Keluarga

Tiga Perkara Yang Wajib Dipelajari Oleh Wanita Muslimah (Bag. 1)

Perkara Pertama: Mengilmui Prinsip-Prinsip Keimanan

Saudariku … wajib Anda ketahui bahwa ibadah yang benar dan sah di sisi Allah tidaklah terealisasi kecuali di atas aqidah, dan prinsip keimanan yang benar. Sebab itu aqidah merupakan salah satu ilmu yang paling utama lagi wajib dipelajari bagi setiap muslim dan muslimah. Karena perkara aqidah ini berkisar pada rukun iman yang enam maka tema aqidah ini sangatlah urgen untuk diketahui oleh setiap muslim.

Rukun Iman Pertama: Iman Kepada Allah Ta’ala

Iman kepada Allah mengandung empat unsur penting sebagaimana yang disebutkan dan diamalkan oleh para salaf, yaitu:

  1. Beriman kepada sisi keesaan Allah (Wihdaniyatullah):

Meyakini bahwa Allah lah satu-satuNya pencipta dan Tuhan yang berhak disembah dan ditaati segala perintahNya, dan bahwasanya Dia tidak memiliki sekutu, tidak pula anak dan istri, tidak memerlukan pembantu dan tidak pula penolong. Ini banyak terdapat dalam ayat Al-Quran terutama dalam surat Al-Ikhlash (1-4):

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad): Dia lah Allah Yang Maha Esa, Allah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan Tiada satupun yang setara dengan Dia.”

  1. Beriman kepada sisi Rububiyah-Nya:

Yaitu meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan seluruh alam semesta ini, mengatur dan mengurus seluruh urusan para hamba, Dia lah yang mematikan dan menghidupkan, memberikan rezeki dan karunia, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya. Allah telah menyebutkan ini dalam berbagai ayat Al-Quran, di antaranya:

أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (QS Al- A’raf: 54).

Karena Allah lah satu-satunya pencipta, maka Dia yang pantas dan berhak untuk disembah, ini merupakan salah satu makna iman kepada Allah yaitu beriman kepada sisi uluhiyyahNya yang berarti semua amal ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata. Tauhid jenis ini lah yang ditolak secara tegas oleh kaum musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, sebab mereka beriman dan meyakini adanya Sang Pencipta tetapi menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya dengan beribadah kepada selainNya.

  1. Beriman dengan keberadaan nama-nama dan sifat-Nya:
Baca Juga  Bunda, Jadilah Murabbiyah Yang Tak Kenal Lelah (Bag. 2)

Yaitu meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan kemuliaanNya, kita semua tidak akan bisa mengetahui seluruh nama dan sifat-Nya, olehnya itu kita hanya diwajibkan untuk meyakini nama-nama yang Dia sebutkan dalam kitab-Nya Al-Quran, dan dari sabda Rasul-Nya, dan tidak mengambil nama dan sifat itu dari selain kedua sumber tersebut. Sehingga setiap nama atau sifat yang Dia sebutkan sendiri, maka kita wajib beriman padanya, meyakininya, dan beramal dengan konsekuensi nama atau sifat tersebut. Di antaranya; nama As-Samii’ (Maha Mendengar), Al-‘Aliim (Maha Mengetahui), Al-Hakiim (Maha Bijaksana), Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), Ar-Rahman (Maha Penyayang), Ar-Rahim (Maha Pengasih), dan sebagainya, dan tidak dibolehkan bagi siapa pun untuk menambah nama-nama lain yang tidak disebutkan oleh Allah ta’ala atau Rasul-Nya.

Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil (menafikan hakikatnya), tahrif (mengubah maknanya), tamtsil (menyerupakanNya dengan makhluk), maupun takyif (menentukan tata cara sifat-Nya). Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Artinya: ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syuura: 11)

Nama-nama Allah begitu banyak, kita tidak akan bisa mengetahui seluruhnya, di antaranya 99 nama yang diisyaratkan dalam sebuah hadis: “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barang siapa yang menghitungnya (menghafal dan mengamalkan konsekuensinya) maka ia masuk surga.”  (HR Muslim)

Semoga Allah ta’ala memberikan kita kemampuan untuk menghafal dan mengamalkan konsekuensi nama-nama Allah tersebut agar menjadi sebab kita masuk surga. Aamiin.

