SAAT LANGKAH TERHENTI DI SINI

SAAT LANGKAH TERHENTI DI SINI
Dalam perjalanan menuntut ilmu, tidak semua orang mampu berjalan tanpa berhenti.
Ada yang memulai dengan semangat tinggi, mencatat setiap pelajaran, rajin hadir di majelis, dan bertekad untuk terus maju, namun di pertengahan jalan, langkahnya mulai melambat. Ada yang lelah, ada yang diuji, ada pula yang kehilangan arah.
Semua itu bukan aib. Karena sejatinya, berhenti sejenak bukan berarti gagal. Bisa jadi, di balik jeda itu, Allah sedang mengajarkan kita sesuatu yang tidak tertulis di buku manapun.
Setiap kejadian dalam hidup penuntut ilmu selalu mengandung hikmah, asal kita mau memandangnya dengan hati yang tenang.
Allah Menegur dengan Cara yang Lembut
Ketika langkah kita dalam menuntut ilmu tiba-tiba terhenti, mungkin Allah sedang menegur dengan cara yang lembut. Bukan teguran karena benci, tapi karena sayang.
Mungkin ada niat yang perlu diperbaiki, niat yang dulunya murni karena Allah, kini mulai tercampur dengan keinginan dunia: ingin dipuji, ingin dikenal, atau sekadar ingin lebih unggul dari yang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menuntut ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama atau untuk menandingi orang bodoh, maka ia di neraka.” (HR. Tirmidzi)
Berhentinya langkah bisa jadi bentuk kasih sayang Allah, agar kita sempat menata ulang hati dan memperbaiki tujuan. Karena ilmu yang diberkahi bukanlah yang banyak dihafal, tapi yang dipelajari dengan hati yang ikhlas.
Allah Mengajarkan Arti Sabar
Menuntut ilmu adalah perjalanan panjang, penuh ujian dan pengorbanan. Ada rasa lelah, rasa ingin berhenti, dan kadang muncul perasaan tidak mampu. Di saat seperti itu, Allah sedang mengajarkan sabar, bahwa ilmu tidak akan datang kepada orang yang terburu-buru.
Belajar bukan hanya soal membuka buku, tapi juga soal melatih jiwa. Sabar menghadapi sulitnya memahami pelajaran, sabar menahan kantuk saat menghafal, sabar menghadapi rasa bosan yang datang tanpa diundang. Semua itu bagian dari pendidikan Allah kepada kita.
“Ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.” (HR. Bukhari)
Maka jika langkahmu terasa berat, ingatlah, sabar adalah bagian dari ilmu itu sendiri.
Allah Menyusun Waktu yang Lebih Baik
Tidak semua yang berhenti itu malas. Kadang Allah ingin menyusun waktu yang lebih baik untuk kita. Ada masa di mana fokus kita terpecah, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, atau ujian hidup yang belum terselesaikan. Dan Allah tahu kapan waktu terbaik untuk kembali berjalan.
Mungkin hari ini bukan saatnya, tapi esok bisa jadi lebih baik. Allah tidak pernah menutup jalan bagi hamba yang sungguh-sungguh ingin kembali.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Jadi, jangan merasa tertinggal. Setiap orang punya waktunya sendiri untuk tumbuh dan melanjutkan langkah.
Ilmu Tidak Hilang, Hanya Tertunda
Apa pun yang pernah kita pelajari tidak akan hilang begitu saja. Ilmu itu seperti benih, meskipun terkubur lama, ia tetap menyimpan kehidupan di dalamnya. Mungkin hafalan mulai lupa, atau pelajaran terasa jauh, tapi jejaknya masih ada dalam hati.
Suatu saat, Allah bisa membangkitkan kembali semangat itu. Dan saat itu terjadi, ilmu yang dulu sempat pudar bisa tumbuh lebih dalam, karena sudah disiram oleh pengalaman hidup dan kesadaran baru.
Berhenti tidak membuatmu kosong, hanya memberi waktu agar hatimu siap menampung lebih banyak hikmah.
Menata Ulang Langkah.Jika hari ini engkau merasa berhenti di tengah jalan menuntut ilmu, jangan merasa kalah. Ambil napas, perbaiki niat, lalu mulai kembali, meski perlahan. Sebab, Allah tidak menilai siapa yang paling cepat sampai, tetapi siapa yang tetap ingin melangkah menuju-Nya.
Berhenti bukan akhir dari perjalanan, tapi sering kali justru awal dari babak baru yang lebih matang dan penuh makna. Karena belajar sejatinya bukan hanya mengisi akal, tapi juga menumbuhkan hati.
Coba tanyakan pada dirimu, “Apakah aku benar-benar berhenti, atau hanya sedang Allah istirahatkan untuk memperbaiki arah?”
Jika jawabannya yang kedua, maka jangan khawatir. Sebab, Allah tidak akan membiarkan langkah penuntut ilmu berhenti selamanya. Dia hanya ingin memastikan, ketika kita kembali berjalan, kita tahu untuk siapa dan ke mana kaki ini melangkah.
Muhammad Ali



