Dalil-dalil Al-Qur’an Atas Fluktuasi Iman
Dalil yang menunjukkan atas bertambah dan berkurangnya iman dalam persfektif Ahli Sunnah sangat banyak, baik dari Al-Quran maupun dari Sunnah Rasulullah shallallahu Alaihi was allam ataupun perkataan para salaf saleh.
Dalil-dalil tersebut telah dikumpulkan beberapa ulama, antara lain oleh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr dalam disertasinya yang berjudul Ziyadat al-Iman wa Nuqshanuh wa Hukmu al-Ististna‘ Fihi. Dalam disertasi ini, beliau membagi dalil-dalil fluktuasi iman menjadi tiga bagian, yaitu:
Pertama, dalil-dalil dari Al-Qur’an,
Kedua, dalil-dalil dari Sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam,
Ketiga, dalil-dalil yang berupa atsar dari para salaf saleh.
Dalam mengkaji dalil-dalil Al-Quran tentang fluktuasi iman, setidaknya beliau menyebutkan dua belas wajhud-dilalah atas pertambahan dan pengurangan iman, yaitu:
- Ayat-ayat yang gamblang menyebutkan penambahan iman,
- Ayat-ayat yang gamblang menyebutkan penambahan hidayah,
- Ayat-ayat yang menyebutkan penambahan khusyuk,
- Ayat-ayat yang mengandung berita bahwa Allah melebihkan sebagian orang beriman atas sebagian yang lain,
- Ayat-ayat yang mengandung berita tentang perbedaan derajat orang-orang beriman di surga,
- Ayat-ayat yang mengandung berita tentang penyempurnaan agama,
- Ayat-ayat yang menceritakan permohonan doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk diteguhkan hatinya,
- Ayat-ayat yang berisi perintah kepada orang mukmin untuk beriman kepada Allah,
- Ayat-ayat yang berisi pengelompokan orang-orang beriman menjadi tiga kelompok, yaitu zhalim li nafsih, muqtashid dan sabiqun bil-khairat,
- Ayat-ayat yang berisi perintah untuk menguji keimanan wanita-wanita mukmin yang berhijrah ke Madinah,
- Ayat-ayat yang mengandung adanya orang Islam yang belum kokoh keimanan di dalam hatinya,
- Ayat yang mengandung bahwa dosa menghilangkan keimanan secara perlahan hingga hati pelakunya menjadi hitam kelam.
Sebelum menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan tentang hal tersebut perlu dipahami bahwa semua dalil yang menunjukkan adanya pertambahan iman itu juga menunjukkan adanya pengurangan atas iman. Sebab, sesuatu yang dapat bertambah juga sudah pasti dapat berkurang, dan karena pertambahan itu sendiri terjadi pada sesuatu yang dapat mengalami pengurangan.
Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “Semua nas yang menunjukkan adanya pertambahan iman itu juga pada hakikatnya menunjukkan adanya kemungkinan berkurang sebab pertambahan dan pengurangan merupakan dua hal yang saling tarik-menarik yang tidak dapat dipahami salah satunya tanpa yang lainnya.” (Lihat: Fath Rabbil-Bariyyah bi Talkhish al-Hamawiyah, hal. 119).
Ayat-ayat yang Gamblang Menyebutkan Pertambahan Iman
Karena keterbatasan jumlah karakter artikel ini, maka pada tulisan ini, hanya akan dikemukakan ayat-ayat yang gamblang menyebutkan pertambahan iman.
Ayat-ayat yang gamblang menyebutkan pertambahan iman terdapat di enam tempat, yaitu sebagai berikut:
1- Firman Alah dalam surah Al-Anfal ayat 2.
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat–Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.“
Allah menginformasikan bahwa di antara sifat-sifat hamba-Nya yang beriman; apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Al-Quran maka iman mereka bertambah. Kata imanan dalam ayat tersebut manshub sebagai maf‘ul bihi kedua dari fi’il zadat. Artinya bahwa ayat yang dibacakan kepada mereka benar-benar menambah keimanan mereka yang telah ada sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa yang bertambah adalah keimanan orang-orang beriman.
Pertambahan tersebut dapat dirasakan oleh seorang mukmin, utamanya jika dia memahami makna dan kandungannya. Adakalanya ayat yang dibacakan tersebut seakan baru dia dengarkan karena pengaruh penambahan iman dari bacaan yang dia dengarkan. Pertambahan iman dari bacaan ayat yang ia dengarkan menumbuh– kembangkan rasa cinta kepada Allah, mendorong untuk senantiasa melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
- Firman Allah dalam surah Ali ‘Imran ayat 173:
}الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ{
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu‘, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung‘.”
