Ulumul Quran

Serial Usul Tafsir (bag. 5)

Sebagian ulama kontemporer berpendapat tentang pentingnya menghukumi riwayat tafsir sesuai metode para ulama hadis dalam menghukumi sanad-sanad (hadis yang berisi tentang) halal dan haram, seperti Syekh Muhammad Nasiruddin al-Albani dalam jawabannya ketika ditanya oleh Abu Ishaq al-Huwaini, namun pendapat ini perlu ditinjau ulang; karena metode para ulama hadis, jika dilihat dari penerapannya, ada dua keadaan:

Yang pertama: Menulis buku Jarh wa Takdil, yang berisi tentang kondisi dan keadaan para rawi dan sanad, sebagaimana disebutkan oleh al-Khalili dalam kitabnya al-Irsyad.

Yang kedua: Menulis buku tafsir, dan metode mereka (para ulama hadis) bersandar pada riwayat-riwayat tafsir meskipun bermasalah, padahal mereka tahu kelemahanya, sebagaimana telah disampaikan sebelumnya pada riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma dari jalur al-Dahhak.

Secara asal penafsiran adalah penjelasan terhadap sesuatu yang harus sesuai dengan maknanya, hanya saja terkadang penafsir menjelaskan makna ayat tersebut dengan cara lain, di antaranya:

Pertama: Dengan permisalan, seperti tafsir firman Allah ta’ala:

{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ}

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkan selain Dia” [al-An’am: 17], dari Ibnu ‘Athiyah: berkata as-Suddi: “Bencana di sini adalah penyakit, dan kebaikan adalah kesehatan. Berkata Qadhi Abu Muhammad: Ini hanya contoh, adapun makna ayat adalah segala sesuatu berada di bawah kekuasaan Allah, jika Dia menimpakan suatu bencana, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia, dan jika Dia mendatangkan kebaikan, tidak ada yang bisa menghalangi-Nya”([1]).

Kedua: Dengan menyebutkan riwayat yang berkaitan dengan dengan sebab-sebab turunnya wahyu, yang mana jenis ini ada dua macam:

Yang pertama: secara eksplisit (gamblang), sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari al-A’masy, dari Amr bin Murrah, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma beliau berkata: Ketika ayat ini turun:

Baca Juga  Serial Usul Tafsir (bag. 4)

{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ المُخْلَصِينَ([2])}

Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”, dan keluargamu yang tulus di antara mereka. [Asy-Syu’ara: 214], Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar naik di atas bukit Shafa seraya berteriak: Wahai (kaum) di pagi hari! Mereka bertanya: Siapa yang berteriak? Ada yang menjawab: Muhammad. Lalu mereka berkumpul menghampirinya, dan beliau berkata: Wahai anak cucu fulan, wahai anak cucu fulan, wahai anak cucu fulan, wahai anak cucu Abdu Manaf, wahai anak cucu Abdul Muthalib. Lalu mereka berkumpul menghampirinya, kemudian beliau berkata: Bagaimana jika saya katakan; akan muncul (pasukan) berkuda dari kaki gunung ini, apakah kalian percaya padaku? Mereka menjawab: Kami bersaksi bahwa kamu tidak pernah berbohong. Beliau bersabda: Aku peringatankan kalian; ada azab yang pedih. Lalu Abu Lahab berkata: Sialan kamu, hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami?! Kemudian dia pergi, dan surat ini (yaitu Al-Masad) turun:

{تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ}

Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan dia benar-benar telah binasa”, demikian bacaan Al-A’masy([3]) sampai akhir surat([4]).

Yang kedua: Secara implisit (tidak gamblang), sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari Urwah bin Zubair, bahwa Abdullah bin Zubair bercerita: Bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar berselisih dengan Zubair di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengenai irigasi yang mereka gunakan untuk mengairi pohon-pohon kurma, orang itu berkata: biarkan air itu mengalir, namun dia (Zubair) menolak, lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Zubair: Airi dulu (ladangmu) wahai Zubair, lalu alirkan ke tetanggamu. Orang itu marah dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah dikarenakan dia anak bibimu? Kemudian wajah Nabi shallallahu alaihi wasallam berubah (karena marah), lalu beliau bersabda: Wahai Zubair, airi (ladangmu), lalu tahan airnya hingga kembali ke dinding. Zubair berkata: Demi Allah, ayat ini turun disebabkan kasus itu:

Baca Juga  Apakah Ada Nasakh dalam Al-Quran? (Bag. 1)

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [an-Nisa: 65]([5]).

