Kapan Kemenangan Datang?

Kapan Kemenangan Datang?
(Tadabur Surah An Nashr)
Setiap insan pasti mendambakan kemenangan dan keberhasilan baik dalam meraih kebaikan, atau menjauh dari keburukan. Diantara kemenangan besar yang ingin diraih oleh setiap muslim sejati adalah menundukkan jiwa dan raganya untuk taat kepada Allah ta’ala, sekaligus keberhasilan melemahkan kekuatan setan dan nafsu yang selalu mengajak kepada kemungkaran.
Mengapa disebut kemenangan yang besar?, karena kemenangan tersebut akan mewujudkan kejayaan islam dan umatnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
الإسلام يَعْلُو ولا يُعْلَى
Artinya: Islam adalah (agama) yang tinggi dan tidak direndahkan (oleh selainnya). (HR Ad Daruquthniy dan Al Baihaqiy)
Maksud dari hadis diatas bahwasanya Allah ta’ala telah menetapkan kejayaan dan kemenangan bagi agama islam serta umatnya selama mereka berpegang teguh kepadanya. Meskipun hadis diatas berisi berita, namun didalamnya terkandung perintah, hal tersebut senada dengan firman Allah ta’ala:
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِين
Artinya: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Sedangkan kejayaan islam hanya akan terwujud bila kaum muslimin menjadi umat terbaik (khairu ummah) yang tidak akan pernah terbentuk kecuali bila setiap pribadi dan keluarga muslim telah mampu menundukkan jiwa dan raganya untuk taat kepada Allah ta’ala, sekaligus berhasil melemahkan kekuatan setan dan nafsu yang selalu mengajak kepada kemungkaran.
Sebaliknya, bila kaum muslimin tidak peduli dengan agamanya, meninggalkan perintahnya dan melanggar larangannya, sehingga islam hanya menjadi identitas di KTP (kartu tanda penduduk), masjid-masjid hanya menjadi bangunan megah nan indah namun sepi dari ahli salat dan ibadah, Al Qur’an tidak lagi menjadi sumber hukum dan pedoman hidup melainkan hanya lantunan-lantunan yang hampir mirip dengan nyanyian dan lagu; dalam kondisi seperti ini, kejayaan islam hanyalah sebuah harapan dan impian yang tidak akan pernah terwujud.
Apakah pernyataan-pernyataan diatas memiliki landasan dan hujjah atau hanya sekedar sebuah pandangan belaka?, Apa saja langkah-langkah untuk menuju kejayaan islam?, Bagaimana cara menjaga dan mempertahankan kejayaan tersebut?. Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam tadabbur surah an nasr berikut.
Surah an nashr adalah surah yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Muslim), oleh karenanya surah tersebut dikategorikan surah madaniyyah. Abdullah bin abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: suatu ketika ‘Umar membawa serta aku bersama para tokoh senior perang badar. Sebagian dari mereka protes,”Mengapa engkau membawa serta anak muda ini bersama kami?, Kami memiliki anak sepertinya.” ‘Umar lalu berkata, “Kalian sudah tahu siapa dia.”
Suatu hari, ‘Umar lalu memanggil mereka dan mengajak serta aku (Ibn ‘Abbas berkata) dan sepertinya ‘Umar memanggilku saat itu untuk menunjukkan sesuatu dariku pada mereka. ‘Umar kemudian berkata, “Menurut kalian, apa isi dari ayat “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (sampai surat selesai) (QS. An-Nasr [110] 1-3)?” Sebagian dari mereka berkata, “Kita diperintah untuk memuji dan meminta ampun kepada Allah, ketika kita memperoleh pertolongan dan kemenangan”. Sebagian lain menjawab; “kami Tidak tahu” atau tidak berkata apapun. ‘Umar lalu bertanya kepadaku, “Hai Ibn ‘Abbas, apa seperti itu juga yang akan engkau katakan?”, Aku menjawab,”Tidak”. “Lalu bagaimana menurutmu?” tanya ‘Umar. “Hal itu adalah isyarat ajal Rasulullah e. Allah memberi tahu Nabi Muhammad; ketika telah datang pertolongan Allah dan terbukanya kota (yaitu kota Makkah), maka itu tanda ajalmu sudah dekat. Maka bertasbihlah dengan memuji kepada allah serta memintalah ampun. Sesungguhnya Allah maha menerima taubat” jawabku. ‘Umar lalu berkata, “Tidak ada yang aku ketahui dari surat tersebut melainkan seperti yang engkau ketahui.” (HR Bukhari).
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah turun ayat [Idzâ jâ’a nashrullâhi wal fathu], tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat kecuali beliau membaca, ‘Subhanâka rabbanâ wa bihamdik. Allâhummaghfir lî (Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).’’ (HR Bukhari dan Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. sebelum wafat memperbanyak baca “Subhanâka wa bihamdik. Astaghfiruka wa atûbu ilaik (Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu).” Aku bertanya; “Ya Rasulullah, kalimat-kalimat apakah ini, sebelumnya aku belum pernah mendapatimu membacanya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab; “Aku sudah diberi tanda di tengah umatku. bila aku melihatnya, aku membaca kalimat-kalimat tadi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Secara umum kandungan surah an nashr adalah:
- Janji Allah ta’ala untuk pembebasan kota makah,
- Berita gembira tentang masuknya manusia kedalam agama islam dalam jumlah yang banyak,
- Perintah Allah ta’ala agar bertasbih, bertahmid dan istighfar bila janji serta berita gembira tersebut terjadi.
- Isyarat tentang dekatnya ajal Rasulullah e
Bersambung..