Kisah Abu Hurairah Memergoki Setan

Salah satu makhluk yang Allah ciptakan menjadi musuh manusia adalah setan, Allah berfirman:
اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya setan itu musuh bagimu. Maka, perlakukanlah ia sebagai musuh!”. (QS. Faatir: 6)
Keberadaan setan di tengah-tengah manusia adalah benar adanya bahkan perangkap-perangkapnya sangat halus yang menyebabkan seseorang sangat mudah tergelincir di dalamnya. Oleh karena itu, banyak dalil yang memerintahkan untuk berlindung dari tipu dayanya, serta dilarang untuk mengikuti langkah-langkahnya. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata”. (QS. Al Baqarah: 168)
Mereka hidup bersama dengan kita, bahkan mereka bisa melihat kita namun kita tidak bisa melihat wujud asli mereka sebagaimana firman Allah:
اِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
“Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka”. (QS. Al A’raf: 27)
Akan tetapi Allah menjadikan mereka mampu merubah wujud yang dapat dilihat oleh manusia, oleh karena itu sangat banyak kisah pertemuan antara manusia dengan setan dari zaman ke zaman dan dari generasi ke generasi, berikut ini adalah salah satu kisah pertemuan seorang sahabat nabi bersama setan yang disebutkan oleh imam al Bukhari dalam sahihnya; sahabat tersebut adalah Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, pertemuan keduanya bukan sekedar pertemuan biasa melainkan Abu Hurairah mendapatkan pengajaran dari sosok setan tersebut, ia berkisah:
“Rasulullah menugaskanku untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang menyusup hendak mengambil makanan, maka akupun menyergapnya seraya berkata: “Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah”. Orang tersebut berkata: “Saya sangat butuh (dengan makanan) itu, saya memiliki anak istri yang juga butuh dengannya, dan saya juga punya kebutuhan yang sangat mendesak”. Abu Hurairah pun membiarkannya. Keesokan harinya di waktu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangiku dan bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?”, Aku pun menjawab: “Wahai Rasulullah, sungguh ia mengadukan nasibnya bahwa ia sangat butuh, begitupun dengan anak istrinya. Oleh karena itu aku melepaskannya”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia telah berbohong padamu dan pasti akan kembali lagi padamu”.
Abu Hurairah berujar: “Aku tahu bahwa dia akan kembali lagi sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka akupun mengawasinya dan ternyata benar ia datang kembali dan mengambil makanan”, aku pun berkata kepadanya: “Sungguh aku akan adukan engkau kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, ia berkata: “Lepaskan aku, sungguh aku dan keluargaku sangat membutuhkannya”, aku kasihan dengannya maka aku pun merahmati dan melepaskannya. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali mendatangiku dan bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?”, aku berkata: “Wahai Rasulullah dia kembali mengadukan nasibnya bahwa ia dan keluarganya sangat butuh, aku pun kasihan dan melepaskannya”. Beliau bersabda: “Dia telah berbohong kepadamu dan akan kembali lagi kepadamu”.
Abu Hurairah berkata: “Maka aku pun mengawasinya untuk ketiga kalinya, dan ternyata benar orang itu kembali datang dan mengambil makanan”. Aku pun segera menyergapnya dan berkata: “Aku akan benar-benar melaporkanmu ke Rasulullah, ini yang ketiga dan terakhir kali, engkau berjanji tidak akan kembali namun ternyata kembali lagi”. Orang itu pun berkata kepada Abu Hurairah: “Lepaskan aku maka aku akan mengajarkanmu satu bacaan yang akan bermanfaat bagimu”. Abu Hurairah bertanya: “Bacaan apakah itu?”. Orang itu menjawab: “Jika engkau hendak tidur maka bacalah ayat kursi niscaya engkau akan dijaga oleh Allah dan tidak diganggu setan hingga pagi harinya”. Maka aku pun melepaskannya. Di pagi harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali mendatangiku seraya bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?”, Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, ia mengajariku satu bacaan yang menurutnya aku mendapat manfaat dari bacaan itu”. Rasulullah kembali bertanya: “Bacaan apakah itu?”, Abu Hurairah menjawab: “Dia berkata kepadaku: jika engkau hendak tidur maka bacalah ayat kursi hingga selesai niscaya Allah akan menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari”. -Para sahabat sangat gemar melakukan kebaikan, (sehingga menantikan jawaban Nabi)-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: “Kali ini orang itu telah berkata benar kepadamu wahai Hurairah namun pada hakikatnya ia seorang pendusta. Tahukah siapa yang telah engkau ajak bicara selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?”, Ia menjawab: “Tidak wahai Rasulullah”. Beliaupun mengabarkannya: “Dia adalah setan”. (HR. Bukhari: 2311)
Berdasarkan kisah di atas para ulama memetik banyak faedah yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya faedah-faedah yang disebutkan Syekh Saleh al Munajjid berikut:
- Setan boleh jadi mengetahui beberapa ilmu yang bermanfaat bagi orang-orang beriman.
- Hikmah terkadang diketahui oleh para pendosa namun mereka tidak dapat mengambil manfaat darinya, sebab ia tidak mengamalkannya. Bisa saja seseorang mengambil ilmu dari pendosa; pada dasarnya ilmu tersebut bermanfaat namun tidak dapat dimanfaatkan oleh para pendosa karena terhalang oleh dosan-dosanya.
- Sebagian orang memiliki ilmu, namun mereka tidak mengamalkannya dan ini adalah realita yang terjadi di sekitar kita, sekiranya mereka mengamalkan sedikit dari ilmu yang mereka miliki tentu akan memberi perubahan pada diri dan kondisinya, akan tetapi sekali lagi ilmu tanpa amal tidak dapat memberi manfaat sedikitpun.
- Para pendusta sesekali berkata yang benar pada kondisi dan waktu-waktu tertentu meskipun pada asalnya mereka tetaplah pendusta, bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang setan: “Dia telah berkata benar padamu, meskipun ia seorang pendusta”.
- Setan dapat dilihat oleh manusia jika ia berubah wujud dari wujud asli ke wujud yang lain seperti hewan atau manusia sebagaimana pada kisah ini, adapun wujud aslinya maka tidak bisa dilihat sebagaimana firman Allah yang telah disebutkan di atas (Lihat: QS. Al A’raf: 27).
- Seseorang yang diamanahkan untuk menjaga sesuatu dalam bahasa arab disebut
- Karamah yang Allah berikan kepada Abu Hurairah berupa kekuatan yang kuat sehingga mampu menyergap setan tersebut yang tidak dimiliki oleh selainnya.
- Keimanan para sahabat terhadap ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau menyampaikan sesuatu maka mereka langsung mempercayainya tanpa ada keraguan di dalamnya.
- Keutamaan membaca ayat kursi sebelum tidur.
- Zakat fitri dikeluarkan berupa makanan sebagaimana dalam hadis di atas.
- Setan dan jin akan ikut makan bersama pada makanan yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.
- Bolehnya mengumpulkan zakat fitri sehari sebelum idul fitri.
- Kemampuan jin berbahasa sesuai dengan bahasa manusia*.
- Semangat para sahabat dalam berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan.
- Dalam pepatah arab disebutkan: “Hikmah adalah milik orang-orang yang beriman, di mana dan kapan pun ia dapatkan maka mereka lebih berhak atasnya”
Referensi:
*Disadur secara singkat dari faedah Syekh Saleh al Munajjid dari kisah Abu Hurairah dengan setan. (Silsilah al Qashash – al Munajjid: 8/4)