TURUNNYA NABI ISA IBNU MARYAM DI AKHIR ZAMAN
Setelah Allah Azza Wajalla menyelamatkan Nabi Isa ibnu Maryam alaihissalam dari konspirasi orang-orang Yahudi yang berusaha membunuh dan menyalibnya atas berbagai tuduhan, Allah mengangkatnya ke sisiNya. Di dalam Alquran, dengan tegas Allah membantah klaim orang-orang Yahudi bahwa: “kami telah membunuh Isa Almasih”, dengan firmanNya: “mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya akan tetapi ia telah diserupakan (dengan seseorang) untuk mereka” lalu Allah pertegas posisi Almasih setelah selamat dari upaya pembunuhan tersebut. “bahkan Allah telah mengangkatnya ke sisiNya, dan Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana. (lihat QS. An-Nisa:157-158).
Jumhur ulama Islam memandang bahwa Isa ibnu Maryam saat itu diangkat dengan roh dan jasadnya dalam keadaan masih hidup, dan akan terus seperti itu sampai Allah menurunkannya kembali di akhir zaman sebagai salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Perjalanan hidup Isa ibnu Maryam belum berakhir dengan diangkatnya ke sisi Allah, tetapi masih akan berlanjut dengan turunnya kembali di akhir zaman ke permukaan bumi ini untuk menunaikan tugas mulia yang belum sempat ditunaikannya atau belum sempurna pada periode kehidupannya yang lalu. Kedatangannya nanti di akhir zaman menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat.
Dalil-dalil atas keyakinan turunnya Isa ibnu Maryam
Terdapat sejumlah dalil yang menjadi landasan kaum muslimin meyakini akan turunnya Nabi Isa di akhir zaman. Berikut antara lain dalil-dalil tersebut:
Pertama, dalil Alquran:
1- Firman Allah:
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا
“Dan sesungguhnya dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari kiamat, karena itu maka janganlah engkau ragu tentang hari kiamat tersebut”. (QS. Az-Zukhruf: 61).
Ibnu Jarir At-Thabari menukil dari sejumlah pakar tafsir dari kalangan salaf, seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, As-Suddi, Ad-Dhohak, dan Ibnu Zaid bahwa kata ganti “hu” dalam kalimat (wa innahu) adalah Isa ibnu Maryam. Sehingga makna kalimat ini dalam ayat tersebut, “Sesungguhnya Isa di antara tanda datangnya hari kiamat”. Karena turunnya kembali Isa ke dunia adalah tanda akan fananya dunia dan akan datangnya kehidupan akhirat. (lihat: Tafsir At-Thabari: XX/631)
Penjelasan ini diperkuat pula dengan bacaan yang membaca ayat tersebut dengan harakat fathah di atas hurup ain pada kata لَعِلْمٌ menjadi لَعَلَمٌ yang bermakna tanda.
2-Firman Allah:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’: 159)
Abu Hurairah radhiyallahu anhu memperkuat riwayat yang diriwayatkannya dari Rasulullah bahwa Isa ibnu Maryam akan turun di akhir zaman dengan ayat ini. (lihat: hadis no. 3264 dalam Shahih Bukhari, dan hadis no. 242).
Ayat ini menjelaskan bahwa Isa ibnu Maryam tidak akan wafat sebelum Ahlulkitab seluruhnya beriman kepadanya. Ini adalah salah satu tafsiran salaf yang dinukil dan ditarjihkan oleh Ibnu Jarir At-Thabari dan Ibnu Katsir (lihat Tafsir At-Thabari: VII/663, 672 dan Tafsir Ibnu Katsir: II/453, 454). Fakta ini menunjukkan bahwa tugas Isa ibnu Maryam belum sempurna, dan kelak ia akan menyempurnakannya sebelum ia wafat. Dan di kala itu nanti semua Ahlulkitab akan beriman kepadanya.
Ibnu Katsir mengatakan: “Tidak ragu lagi bahwa pendapat itulah yang lebih tepat. Karena tafsiran ini adalah maksud dari konteks ayat sebelumnya yang membicarakan mengenai keyakinan Yahudi bahwa mereka telah membunuh Isa dan menyalibnya. Orang-orang Nasrani yang jahil pun membenarkan hal ini. Lalu Allah memberitahukan bahwa faktanya tidak demikian. Sesungguhnya yang dibunuh adalah yang diserupakan dengan Isa dan mereka tidak mengetahui hal ini. Allah mengabarkan bahwa Isa akan diangkat ke langit, beliau masih hidup dan akan turun sebelum hari kiamat sebagaimana diceritakan dalam hadis yang mutawatir.” (Tafsir Ibnu Katsir: II/454).
