DON’T JUDGE JANDA
Siapa bilang menjadi janda itu salah?, nyatanya janda bukanlah suatu kesalahan karena tidak ada seorangpun yang menginginkannya. Beberapa kondisi mengharuskan seseorang menjadi janda, entah karena kematian atau pun perceraian. Olehnya dapat dikatakan kesalahan ketika ada yang merendahkan penyandang status janda. Harapan dalam pernikahan adalah bersama hingga kakek-nenek dalam suka atau pun duka. Hanya saja sebagian wanita harus menghadapi kenyataan berpisah dengan suaminya, hingga status janda pun tak kuasa ditolaknya.
Pertanyaannya; apakah memang berstatus janda itu buruk?, Jawabannya; sudah tentu tidak. Apa yang terjadi adalah takdir yang sudah terjadi dan tidak bisa diubah maupun ditolak. Sebagai seorang Muslimah yang taat, menerima takdir yang sudah Allah ta’ala tetapkan adalah bagian dari rukun iman.
Bagi yang aware dengan fenomena sosial, pasti gak asing dengan stigma janda di lingkungan Masyarakat, yang dimana kehormatan Perempuan seakan-akan turun saat dirinya berstatus janda. Bukan hanya itu, janda juga dianggap seperti tidak memiliki hak yang sama dalam mencari pasangan sebagaimana seseorang yang masih perawan. Sehingga pada akhirnya, terdapat stigma bahwa janda sulit untuk mendapatkan pasangan. Padahal orang yang bercerai dan menjadi janda bisa jadi demi keamanan dirinya, misalkan agar terbebas dari perilaku KDRT.
Padahal dalam syariat Islam janda sangat dimuliaakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, tidak ada salahnya jika para Muslimah janda mengevaluasi diri. Sikap terbaik janda Muslimah adalah dengan menjaga dirinya, punya rasa malu, tidak genit, dan tidak gampangan dekat dengan pria yang iseng maupun yang ngajak pedekate.
Dan ketika kita melihat sejarah, banyak kemudian orang-orang hebat yang didik dan dibesarkan oleh para Ibu yang berstatus janda, seperti Imam Jalaluddin as-Suyuti penulis Kitab tafsir Jalalain, juga dalam bidang ilmu fikih dan hadist seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Bukhori. Karena dalam pandangan Islam, baik itu lajang, janda, dan tua, tidak ada bedanya, Karena yang membedakan anatara satu manusia dengan manusia yang lain adalah ketakwaannya kepada Allah subahanahu wa taala.
Melihat berbagai fenomena salah kaprah yang terjadi di tengah masyarakat, tidak lantas menjadikan kedudukan janda di bawah seseorang yang masih perawan? Lihatlah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang justru menikahi ibunda Khadijah yang merupakan seorang janda. Bahkan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya menikahinya, namun memberikan penghormatan dan memuliakannya.
Semoga tulisan ini dapat menjadikan cara pandang kaum muslimin lebih adil dan cerdas dalam menyikapi fenomena ini, maka don’t judge janda.