Hampir Saja Jantungku Terbang
![](https://markazinayah.com/wp-content/uploads/2022/02/Hampir-Saja-Jantungku-Terbang-Ust-Berian-1-780x470.jpg)
Namaku Jubair bin Muth’im, aku datang ke Madinah sedang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang menjadi imam shalat Maghrib dengan membaca surah ath Thur. Aku dengarkan secara seksama dengan hati terbuka, suara yang merdu, susunan surah yang meluluhkan baja logika hingga meleleh, mengangkat khayal ku hingga ke ufuk Islam.
Imam Al Bukhari (1/265) dan imam Muslim (1/338) rahimahumallah menceritakan, bahwa Jubair bin Muth’im radhiyallahu anhu mendengarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam membaca pada shalat maghrib surah ath Thur. Tatkala tiba pada ayat,
اَمْ خُلِقُوْا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ اَمْ هُمُ الْخَالِقُوْنَۗ
“Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?.” (Qs. At Thur: 35)
كاد قلبي أن يطير
“Hampir saja jantungku terlepas dari tempatnya dan terbang”, kata Jubair.
Diriwayat yang lain berkata,
فكأنما صدع قلبي
“Hampir saja jantungku copot”. (HR. At Thabarani dalam al mu’jam al kabir 2/116, al Baihaqi dalam syu’abul iman 2/488, Abu Ya’la dalam musnadnya 13/332, dan Ahmad dalam musnadnya 4/85).
Mungkin kita bertanya-tanya sebegitu dahsyatnyakah kekuatan pengaruh Al Qur’an? Sehingga Abu Adi radliallahu anhu tergetar, menghempaskan jantungnya ke awang-awang?
قال ابن كثير: “هذا المقام في إثبات الربوبية وتوحيد الألوهية فقال تعالى: ﴿ أَمْ خُلِقُواْ مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ ﴾ أي: أوجدوا من غير موجد؟ أم هم أوجدوا أنفسهم، أي: لا هذا ولا هذا، بل الله هو الذي خلقهم وأنشأهم بعد أن لم يكونوا شيئاً مذكوراً”.
Ibnu Katsier rahimahullah beranalisa bahwa ayat yang didengar oleh Jubair itu menetapkan Tauhid kerububiyahan Allah dan keuluhiyahan Nya, apakah mereka yang mengadakan semua alam semesta ini apakah semua ini terjadi tanpa ada yang menciptakannya? Pertanyaan yang tidak butuh jawaban karena jawabannya bukan ini dan bukan itu juga, bahkan Allahlah yang mencipta, mengadakan segala yang sebelumnya tidak ada.
وقال ابن حجر: ” قال الخطابي: كأنه انزعج عند سماع هذه الآية لفهمه معناها ومعرفته بما تضمنته، ففهم الحجة فاستدركها بلطيف طبعه، وذلك من قوله تعالى: ﴿ أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ ﴾ قيل: معناه: ليسوا أشد خلقًا من خلق السماوات والأرض “.
Ibnu Hajar menukilkan perkataan Al Khathabi, “Seakan akan hatinya gundah saat mendengarkan ayat di atas, karena dia faham kandungan maknanya, mengetahui dengan jelas maksudnya, sehingga dia faham dalil dan mampu menangkap pesan dengan kelembutan hatinya, Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Maknanya adalah: Mereka tidaklah lebih mampu untuk mencipta langit ataupun bumi.
Terjadi dialektika, saling perang batin imbas dari kuatnya pengaruh ayat Al Qur’an, saat itu beliau tidak langsung masuk Islam diriwayatkan beliau baru masuk Islam saat tahun perang khaibar (tahun ke tujuh Hijriah), ada yang mengatakan saat perundingan Hudaibiyah (tahun ke enam Hijriah/Maret 627 M), dan pendapat lain pada saat Fathu Makkah (Tahun ke delapan Hijriah/ 10 Januari 630 H), terlepas dari itu yang pasti adalah Effek dari spirit surat Ath Thur inilah yang jadi faktor pembimbing beliau untuk masuk islam.
Beliau Sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam Jubair bin Muth’im bin ‘Adi bin Naufal bin Abdu Manaf bin Qushai Al Qurasyi radliallahu anhu wafat pada tahun 57 H, dalam riwayat lain tahun 58 H pada tempat lain disebutkan tahun 59 H, jika kita mengingat nama Jubair kitapun kembali ingat ayat surat Ath Thur itu, dan jika kita ingat nama bapak beliau Muth’im bin Adi kita ingat kebaikan beliau kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam satu-satunya orang yang memberi perlindungan kepada Nabi saat beliau kembali dari mendakwahi Bani Tsaqif di Thaif, dan Muth’im adalah salah satu orang yang merobek piagam pemboikotan Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthallib, kepada beliaulah syiir Laamiyah Abu Thalib ditujukan:
أمطعم إن القوم ساموك خطة وإني متى أوكل فلست بوائل
Apakah Muth’im sungguh kaum telah berencana buruk untukmu
Dan aku kapanpun aku diberi tanggung jawab takkan bisa selamat
Sehingga Nabi pun merasa berhutang budi kepada Jubair saat menjadi tawanan perang Badar Rasulullah bersabda:
“لو كان الشيخ أبوك حياً فأتانا فيهم لشفعناه”.
“Kalaulah syeikh bapakmu masih hidup dan memintaku untuk membebaskanmu niscaya aku penuhi pintanya”.
Pelajaran yang bisa dipetik:
1. Pentingnya mendengar dan memperdengarkan Al Qur’an, bukan maksud lantas disetelkan murottal di mall atau di semua tempat-tempat umum, meskipun menjadi satu nilai lebih bahwa di semua Mall di Saudi tidak akan anda dengarkan musik dengan segala alirannya, sampai saat ini menjadi tanda tanya besar di hati, Apa korelasi antara musik dengan dagangan? Apa iya ini yang menjadi sebab ungkapan bahwa pasar adalah tempat berkumpulnya makhluk kasar mata dan lelembut?
2. Argumet logika Al Qur’an yang kuat sangat mudah diterima orang kafir, lebih meyakinkan, dan berjalan secara auto pilot dalam sanubarinya.
3. Pentingnya menyampaikan hakikat kebenaran, karena banyaknya haling-rintang menghadang, memisahkan dari keimanan, sehingga jika kebenaran ini berangkat langsung dari sumbernya akan lebih diterima dari banyaknya bualan fikiran yang tak maksum…biarkan kitab suci berbicara.
4. Seorang dai tidak perlu terburu-buru dengan hasil atau taubatnya ahli maksiat, karena waktu akan membuktikan hasil dari peperangan batin seseorang untuk mencapai kebenaran…seperti diungkapkan bahwa:
“الحَقُّ أَبْلَجُ والبَاطِلُ لَجْلَجٌ”
“Kebenaran itu jelas dan kebatilan itu meragukan”.
5. Kemaslahatan duniawi, tendensi materi terkadang menjadi awal dari pintu hidayah, sehingga tiba-tiba dikejutkan dengan terbitnya sinar fajar hidayah di pagi buta memecah kegelapan malam gulita, yang mau atau tidak, suka atau enggan pasti fakta kebenaran akan diterimanya.
Semoga kita dikumpulkan kelak di hari akhirat Bersama para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, manusia terbaik setelah Nabi. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
Wallahu a’lam.