Generasi Z Pilar Dakwah di Era Society 5.0
Dengan pesatnya perkembangan media teknologi, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan kehidupan masyarakat juga akan semakin kompleks. Kompleksitas ini terjadi bersamaan dengan daya terima masyarakat terhadap eksistensi media dalam kehidupan mereka.
Gen Z merupakan salah satu elemen penting yang penuh dengan pemikiran inovatif, kreatif serta mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada. Tumbuh dalam era digital membuat mereka mudah beradaptasi dan terbiasa dengan perubahan teknologi yang cepat. Dengan memanfaatkan keahlian digital dan pemahaman tentang hal itu, Gen Z dapat menjadi kekuatan besar yang dapat mendorong kemajuan dakwah melalui sektor modern.
Menurut data yang disajikan oleh We Are Social (situs agensi marketing sosial asal Singapura) negara Indonesia menduduki peringkat pertama penggunaan internet di kawasan ASEAN, data pada Februari 2022 tersebut menunjukkan angka 4,95 Milyar pengguna internet aktif dan 4,62 Milyar untuk pengguna media sosial dari jumlah penduduk Indonesia mencapai 7,91 Milyar jiwa.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa Gen Z telah dibanjiri oleh sistem teknologi kekinian, tapi banyak dari mereka yang tidak memanfaatkan dengan baik teknologi tersebut. Gen Z menjadikan teknologi hanya sebatas pemuas diri sendiri, seperti main game, scroll tiktok yang tidak jelas, chattingan sana sini tanpa arah tujuan, mereka tidak menjadikan teknologi sebagai alternatif untuk menyebarkan kebaikan untuk manusia lain seperti menggunakan teknologi untuk berdakwah.
Padahal sebagai mana kita ketahui dengan teknologi komunikasi (dakwah) bisa sampai kemanapun yang kita inginkan, tanpa ada batasan-batasan wilayah tertentu, apa yang disampaikan di timur, bisa terdengar di barat, dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Begitu juga dengan dakwah, kita sampaikan dakwah di utara bisa kedengaran di selatan dengan menggunakan teknologi yang ada, Namun generasi z masih kurang perhatian dan belum mampu memaksimalkan teknologi tersebut sebagai alternatif dalam menyampaikan kebaikan.
Dapat dikatakan bahwa tidak kurang dari 90% penduduk bumi bisa menggunakan teknologi dan bergelut di sosial media setiap saat di era society 5.0 dan hampir 24 jam menusia berada di depan layar handphone atau teknologi apapun yang ia gunakan. Bayangkan berapa penduduk bumi yang akan mendapatkan manfaat dari dakwah yang disampaikan melalui teknologi digital. Jikapun dari 90% penduduk bumi belum menjangkau apa yang kita sampaikan, setidaknya penduduk Indonesia yang kurang lebih 120 juta penduduk bisa mendapatkan manfaat dari dakwah kita. Namun sekali lagi penulis sampaikan bahwa tidak semua gen Z menyadari akan manfaat yang besar di balik teknologi masa kini.
Melalui internet, kegiatan dakwah dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Jika internet digunakan untuk dakwah, maka penerima dakwah yang dapat tercipta oleh internet tersebut sangat luas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan komputer, yang disebut sebagai dunia maya.
Dulu para sahabat radiyallahu a’nhu, jika ingin mendapatkan satu hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mesti berjalan kaki berkilo-kilo meter di atas tanah yang kering dan panas yang menyengat. Tapi coba kita lihat di zaman ini, siapa saja yang ingin mendapatkan atau mengetahui satu hadis dari Rasulullah ia tidak perlu repot berjalan kaki dan berpanas-pansanan, ia cukup membuka layar handphone kemudian mencari hadis apa yang ia inginkan kapanpun dan dimanapun. Begitu juga dengan ceramah para ustaz, dahulu kita mesti datang ketempatnya dengan waktu yang ditentukan, berbeda dengan sekarang. Kita bisa menyaksikan dan mengambil faedah dari apa yang ia sampaikan kapan pun dan dimanapun. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbeda keberkahan ilmu ketika kita hadir di majlis dibandingkan jika cuman menyaksikannya di depan layar handphone kita. Tapi penulis tidak bermaksud menjelaskan keberkahan, tapi sekedar kemudahan dalam menyampaikan dan menerima dakwah melalui jaringan digital.
Dakwah itu tidak hanya identik dengan masjid, musala atau pesantren. Tapi dengan bantuan teknologi, dakwah kini dapat menyentuh masyarakat yang lebih luas melalui media sosial, seperti youtube, instagram, twitter, whatsapp, tiktok, dan facebook. Hal ini justru tidak asing bagi generasi Z yang sejak lahir telah bersentuhan dengan teknologi. Oleh karena itu, mereka pun sangat cocok menjadi subjek maupun objek dakwah.