Tarbawi

Petunjuk Nabi ﷺ dalam Mendidik (Bag. 6)

Bagian ke-6

  1. Menerapkan strategi persuasif dan inovatif dalam Penyampaian Materi

Terkadang, Nabi ﷺ mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya, seperti:

  • “Tahukah kalian apa itu ghibah?” (HR. Muslim: 2589)
  • “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” (HR. Muslim: 2581)
  • “Di antara pepohonan, ada satu pohon yang daunnya tidak gugur, dan pohon itu seperti seorang Muslim. Coba beritahu aku, pohon apakah itu?” (Muttafaqun ‘alaihi)

Metode bertanya seperti ini mendorong sahabat untuk berpikir dan semakin ingin mengetahui jawabannya, sehingga ilmu yang mereka peroleh menjadi lebih kuat tertanam dalam ingatan mereka.

Selain itu, Nabi ﷺ juga mengubah nada suaranya dalam berbagai situasi. Saat menyampaikan khutbah, matanya memerah, suaranya meninggi, dan tampak tanda-tanda ketegasan dan keseriusan, seakan-akan beliau sedang memberi peringatan kepada pasukan, seraya berkata: “Pagi kalian akan diserang! Malam kalian akan diserang!” (HR. Muslim: 867)

Nabi ﷺ juga mengubah posisi duduknya sesuai dengan urgensi pembicaraan. Dalam sebuah hadis tentang dosa-dosa besar, awalnya beliau duduk dengan posisi yang nyaman, lalu tiba-tiba duduk tegak dan bersabda: “Ingatlah, berkata dusta juga termasuk dosa besar!” (Muttafaqun ‘alaihi)

Kami sampaikan pesan ini kepada siapa saja yang terjebak dalam pola pikir kaku dan cara-cara kuno tanpa inovasi, sampai akhirnya mereka menjadikan metode sebagai sebuah keharusan, dan media sebagai tujuan akhir.

  1. Menghubungkan Teori dengan Konteks realitas

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa suatu ketika Rasulullah  kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.Tatkala ia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Melihat kejadian itu, Nabi ﷺ bertanya kepada para sahabatnya: “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan bayinya ke dalam api?” Para sahabat menjawab, “Tentu tidak, selama ia mampu menghindarkannya dari bahaya.” Lalu Nabi ﷺ bersabda: “Ketahuilah, Allah lebih penyayang terhadap hamba-Nya dibandingkan ibu ini kepada anaknya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Baca Juga  Istighfar dan Maksiat

Sungguh pelajaran yang disampaikan melalui gambaran nyata jauh lebih efektif dan membekas dibandingkan dengan teori yang disampaikan secara abstrak belaka.

Situasi nyata akan membangkitkan emosi dan perasaan yang mendalam dalam jiwa. Ketika ia dikaitkan dengan suatu pelajaran, maka maknanya akan lebih mudah diserap, lebih berkesan di dalam hati, dan sulit untuk dilupakan.

  1. Memanfaatkan Media Pengajaran

Menggunakan Isyarat

Kadang, Nabi ﷺ menggunakan gerakan tangan untuk memperjelas suatu konsep. Misalnya, beliau pernah bersabda:

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim kelak di surga seperti ini.” (HR. Bukhari: 5304)

Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, serta merenggangkan sedikit di antara keduanya sebagai gambaran kedekatan mereka di surga.

Dalam kesempatan lain, beliau bersabda:

“Fitnah akan muncul dari arah sini,” sambil menunjuk ke arah timur. (Muttafaqun ‘alaihi)

Memberikan Perumpamaan atau Kisah

Nabi ﷺ sering kali menggunakan perumpamaan atau kisah imajinatif untuk menjelaskan suatu konsep. Salah satu contohnya adalah perumpamaan berikut:

