berpuasa dengan memberikan pujian dan hadiah bagi mereka yang mampu menjalankannya, baik setengah hari atau penuh. Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Ketika hari Asyura, Nabi ﷺ mengirim utusan ke kampung-kampung Anshar untuk menyampaikan, ‘Siapa yang telah makan, hendaknya ia berpuasa untuk sisa harinya dan siapa yang belum makan, hendaknya ia tetap berpuasa.’ Ia melanjutkan, “Kami pun berpuasa dan membiasakan anak-anak kecil kami untuk berpuasa. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan dari wol agar mereka teralihkan hingga waktu berbuka tiba.” (HR. Bukhari 1859 & Muslim 1136). An-Nawawi berkata, “Hadis ini menunjukkan bahwa anak-anak dilatih mengerjakan ketaatan dan dibiasakan mengerjakan ibadah. Meski demikian mereka bukan mukallaf. Al-Qadhi mengatakan, ‘Diriwayatkan dari Urwah (beliau berpendapat) bahwa anak-anak jika sudah mampu berpuasa, maka puasa menjadi wajib bagi mereka. Hal ini keliru dan dibantah oleh hadis sahih yang berbunyi, ‘Pena terangkat dari tiga golongan, … dari anak kecil sampai ia balig.’ Wallahu a’lam.” (Syarah Sahih Muslim 8/14).
- Jika memungkinkan, membawa keluarga untuk menunaikan umrah di bulan Ramadan, karena umrah di bulan ini memiliki pahala seperti haji. Hendaknya berangkat umrah di awal bulan untuk menghindari kepadatan.
- Tidak membebani istri dengan persiapan makanan yang berlebihan, karena banyak keluarga menjadikan Ramadan sebagai ajang untuk berlebihan dalam makanan dan minuman, sehingga menghilangkan esensi ketakwaan dalam ibadah puasa.
- Menjadikan Ramadan sebagai bulan Al-Qur’an dengan mengadakan majelis membaca Al-Qur’an di rumah, di mana ayah bisa membimbing anak-anaknya membaca serta memahami maknanya.
- Mendorong anak-anak untuk bersedekah serta membantu tetangga yang membutuhkan. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika Jibril menemuinya dan membacakan Al-Qur’an kepadanya. Rasulullah ﷺ lebih dermawan dalam berbuat kebaikan daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari 6 & Muslim 2308). Orang tua hendaknya memberi contoh teladan dalam mengerjakan kebaikan yang satu ini.
- Melarang anak-anak untuk begadang tanpa manfaat, terutama jika menghabiskan waktu untuk hal-hal yang makruh atau haram. Ingatlah, setan dari golongan manusia masih tetap ‘berkerja’ untuk menyesatkan dengan berbagai program hiburan yang sejatinya bertujuan untuk melalaikan.
- Mengingatkan anak-anak bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika keluarga berkumpul kembali di surga Allah di akhirat kelak. Oleh karena itu, majelis-majelis kebaikan yang diadakan di rumah selama Ramadan adalah salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan abadi tersebut.
- Mengajak anak ngabuburit dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan menciptakan bounding yang baik antar anggota keluarga. Momen kebersamaan yang dibuat akan terus dikenang oleh anak sebagai asosiasi positif dalam benaknya terhadap bulan Ramadan.
Semoga Allah memberkahi keluarga kita di bulan Ramadan kali ini, menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa, serta mengumpulkan kita sekeluarga di surga-Nya kelak. Amin.