- Firman Allah:
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَمِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan saat usia senja, dan dia termasuk di antara orang-orang shaleh”. (QS. Ali Imran: 46).
Sebenarnya kemampuan seseorang berkomunikasi pada usia senja, yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan fase kahl atau kuhulah, yaitu umur yang telah lewat empat puluh tahun ke atas, bukanlah sesuatu yang Istimewa. Tetapi mengapa Allah menyebutkannya dalam konteks keistimewaan dan menyejajarkannya dengan kemampuannya berbicara saat masih bayi? Hal tersebut dapat terjawab dengan memahami fakta perjalanan hidupnya, yaitu; beliau diangkat oleh Allah ke sisiNya saat usianya baru berkisar 33 tahun. Dan pada saat kembali ke permukaan bumi ini di akhir zaman, ia akan hidup selama 40 tahun, maka apabila usia 33 tahun dikalkulasi dengan 40 tahun hasilnya menjadi 73 tahun, yaitu usia yang benar-benar tepat dikatakan sebagai fase alkahl atau alkuhulah. Dengan demikian ayat tersebut mengindikasikan bahwa ia akan turun ke muka bumi ini untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dan menunaikan tugas-tugas yang belum ditunaikan sebelum akhirnya beliau menemui ajalnya.
Kedua, dalil hadis:
Turunnya kembali Isa ibnu Maryam telah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam beberapa sabdanya. Kualitas hadis yang membicarakan tentang turunnya Nabi Isa di akhir zaman adalah kualitas hadis yang paling tinggi, karena derajat hadisnya adalah mutawatir (lihat: Tafsir At-Thabari: Vl450, Tafsir Ibnu Katsir: VII/236). diriwayatkan oleh sejumlah sahabat dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, antara lain: Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, Utsman ibnu Abil ‘Ash, Abu Umamah, An-Nawas bin Sam’an, Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Mujammi’ bin Jariyah, Abu Sarihah, dan Hudzaifah bin Asid.” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir: 2/464)
Di antara sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah sebagai berikut:
- Hadis Abu Hurairah:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أن ينزل فيكم ابن مريم حكما عدلا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضَ المال حتى لا يقبله أحد، حتى تكون السجدة الواحدة خير من الدنيا وما فيها. ثم يقول أبو هريرة: واقرؤوا إن شئتم: {وإن من أهل الكتاب إلا ليؤمنن به من قبل موته ويوم القيامة يكون عليهم شهيدا}
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh telah dekat waktu turunnya Putra Maryam di tengah kalian sebagai pemimpin yang adil, ia akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah (upeti), harta semakin banyak dan semakin berkah hingga seseorang tidak ada yang menerima harta yang diberikan kepadanya sebagai sedekah, dan sujud seseorang lebih disukai daripada dunia dan seisinya.” Lalu Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah jika kalian ingin memastikannya maka bacalah: Tidak ada seorangpun dari Ahlulkitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (HR. Bukhari No. 3264 dan Muslim No. 242)
- Hadis Jabir bin Abdullah:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memenangkan dan menegakkan kebenaran hingga hari kiamat.” lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Isa ibnu Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka berkata kepada Isa: “Jadilah imam salat bersama kami.” lalu Isa menjawab: “Tidak, sesungguhnya di antara kalian hendaknya menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat ini.” (HR. Muslim No. 247).
- Hadis Hudzaifah bin Asid:
اطلع النبي صلى الله عليه وسلم علينا ونحن نتذاكر. فقال “ما تذاكرون؟ ” قالوا: نذكر الساعة. قال “إنها لن تقوم حتى ترون قبلها عشر آيات”. فذكر الدخان، والدجال، والدابة، وطلوع الشمس من مغربها، ونزول عيسى ابن مريم صلى الله عليه وسلم، ويأجوج ومأجوج. وثلاثة خسوف: خسف بالمشرق، وخسف بالمغرب، وخسف بجزيرة العرب. وآخر ذلك نار تخرج من اليمن، تطرد الناس إلى محشرهم “
“Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam mendatangi kami saat kami sedang berdiskusi dan bertanya: apa yang sedang kalian diskusikan? para sahabat menjawab: kami sedang berdiskusi tentang hari kiamat. Nabi bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi hingga kalian menyaksikan sebelum sepuluh tanda. lalu beliau sebutkan: asap tebal, dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya di barat, turunnya Isa ibnu Maryam shallallahu alaihi wasallam, Yakjuj dan Makjuj, dan khasf (longsor raksasa) di tiga tempat, yaitu: longsor di bagian timur, dan longsor di bagian barat, serta longsor di Jazirah Arab, dan tanda terakhir adalah api yang keluar dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan”. (HR. Muslim No. 2901).