“Perumpamaan orang yang menjaga batas-batas Allah dan yang melanggarnya, seperti suatu kaum yang menaiki sebuah kapal. Sebagian mereka mendapat bagian di atas, sementara yang lain di bawah. Jika orang-orang di bawah ingin mengambil air, mereka harus melewati orang-orang di atas. Lalu mereka berkata: ‘Bagaimana jika kita melubangi bagian kapal kita sendiri agar tidak mengganggu mereka?’ Jika orang-orang di atas membiarkan mereka, semuanya akan tenggelam. Tetapi jika mereka mencegahnya, semua akan selamat.” (HR. Bukhari: 2493)

Begitu pula dalam sabdanya yang lain:

‘Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya dibandingkan seorang pria yang sedang dalam perjalanan, lalu berhenti di suatu tempat yang berbahaya dan membawa untanya yang memuat makanan dan minumannya. Ia pun tertidur dan saat terbangun, unta tersebut sudah hilang. Ia pun merasa sangat kehausan dan kelelahan, lalu berkata, “Aku akan kembali ke tempat semula.” Maka ia kembali dan tertidur lagi. Ketika ia terbangun, tiba-tiba ia melihat untanya sudah ada di dekatnya.'” (Muttafaqun ‘alaihi)

Baca Juga  Figur Pendidik Muslim : Luqman Al-Hakim (Bag. 2)

Membuat gambar atau sketsa

 Dalam sebuah hadis, beliau menggambar sebuah persegi, lalu menggambar garis lurus di tengah yang keluar dari persegi itu, serta beberapa garis kecil di sekitar garis tengah.

Kemudian beliau bersabda:

“Garis ini adalah manusia, dan persegi ini adalah ajalnya yang mengelilinginya. Garis yang keluar ini adalah harapannya (cita-cita yang jauh). Sedangkan garis-garis kecil ini adalah cobaan hidup. Jika satu cobaan luput darinya, cobaan lain akan mengenainya, dan jika yang ini luput, maka cobaan lainnya akan menimpanya.” (HR. Bukhari: 6417)

Menceritakan Kisah Nyata dari Umat Terdahulu

Terkadang, Nabi ﷺ menyampaikan kisah nyata dari umat terdahulu sebagai pelajaran. Contohnya:

  • Kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, lalu mereka berdoa kepada Allah dengan menyebut amal saleh mereka hingga batu besar yang menutupi pintu gua bergeser dan mereka bisa keluar. (Muttafaqun ‘alaihi)
  • Kisah seorang pria yang membunuh 99 orang, lalu ia ingin bertobat dan mencari bimbingan hingga akhirnya Allah mengampuninya (Muttafaqun a’alaihi). Dan masih banyak kisah lain yang sarat dengan hikmah dan pelajaran.

Menghubungkan Makna yang Abstrak dengan Gambaran yang Nyata

Kadang, Nabi ﷺ menjelaskan konsep abstrak dengan menghubungkannya pada sesuatu yang dapat dilihat atau dirasakan.   Saat melihat bulan purnama beliau bersabda: “Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, tanpa ada kesulitan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak meninggalkan salat sebelum matahari terbit (Subuh) dan sebelum terbenam (Ashar), maka lakukanlah!” Lalu beliau membaca ayat: “Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS. Qaf: 39). (Muttafaqun ‘alahi).

Beliau juga pernah berkata kepada Ali radhiyallahu ‘anhu: “Ucapkanlah: ‘Ya Allah, tunjukilah aku dan luruskanlah aku.’ Lalu beliau menambahkan: ‘Ingatlah, hidayah itu seperti petunjuk jalan, dan kelurusan itu seperti anak panah yang tepat mengenai sasaran.'” (HR. Muslim: 2725)

Baca Juga  Menjemput Hati Yang Lapang (2)

Lihatlah bagaimana sang Nabi ﷺ memanfaatkan berbagai alat dan media yang tersedia di zamannya dalam pendidikan. Maka, dari sini kita bisa belajar bahwa mengikuti sunnah Nabi ﷺ dalam pendidikan berarti memanfaatkan segala bentuk media dan teknologi modern yang tersedia saat ini, selama tetap dalam batasan yang diperbolehkan.

Mubarak Umar, Lc., M.A.

Mahasiswa S2 Iqthishad Islami, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?