Ketiga: Dengan kelaziman; berkata Ibnu Qayyim: “Demikian pula perkataan orang yang mengatakan: (المَخْضُوْد); yaitu (pohon bidara) yang tidak melukai, tidak pula memiliki duri yang akan menusuk dan menyakiti tangan. Ini tafsir dengan kelaziman makna, penjelasannya adalah makna intransitif, seperti itulah mayoritas penafsir, terkadang menyebutkan kelaziman makna, terkadang menyebutkan salah satu individunya, terkadang menyebutkan salah satu contohnya, makanya untuk menjelaskan kata (الغَثُّ والسَّمِيْن) ada beberapa ungkapan yang berbeda, namun tidak ada perbedaan di antaranya”([6]).

Keempat: Dengan penyebutan sebagian maknanya, seperti yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim tentang penafsiran lafaz (تَبَارَكَ), beliau berkata: “Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kata itu berasal dari (البُرُوْك), yaitu menetap, sehingga artinya: Dia tetap ada dan kekal selama-lamanya, sedangkan selain-Nya tidak kekal, dan ini adalah tafsir dengan sebagian dari maknanya, karena Allah Yang Maha Mulia dan Maha Suci memiliki semuanya; keberadaan yang kekal abadi, kebaikan, kemuliaan, ketinggian, keagungan, kesucian, dan semua kebaikan dan keberkahan atas seluruh makhluk berasal dari-Nya. Inilah lafaz-lafaz yang terdapat dalam Al-Qur’an, memiliki banyak makna, namun sebagian ditafsirkan dengan  satu makna, dan sebagian dengan makna yang lainnya, namun lafaz itu mencakup semua makna tersebut”([7]).

Kelima: Penafsiran kontekstual, seperti kata (العَادِيَات) ditafsirkan dengan kuda, yang terdapat dalam firman Allah azza wajalla:

{وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا}

Baca Juga  Pengumpulan dan Penulisan Alquran (1)

Demi kuda perang yang berlari kencang terengah-engah” [al-‘Adiyat: 1], tidak ditafsirkan dengan unta; karena unta tidak terengah-engah ketika berlari, dan kata (الضَّبْحُ) artinya pernapasan kuda.

Tafsir para salaf memiliki spesifikasi yang berbeda-beda, ada yang berisi tentang bantahan-bantahan terhadap beberapa aliran (sesat) -namun jumlahnya sedikit-, ada yang lebih dominan dari segi nasehat seperti Hasan (al-Bashri) dan muridnya Qatadah, ada yang lebih dominan dari segi sirah seperti Ibn Ishaq, ada yang lebih memperhatikan mubhamat (orang-orang yang tidak disebut namanya) dan nasab-nasab mereka seperti Muqatil bin Sulaiman dan al-Kalbi, dan ada yang lebih dominan menyebutkan kisah-kisah orang terdahulu seperti as-Suddi dan Ibn Ishaq, dan lain sebagainya

Di samping itu, para ahli tafsir berbeda-beda pula satu dengan yang lainnya dari segi penukilan sanad; Ada yang menukil dengan menyebutkan sanad, seperti Abdurrazaq ash-Shan’ani, Abd bin Humaid, al-Thabari, Ibnul Mundhir, Ibnu Abi Hatim, Abu Syekh, dan Ibnu Marduyah Ahmad bin Musa bin Jakfar. Dan ada yang menukil tanpa menyebutkan sanad, seperti  ats-Tsa’labi, al-Mawardi, al-Baghawi, Ibnu Athiah, Ibnul Jauzi, Ibnu Katsir, dan as-Suyuti.

([1] ((al-Muharrar al-Wajiz 5/147).

([2] (Secara zahir ini adalah termasuk ayat Alquran, kemudian dimansukh sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi. (pent)

([3] (Dengan tambahan (قد), bacaan syadz.

([4] ((Shahih Muslim 1/193, Bab firman Allah ta’ala: Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat).

([5] ((Shahih Muslim 4/1829, Bab wajibnya mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam).

([6] ((Hadil Arwah Ila Biladil Afrah 1/345).

([7] ((Jalaul Afham Hal. 307).

Sadnanto. BA. MA

Kandidat Doktor Ulumul Hadis Universitas Islam Madinah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?