Tatsqif

BAGAIMANA SIKAP SEORANG DAI DALAM DAKWAH

BAGAIMANA SIKAP SEORANG DAI DALAM DAKWAH

Dakwah adalah aktivitas para Nabi dan Rasul kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’u tabi’in, hingga kemudian dititip beratkan kepada kita sebagai umat Rasulullah Shallallahu A’laihi wasallam. Perjuangan dakwah ini adalah tugas setiap individu, dari latar belakang apapun, bukan sekedar ustadz atau ulama saja, namun setiap individu baik itu pedagang, wirausaha, pegawai negeri, dan yang lainnya.

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Imran: 104)

Namun perlu kita ketahui bahwa dakwah itu tidak selamanya berjalan dengan mulus, tentu ada saja rintangan yang akan menghadang setiap aktivis dakwah. Seperti tidak disukai oleh oknum tertentu, sudah menjadi sunnahtullah tidak semua apa yang kita dakwahkan disukai oleh setiap orang, entah karena tidak sepemahaman dengan apa yang kita sampaikan atau bahkan apa yang kita sampaikan mengusik hatinya.

Bahkan sekelas Rasulullah pun berada dalam ujian. Rasulullah pernah pergi ke Thaif untuk berdakwah kepada penduduknya. Namun, beliau disambut dengan ejekan, penghinaan, dan kekerasan. Penduduk Thaif bahkan melempari beliau dengan batu hingga tubuhnya terluka. Meskipun demikian, Rasulullah tidak mendoakan keburukan untuk mereka. Sebaliknya, beliau memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepada mereka. Keikhlasan ini menunjukkan betapa besar cinta beliau terhadap umat manusia.

Dengan adanya ujian dalam setiap perjalanan dakwah menjadikan kita lebih semangat lagi untuk belajar memahami metode dakwah dengan baik, seperti mengenali karakteristik audiens, meggunakan Bahasa yang mudah dipahami, tunjukan keteladanan, dan teruman meluruskan hati atau niat kita dalam dakwah.

Baca Juga  Serial Fiqih I’tilaf (mendekatkan hati menuju persatuan)

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).” (Al-Bayyinah).

Jangan sampai penolakan melemahkan semangat. Ingatlah tujuan utama dakwah adalah menyampaikan kebenaran, bukan mencari pujian manusia dan gunakan kritik sebagai bahan introspeksi. Mungkin ada hal yang perlu diperbaiki dari cara berdakwah atau penyampaian. Tidak semua kritik harus ditolak, karena bisa menjadi masukan yang berharga.

Namun perlu kita ketahui, bahwa Dakwah bukan hanya soal usaha fisik atau lisan, tetapi juga mengandalkan doa. Rasulullah ﷺ menunjukkan pentingnya berdoa untuk kebaikan, bahkan kepada orang yang menentang kita. Seperti Rasulullah ﷺ di Tha’if, seorang dai atau pendakwah hari ini sering menghadapi penolakan, kritik, atau bahkan cercaan. Namun, keteladanan Rasulullah mengajarkan untuk tetap sabar dan tidak membalas dengan kebencian, justru membalasnya dengan doa terbaik untuk kaum tersebut.

 

Muhammad Ali, S.H.

Mahasiswa S1, Jurusan Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?