Sedangkan beriman kepada sifat-sifat-Nya maka memiliki konsekuensi harus beriman, meyakini adanya sifat-sifat tersebut beserta pengaruh yang muncul darinya, serta beribadah kepada Allah dengan menggunakan sifat-sifat tersebut, misalnya; Allah memiliki sifat rahmat, ini mewajibkan kita untuk beriman meyakini keberadaan sifat ini pada Allah, beserta dampak adanya sifat ini bagi semua makhluk, lalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan memohon rahmat tersebut melalui amal-amal shalih, dan kita juga harus merasa gembira dengan adanya rahmat Allah yang luas dan meliputi segala sesuatu. Demikian pula dengan sifat-sifat Allah lainnya selain.

  1. Beriman kepada sisi Uluhiyyah-Nya:
Baca Juga  Batasan Aurat dan Hijab Muslimah Dalam Pandangan Al'Allaamah Muhammad Nawawi Al-Bantani rahimahullah

Yaitu meyakini bahwa Allah lah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dan hanya menghaturkan segala jenis ibadah kepada Allah, tidak kepada selain-Nya.

Kita tidak boleh mencukupkan diri dengan beriman terhadap adanya Allah dan keesaan-Nya, akan tetapi wajib pula bagi kita untuk mengesakan-Nya dalam berbagai bentuk ibadah, artinya semua ibadah tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada Allah, sesuai ayat:

 قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)

Artinya: ” Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS Al-An’am: 162-163)

Kata-kata inilah yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dan juga harusnya wajib diucapkan dan dipraktekkan oleh setiap muslim.

Demikian pula doa, hendaknya tidak dipanjatkan kecuali hanya kepada Allah, sesuai firman-Nya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”  (QS Ghafir: 60)

  وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ الله أَحَدًا

Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”   (QS Al-Jin: 18)

Juga rasa takut dan ketundukan hanya kepada-Nya;

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Artinya : “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaiton yang menakut-nakuti kalian dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik quraisy) karena itu janganlah kalian takut pada mereka tetapi takutlah padaKU jika kalian benar-benar beriman”. (QS Ali Imran: 175)

Baca Juga  Pendidikan finansial pada anak

Bahkan rajaa’ (harapan), cinta yang sempurna, dan amalan-amalan hati lainnya hendaknya hanya kepada Allah dan karena Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam: “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, member karena Allah dan menahan pemberian karena Allah, maka ia telah menyempurnakan keimanannya.” (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, shahih)

Demikian juga shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, bacaan Al-Quran, dan amalan-amalan anggota tubuh lainnya hendaknya dipersembahkan kepada Allah saja yang tiada sekutu bagi-Nya.

Semua yang disebutkan di atas adalah hakikat iman kepada Allah dengan keempat jenisnya, barang siapa yang mewujudkannya dalam dirinya, dan berpegang teguh dengannya maka ia telah mewujudkannya sesuai perintah Allah dan rasul-Nya, dan hendaknya bergembira dengan buah yang dihasilkannya, yaitu rasa tenang, dan bahagia yang ia dapatkan dalam dirinya, sebab ia yakin bahwa Maha Pencipta yang mengatur segala urusan hidupnya adalah Maha Penyayang yang memiliki kunci-kunci hati manusia, serta Dia lah Yang Maha Bijaksana, memiliki kebijaksanaan yang besar, juga Maha Mengalahkan, mengalahkan orang-orang zalim di dunia dan di akhirat, memiliki keadilan mutlak, tidak ada seorang pun yang dizalimi di sisiNya. Bila Dia yang memiliki sifat-sifat seperti ini yang menentukan semuanya, lalu kenapa kita mesti terus menerus sedih dan susah, dan menyembah Tuhan-tuhan selainNya?!

Demikianlah pembahasan rukun paling utama dan pertama dari rukun-rukun iman, kami memohon kepada Allah agar menganugerahkan kita semua iman dan tawakkal yang sempurna kepada-Nya, serta membuka pintu-pintu hati kita untuk menerima kebenaran, dan menambah keimanan dan sifat berserah diri kepada-Nya. Aamiin.

Maulana Laeda, Lc., M.A., Ph.D.

Doktor Bidang Ilmu Hadits, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?