Motivasi Islami

Ketika Hati Siap, Ilmu Akan Hidup:  Rahasia Kesiapan Iman di Kalangan Sahabat

Ketika Hati Siap, Ilmu Akan Hidup:

 Rahasia Kesiapan Iman di Kalangan Sahabat

Pendahulan

Segala puji bagi Allah yang menerangi hati dengan cahaya iman, menyejukkan jiwa dengan Al-Qur’an, dan menjadikan ilmu sebagai jalan menuju kedekatan dengan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ -sang guru agung- dan kepada para sahabat yang menimba ilmu darinya dengan hati yang hidup.

Banyak yang belajar hari ini, tapi sedikit yang benar-benar “berilmu”.

Sebab ilmu bukan hanya kata-kata yang dihafal ia adalah cahaya yang masuk ke hati yang bersih.

Dan inilah rahasia para sahabat Rasul ﷺ: mereka beriman sebelum berilmu.

1. Ketika Iman Menjadi Gerbang Ilmu

Para sahabat tidak memulai dari hafalan, tapi dari iman yang hidup.

Mereka menyiapkan hati dengan keyakinan, kerendahan, cinta, dan tekad untuk taat.

Karena hati yang keras tak akan menampung wahyu, sebagaimana tanah tandus tak mampu menumbuhkan biji.

Allah ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang memiliki hati, atau yang mendengarkan dengan penuh kesadaran”. (QS. Qāf: 37)

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

“Al-Qur’an tidak akan memberi manfaat kecuali bagi orang yang Allah bukakan pendengaran hatinya, yang mendengarkan dengan ketundukan dan kekhusyukan”.(Al-Fawāid, hlm. 58)

2. Mereka Belajar Iman Sebelum Al-Qur’an

Abdullah bin Umar رضي الله عنه berkata:

“Kami hidup dalam masa di mana salah seorang dari kami diberi iman sebelum Al-Qur’an.

Lalu turunlah ayat demi ayat, dan kami belajar halal dan haram, perintah dan larangannya.

Tapi aku melihat orang-orang yang diberi Al-Qur’an sebelum iman mereka membaca seluruhnya tapi tidak tahu apa yang diperintahkan dan dilarang.” (HR. al-Hākim)

Jundub bin Abdullah رضي الله عنه juga berkata:

“Kami bersama Nabi ﷺ saat masih muda, dan kami belajar iman sebelum belajar Al-Qur’an.

Setelah belajar Al-Qur’an, iman kami pun bertambah.” (HR. Ibnu Majah)

Mereka tidak hanya membaca, tapi mendengar dengan hati yang hidup.

Ilmu bagi mereka bukan beban, tapi cahaya yang menuntun amal.

3. Hati Mereka Hidup dengan Yakin dan Amal

Ketika wahyu turun, mereka tak berdiskusi panjang. Mereka percaya, lalu melangkah.

Saat turun ayat:

“Kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sampai kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Āli ‘Imrān: 92)

Abu Thalhah segera berkata,

“Ya Rasulullah, harta yang paling aku cintai adalah kebunku di Bairuha’. Aku sedekahkan untuk Allah.” (HR. al-Bukhari)

Itulah iman yang mendahului ilmu. Tidak menunggu paham seluruh dalil untuk taat. Mereka yakin dulu, baru menyelami makna.

4. Ilmu Mereka Menumbuhkan Keikhlasan dan Keteguhan

Bagi sahabat, menuntut ilmu bukan sekadar mencari tahu tapi mencari ridha Allah.

Abdullah bin Mas ‘ud رضي الله عنه berkata:

“Barang siapa mencari ilmu untuk diamalkan, maka ilmu itu akan mencukupinya.

Tapi siapa yang mencarinya bukan karena Allah, ia hanya akan semakin jauh dari-Nya.” (HR. ad-Dārimī)

Lihat pula Bilal bin Rabah رضي الله عنه yang disiksa di padang pasir, tubuhnya dibakar batu, namun tetap berkata: “Ahad, Ahad.”

Iman di dadanya lebih kuat dari panasnya bumi.

Atau Abu Bakar رضي الله عنه dalam gua Tsur, ketika musuh hampir menemukan mereka.

Ia berkata khawatir: “Wahai Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke bawah kakinya, pasti mereka akan melihat kita.”

Nabi ﷺ menjawab dengan ketenangan iman:

“Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu tentang dua orang yang Allah adalah yang ketiga?” (HR. al-Bukhari)

Itulah ketenangan yang lahir dari iman sebelum ilmu.

5. Ilmu yang Menjadi Akhlak dan Keteladanan

Para sahabat bukan hanya menghafal wahyu — mereka menjadi wahyu yang hidup.

Aisyah رضي الله عنها berkata:

“Akhlak Nabi ﷺ adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:

“Aku melayani Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun,

beliau tidak pernah berkata kepadaku: Mengapa engkau lakukan ini?’ atau ‘Mengapa engkau tidak lakukan itu?’, (HR. al-Bukhari).

Ilmu mereka berubah menjadi akhlak, kasih sayang, dan keteladanan.

Mereka berilmu dengan hati, bukan dengan suara.

Penutup:

 Kembalilah kepada Ilmu yang Menyuburkan Iman. Hari ini banyak yang belajar, tapi sedikit yang berubah. Sebab kita menyalakan akal, tapi mematikan hati. Padahal ilmu sejati lahir dari iman, bukan hanya dari bacaan.

Imam Mālik رحمه الله pernah berkata:

“Pelajarilah adab sebelum engkau belajar ilmu.”

Karena adab adalah buah dari iman, dan ilmu tanpa iman hanya akan menumbuhkan kesombongan.

Mari belajar sebagaimana para sahabat belajar: dengan hati yang siap, iman yang hidup, dan niat yang murni.

Sebab jika hati telah bersih, maka setiap ayat akan menjadi cahaya, dan setiap ilmu akan menjadi jalan menuju Allah.

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu.” (QS. al-Mujādalah: 11)

Ridwan Nursalam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button