Agar Kita Lebih Berhati-Hati Menggunakan Media Sosial
Berkata jujur merupakan akhlak mulia seorang muslim, hanya saja akhlak ini sudah mulai pudar di sebagian orang, sehingga kebohongan kadang menjadi suatu yang melekat pada beberapa orang sampai akhirnya sangat sulit kita untuk mempercayai info yang bersumber darinya.
Dusta yang merupakan perangai buruk juga bermacam-macam, sebagiannya lebih buruk dari sebagian yang lain. Sudah ada dalil yang berisi ancaman keras terhadap salah satu jenis dusta di mana pelakunya akan diazab dalam kuburnya sampai hari kiamat. Maka di sini saya ingin mengingatkan kepada para pengguna internet secara khusus.
Jenis dusta ini adalah dusta yang sudah banyak tersebar di antara manusia, padahal ancaman bagi pelakunya sangatlah keras dan mengerikan, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah dalam hadits yang panjang di mana Nabi melihat melalui mimpi beliau keadaan ahli maksiat yang sedang diazab, beliau mengatakan: “aku melihat ada seorang yang duduk dan satu lagi berdiri memegang besi runcing melengkung (seperti gancupent.), kemudian ia tusukkan besi itu dari sisi mulutnya sampai menebus tengkuk, kemudian ia tusukkan lagi dari sisi mulut sebelahnya seperti itu juga, setelah ia pulih ia kembali diazab seperti itu”.
Kemudian dua Malaikat yang membawa Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang ini dulunya adalah pendusta, dan dustanya itu tersebar ke seluruh penjuru, maka ia pun diazab seperti yang engkau lihat sampai hari kiamat.
Kalau kita perhatikan kenyataan pada saat ini, maka kedutaan dan kebohongan yang tersebar melalui internet dan media sosial adalah contoh yang sangat jelas untuk dusta jenis ini.
Melalui media ini sangatlah cepat dusta itu tersebar, sehingga tiba-tiba sudah beredar ke seluruh penjuru dalam hitungan detik.
Maka dari itu perlu kiranya untuk mengingatkan setia muslim yang menggunakan media-media ini agar lebih berhati-hati, jangan sampai menjadi golongan orang yang diazab seperti ini di dalam kuburnya nanti, banyak orang-orang yang telah terpedaya sehingga tidak bisa menggunakan media ini dengan baik, bukannya menyebarkan agama Allah dan hal-hal bermanfaat, justru malah menjadi wadah mengumpulkan dosa dan maksiat (na’udzubillah).
Sudah semakin jauhnya agama ini, ketika seorang muslim meniru orang kafir, sampai pada perangai dusta ia pun meniru mereka … yaitu ketika datang bulan April, ada juga di antara orang muslim yang menghalalkan dusta yang buruk ini, tanpa landasan apapun kecuali bahwa orang-orang kafir melegalkan dusta pada bulan April (ini yang disebut sebagai April moppent.). Ini sangatlah aneh dan memprihatinkan, bagaimana bisa seorang muslim sampai jatuh jati dirinya di hadapan orang kuffar, ia pun rela meninggalkan akhlak Islam yang mulia yaitu jujur, dan lebih memilih jalan orang kuffar dengan menghidupkan April mop seperti menghidupkan sunah.
Sungguh sangat mulia imam Zuhri rohimahullah. Suatu ketika khalifah Hisyam bin Abdul Malik menuduhnya berdusta tentang siapa orang yang dimaksud dalam firman Allah:
وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١١
“Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, maka baginya azab yang besar” (QS. An-Nur: 11)[1].
Imam Zuhri langsung menimpali dengan mengatakan: “Aku berdusta? Sungguh celakalah engkau … demi Allah andai kiranya ada seruan dari langit yang mengatakan bahwa Allah telah membolehkan dusta, sungguh aku tidak akan pernah berdusta sedikitpun”.
Maka kepada siapa saja yang menggunakan media-media ini, hendaklah mereka takut kepada Allah, ketahuilah bila manusia mungkin bisa lalai dan tidak tahu, tapi Rabb semesta alam tidak pernah lalai, Allah berfirman:
وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ٧٤
“Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 74).[2]
[1] Hisyam bin Abdul Malik bertanya kepada imam Zuhri, siapakah orang yang dimaksud dalam ayat ini? Imam Zuhri mengatakan: “Abdullah bin Ubay bin Salul (tokoh munafik)”.
Hisyam berkata: “Engkau bohong … dia adalah Ali bin Abi Thalib”. (lihat: Siyar min a’lamin nubala jilid: 5 halaman: 239)
[2] Diterjemahkan dari tulisan Syekh Abdul Aziz bin Abdullah la-Anqary yang berjudul (at-tahdzir minal kadzib, wabikhosotin waasi’ul intisyar)