Ayat ini jelas menunjukkan adanya pertambahan iman. Karena di dalamnya Allah mengabarkan bahwa orang-orang beriman itu ketika ditakut-takuti oleh musuh maka keimanan, keyakinan, tawakal dan ketergantungan mereka kepada Allah dan pertolongan–Nya semakin bertambah dengannya. Kata imanan dalam ayat tersebut juga manshub sebagai maf‘ul bihi kedua dari fi’il zada. Artinya perkataan yang menakut-nakuti mereka justru menguatkan dan menambah keimanan mereka.
3-Firman Allah dalam surah Al-Fath ayat 4
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا}
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana“.
Berkata Imam Ibnu Taimiyah, “Maka Allah Ta’ala menjadikan sakinah (ketenangan) itu sebagai sesuatu yang mengharuskan bertambahnya keimanan, sementara yang sakinah itu merupakan tumakninah di dalam hati yang berlainan dengan pengetahuan hati dan pembenarannya… Tatkala Allah Ta’ala menurunkan sakinah (ketenangan) tersebut ke dalam hati-hati mereka sewaktu kembali dari perang Hudaibiyah agar keimanan tersebut bertambah disamping keimanan mereka yang telah ada, maka ini menunjukkan bahwa iman yang bertambah itu terjadi di dalam hati, bahkan dia menjadi sifat dan amalan-amalan hati tersebut, seperti tumakninah (ketenangan) serta keyakinannya“.
4-Firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 124
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ}
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan turunnya surat ini?‘ Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.“
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa: ayat ini termasuk di antara dalil yang paling agung yang menunjukkan bahwa iman itu bertambah dan berkurang sebagaimana pendapat kebanyakan ulama salaf dan khalaf dari kalangan pemuka-pemuka ulama. (lihat: Tafsir Ibn Katsir: IV/239).
5-Firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 22
{وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا}
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul–NYa kepada kita, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya‘. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut: FimanNya: “wa ma zadahum illa imanan wa tasliman” merupakan dalil kekuatan dan petambahan iman sebagaimana yang merupakan pendapat mayoritas ulama. Kesulitan dan tantangan tidak menambah mereka selain keimanan kepada Allah dan ketundakan kepada perintah–Nya dan ketaatan kepada Rasul-Nya. (lihat: Tafsir Ibn Katsir: VI/392).
6-Firman Allah dalam surah Al-Muddatstsir ayat 31
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا}
“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.”
Kata imanan dalam ayat ini juga manshub sebagai maf’ul bihi dari fi’il yazdadu.
Keenam ayat tersebut menjadi bagian dari dalil utama bagi ulama Ahli Sunnah dalam menetapkan fluktuasi iman. Sebagai salah satu contoh, Imam Sufyan bin ‘Uyainah ketika ditanya apakah iman bertambah dan berkurang? Beliau menjawab, “Tidakkan kalian membaca firman Allah { فَزَادَهُمْ إِيمَانًا }.“
Dan ketika ditanya, “Apakah iman berkurang?“ Beliau menjawab, “Tidak ada suatu apa pun yang dapat bertambah kecuali sesuatu itu juga dapat berkurang.“ (lihat: Asy-Syariah lil-Ajurriy: II/605).
Dalam kitab Shahihnya, Imam Bukhari menulis bab yang berjudul ziyadatul-iman wa nuqshanuh. Lalu menukil ayat-ayat tersebut sebagai dalil atas ziyadatul-iman wa nuqshanuh (fluktuasi iman) tersebut.
Dalam menafsirkan ayat kedua dari surah al-Anfal, Imam Ibnu Katsir berkata, “Imam Bukhari dan para imam lainnya telah berdalil dengan ayat ini dan ayat yang serupa dengannya atas bertambah dan bertingkatnya keimanan dalam hati, sebagaimana merupakan mazhab mayoritas umat. Bahkan ijmak atas hal tersebut telah dinukil oleh sejumlah ulama, seperti Imam Syafi’iy, Ahmad bin Hanbal, dan Abu ‘Ubaid“. ( lihat: Tafsir Ibnu Katsir: IV/12).