Khutbah Jumat: Solusi dari Fitnah
Jamah shalat jum’at yang dirahmati oleh Allah.
Sesungguhnya anugerah teragung dan terindah yang datang dari Allah adalah berupa hidayah, yaitu nikmat berupa iman kepada Allah dan RasulNya, yang diejawantahkan dalam bentuk ketundukan lahir dan batin kepada Allah -subhanahu wata’ala-, berupa ibadah jasmani dan ibadah rohani.
Nikmat ini dikenal dengan istilah hidayatut taufik, yang merupakan prerogatif Allah semata, tidak ada selain Allah yang mampu menghadirkannya kepada hamba-hambaNya meskipun ia seorang Nabi dan Rasul, Allah berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah) tidak akan mampu memberikan hidayah (taufik) kepada orang yang engkau kasihi, namun Allah-lah yang dapat memberi hidayah (taufik) kepada hamba yang dikehendakiNya”.[QS. Al-Qashas 56].
Dan sesungguhnya Rasullah sering mengulang dalam khutbahnya kalimat yang luar biasa jika direnungi, beliau bersabda:
من يهدي الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له
Artinya: “Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka niscaya tidak akan ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang telah ditetapkan untuk menjadi sesat, maka tidak akan ada yang mampu memberi hidayah”.[HR. Ad-Darimi, No Hadits: 2202].
Olehnya sangat penting bagi kita untuk mensyukuri kenikmatan ini, serta menghindari dan senantiasa waspada terhadap hal-hal yang dapat menjadi penyebab dan faktor lenyapnya hidayah dari Allah -subhnahu wata’ala-.
Jamaah shalat jum’at yang dirahmati oleh Allah.
Tidaklah seorang hamba mengumandangkan keimanan, kecuali akan diuji kejujuran iman tersebut dengan cobaan-cobaan dan fitnah, Allah berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ # وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya: “Apakah manusia itu menduga bahwa mereka dibiarkan saja mengucapkan:(kami telah beriman), sedangkan mereka tidak diuji lagi? #Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang jujur imannya dan mengetahui orang-orang yang dusta”.[QS. Al-‘Ankabut 2-3].
Secara garis besar faktor yang menyebabkan manusia terjerembab dalam kubangan penyimpangan ada dua:
Yang pertama: Syubhat.
Yang kedua : Syahwat.
Yang dimaksud dengan syubhat adalah kerancuan dalam pemikiran yang berdampak kepada keragu-raguan, atau kesalahan pemahaman atau buruknya persepsi terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga berakibat kepada terjadinya bid’ah, penyimpangan dalam pemikiran dan kesesatan.
Adapun yang dimaksud dengan fitnah Syahwat adalah dihiaskan kepada seorang hamba indahnya dunia, berupa harta, kedudukan dan jabatan dan lain sebagainya, sehingga ia lebih mengutamakan indahnya dunia yang fana dibandingkan keindahan akhirat yang abadi dan kekal dengan mengorbankan agamanya demi meraih kenikmatan duniawi, Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya:”Dihiaskan kepada manusia kecenderungan dan cinta kepada wanita-wanita, anak-anak, harta berupa emas dan perak, kendaraan/tunggangan berupa kuda pilihan, binatang ternak dan hasil sawah dan ladang. Itulah kesenangan dunia, dan di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (berupa Surga)”.[QS. Ali-Imran 14].
Jamaah jum’at yang dirahmati oleh Allah.
Itulah dua jenis fitnah yang dapat menyelewengkan seorang hamba dari jalan yang lurus, maka sangat penting bagi kita untuk mencari solusi agar terhindar dari jeratan fitnah tersebut, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah memberikan resep Ampuh bagi dua fitnah ini, beliau mengatakan:
فتنة الشبهات تدفع باليقين وفتنة الشهوات تدفع بالصبر
Artinya:”Fitnah syubhat dilenyapkan dengan yakin, dan fitnah syahwat dilenyapkan dengan sabar”.
Inilah dua solusi yang disarankan oleh ulama kita, demi keselamatan kita dari dua fitnah yang telah kita jelaskan di atas:
Solusi pertama adalah yakin.
Yakin secara bahasa adalah antonim dari ragu-ragu, Rasulullah bersabda:
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلْيُلْقِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى الْيَقِينِ
Artinya:”Jika salah seorang di antara kalian ragu di dalam shalatnya, maka hendaknya ia menghilangkan keraguannya dan hendaknya ia melanjutkan shalatnya di atas keyakinan”.[HR Ahmad, No Hadits:11830].
Adapun makna secara istilah, makna yakin tidak lepas dari dua hal; yaitu ilmu dan iman.
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah mengutip perkataan Junaid dalam mendefinisikan yakin, beliau mengatakan:
استقرار العلم الذي لا ينقلب ولا يحول ولا يتغير في القلب
Artinya:”menetapnya ilmu yang kokoh di dalam hati, yang tidak akan berubah dan bergeser sedikit pun”.[Madarijus Salikin 2/338].
Adapun makna yang kedua adalah iman, hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu anhu-:
اليقين الإيمان كله
Artinya:”Yakin adalah keimanan seluruhnya”.[HR. Al-Bukhari, hadits Mauquf].
Oleh karena itu, sebagian para peneliti dari kalangan penuntut ilmu, seperti prof. Dr Khalid Durais menetapkan bahwa sifat yakin tidak akan dikecap oleh seorang hampa sampai ia dapat mengumpulkan dua hal; yang pertama: Ilmu, dan yang kedua: Amalan.
Inilah makna dan definisi dari solusi yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah untuk fitnah syubuhat, sebab sejatinya fitnah ini tidak muncul kecuali dari orang yang dangkal keilmuannya sehingga hatinya senantiasa diliputi oleh was-was dan keraguan yang dihunjamkan oleh syaitan ke dalam dadanya, maka dengan ilmu syar’i yang bersumber dari wahyu, akan dapat menyingkirkan penyakit ini, apalagi jika dimantapkan dalam bentuk amalan, tentunya akan melahirkan keimanan yang kokoh bagi seorang hamba.
Adapun solusi yang kedua adalah sabar.
Sabar secara bahasa adalah menahan diri, adapun makna secara istilah adalah menahan diri dalam tiga hal; dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, dalam menjauhi laranganNya, dan dalam menghadapi cobaan dan bencana (takdir buruk).[Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin].
Inilah solusi bagi hamba dalam menghadapi fitnah syahwat, dikarenakan syahwat senantiasa menyeret seorang hamba untuk melanggar syariat dan ketentuan Allah demi untuk memenuhi tuntunan nafsunya, maka kesabaran adalah solusi untuk memadamkannya.
Jika seorang hamba dapat membentengi diri dengan dua sifat ini, dan menghiasi dirinya dengan ilmu syar’i dan kesabaran, maka ia dapat mencapai derajat yang tinggi dalam agama, sebagaimana firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Artinya:”Dan kami jadikan mereka Imam-Imam (pemimpin/ulama dalam agama) yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka bersabar, dan mereka yakin dengan ayat-ayat kami”.[QS. As-Sajadah 24].
Dan kita tutup khutbah ini dengan ucapan fenomenal dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau mengatakan:
بالصبر واليقين تنال الإمامة في الدين
Artinya:”Dengan sifat sabar dan yakin, maka akan diperoleh tingkatan ulama dalam agama”.[Madarijus Salikin (2/154)].