Ketiga, dalil ijmak (konsensus).
Para ulama telah konsensus bahwa Nabi Isa ibnu Maryam akan turun di akhir zaman. Konsensus ini telah dinukil oleh sejumlah ulama, antara lain: As-Saffarini dalam Lawami’ al-Anwar al-Bahiyah: 1/94-95, dan Ahmad Syakir dalam tahqiq Tafsir At-Thabari: VI/460)
As-Saffarini menegaskan: “Umat Islam telah sepakat bahwa Isa betul-betul akan turun kembali dan tidak ada satu pun yang menyelisihi pendapat ini. Yang mengingkari hal ini hanyalah para filosof dan kelompok yang menyimpang. Mereka-mereka ini sebenarnya tidak perlu dianggap pendapatnya. Para ulama telah menyepakati hal ini dan mereka yakini bahwa Isa akan berhukum dengan syariat Muhammad dan bukan membawa ajaran baru yang berdiri sendiri ketika ia turun dari langit.”
Tempat Turunnya Isa ibnu Maryam:
Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan tempat turunnya Isa ibnu Maryam. Sebagian riwayat menyebutkannya di Menara putih pada bagian timur Kota Damaskus, yang oleh Imam Ibnu Katsir dikatakan bahwa tepatnya di Menara Mesjid Jami’ Umawi di Kota Damaskus. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa tempatnya di Baitul Maqdis, juga ada riwayat yang menyebutkan di Kota Yordania, dan ada pula riwayat yang menyebut di tempat kamp kaum muslimin. (lihat: al-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim karya Ibnu Katsir hal. 192-193).
Nampaknya tidak ada kontradiksi antar riwayat yang menyebutkan tempat-tempat tersebut karena dapat dikompromikan dengan mengatakan kamp kaum muslimin di masa itu nantinya akan mencakup semua tempat tersebut. (lihat: https://dorar.net/hadith/sharh/146819)
Sifat Turunnya Isa ibnu Maryam
Ketika Isa ibnu Maryam turun kedua tangannya berpegangan pada kedua sayap malaikat yang berada di sebelah kanan dan kirinya dengan memakai dua lembar pakaian yang berwarna kuning dan keluar dari kening beliau keringat bagaikan butiran-butiran mutiara, berkulit merah dan rambut beliau berkilauan bagaikan butiran mutiara seperti orang yang baru selesai mandi terlihat segar dan ketika beliau turun di Damaskus beliau langsung menuju ke Baitul Maqdis bersama dengan para malaikat, yang mana ketika itu kaum muslimin di bawah pimpinan imam Mahdi dalam keadaan terkepung dan mereka sedang bersiap-siap melaksanakan salat Subuh, maka tatkala imam Mahdi ingin bertakbir tiba-tiba ia melihat Isa ibnu Maryam yang baru datang dari Damaskus dan kaum muslimin melihat kedatangannya, merekapun merasa sangat gembira dan merasakan bahwa kemenangan sudah dekat. Ketika imam Mahdi mengetahui kedatangannya maka ia mundur ke belakang untuk mempersilahkan kepada Isa untuk mengimami kaum muslimin salat subuh karena beliau adalah seorang nabi yang mulia dan termasuk di antara ulul azmi dari para rasul namun Isa mendorong dari belakang sambil berkata, “Imam kalian wahai Ummat Muhammad dari kalian sendiri”
Setelah mereka selesai melaksanakan salat Subuh mereka pun keluar dan dipimpin oleh Isa ibnu Maryam untuk berperang menghadapi pasukan Dajjal.
Masa Keberadaan Isa ibnu Maryam di Muka Bumi Pasca Turunnya
Terdapat dua masa yang disebutkan dalam riwayat, yang pertama adalah tujuh tahun, sedang kedua adalah empat puluh tahun. Kedua masa yang berbeda tersebut dikompromikan oleh sebagian ulama dan peneliti bahwa masa tinggalnya adalah empat puluh tahun tetapi rasanya hanya tujuh tahun. (lihat: Asyrath al-Sa’ah, karya Abdullah al-Gufaili hal. 118).