Khutbah Jumat: Bulan Sya’ban, Bulan Yang Terlalaikan
Sidang jamaah shalat jum’at yang dirahmati oleh Allah
Sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
وَلَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya:”Usamah bin Zaid mengatakan: aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan (dalam setahun) sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Maka Rasulullah menjawab:”Bulan tersebut (Sya’ban) adalah bulan yang dilalaikan banyak manusia, (Sya’ban) adalah bulan di antara Rajab dan Ramadhan, ia adalah bulan diangkatnya amalan manusia kepada Rabbul A’lamin, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa”. HR Ahmad, Abu Dawud dan Nasa’i, dan sanadnya dikuatkan oleh sebagian ulama, di antaranya Al-Mundziri, Ibnu Hajar dan Al-Albani.
Saat ini kita berada di gerbang bulan Ramadhan; bulan Sya’ban, hanya berjarak beberapa hari dari bulan yang mulia Ramadhan, seyogyanya, bulan ini adalah bulan untuk bersiap dalam menyambut datangnya bulan ibadah tersebut, dengan mempersiapkan diri lahir dan batin untuk bermujahadah dalam beribadah di bulan Ramadhan. Namun faktanya bulan ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kaum muslimin di seantero jagad. Ya, memang ada ritual yang dilaksanakan di bulan ini, khususnya pada malam Nisfu Sya’ban, namun ritual dan ibadah tersebut tidak sesuai dengan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah, sehingga amalan tersebut cenderung masuk dalam kategori amalan bid’ah, Allahu musta’an.
Adapun selain dari momen tersebut (malam nisfu Sya’ban), bisa dikatakan hampir tidak ada ibadah dan ritual yang dilaksanakan untuk memakmurkan dan menghidupkan bulan ini, dan Rasulullah dalam hadits di atas, dengan gamblang beliau mengatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia, dan para ulama kita, mencoba menganalisa faktor penyebab bulan ini dilalaikan, di antaranya adalah karena bulan ini terletak antara dua bulan yang mulia, bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan haram (bulan yang dimuliakan dalam islam), dan bulan Ramadahan yang merupakan bulan ibadah yang kemuliaannya disepakati oleh kaum muslimin. Karena letaknya inilah bulan Sya’ban cenderung dijadikan ajang untuk mempersiapkan bulan Ramadhan, namun bukan persiapan batin dan hati, namun persiapan lahir berupa belanja kebutuhan sebelum Ramadhan seperti bahan makanan dan pakaian serta kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.
Jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah.
Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang istimewa bagi Rasulullah, sebab ia adalah gerbang bagi bulan Ramadhan, maka beliau mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan memulai berpuasa di bulan Sya’ban, olehnya bulan Sya’ban menjadi saksi bagi puasa-puasa Nabi Muhammad –Shalallahu Alaihi wasalallam-, adalah ibunda Aisyah –radhiyallahu anha- yang memberikan informasi tentang hal ini kepada kita, beliau mengatakan:
وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Artinya:”Dan saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau paling berpuasa kecuali di bulan Sya’ban”. HR. Bukhari dan Muslim.
Inilah cara Nabi dalam menyambut bulan Ramadhan dan mengisi hari-hari di bulan Sya’ban, yaitu dengan memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban, berpuasa di bulan ini memiliki beberpa manfaat:
- Mengikuti sunnah Rasulullah –Shallallahu Alaihi wa sallam-, yang mana telah valid bahwa beliau banyak melaksanakan puasa di bulan ini, sebagaimana yang dijelaskan hadits Aisyah dan Usamah bin Zaid. Dan sunnah ini adalah sunnah yang shahih dan valid kepada beliau, daripada kita menjalankan ritual yang tidak berdasarkan dalil yang shahih, maka akan jauh lebih baik jika kita menghidupkan sunnah Rasulullah yang banyak di tinggalkan oleh umatnya.
- Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amalan kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Usamah bin Zaid yang dishahihkan oleh sebagian pakar hadits, maka akan sangat mulia jika kita memanfaat momentum tersebut dengan berpuasa, sambil berharap diterimanya amalan-amalan kita dalam setahun.
- Bulan ini adalah bulan yang dilupakan dan dilalaikan oleh kaum muslimin, maka memanfaat waktu-waktu yang banyak dilupakan oleh kaum muslimin dengan memperbanyak ibadah di dalamnya adalah suatu kemuliaan, bahkan ada potensi untuk mendapatkan pahala berlipat, sebab “Al-Ajru ‘ala Qodri Masyaqqoh” atau besarnya pahala sesuai dengan besarnya kesulitan dan kesusahan.
- Posisi puasa di bulan ini bagaikan pemanasan dalam sebuah kompetisi, adalah perkara yang aksiomatik bahwa jika hendak mengikuti sebuah kompetisi olahraga ada sesi pemanasan sebelum kompetisi yang sesungguhnya berlangsung, tujuannya untuk peregangan otot agar tampil maksimal ketika kompetisi berlangsung, dan menghindari suasana “kaget” dalam anggota tubuh sehingga berpotensi untuk menimbulkan cidera dalam kompetisi, dan manfaat-manfaat yang lainnya. Bulan Ramadhan sejatinya adalah bulan “kompetisi” puasanya, maka agar puasa di bulan Ramadhan lancar dan tidak ada hambatan, maka perlu latihan dan pemanasan, nah.. latihan dan pemanasannya adalah di bulan Sya’ban tersebut.
Sesungguhnya kita banyak menyaksikan kaum muslimin yang turut “berkompetisi” di bulan Ramadhan, yang hanya bersemangat dalam berpuasa di hari-hari awal saja dari bulan Ramadhan, ketika “kompetisi’ telah berlangsung satu pekan, maka berkurang daya juangnya, melemah kekuatannya, bahkan sebagian berhenti mengikuti “kompetisi” ibadah di bulan Ramadhan, padahal,, di antara keunikan bulan Ramadhan, semakin bulan ini mendekati akhir, semakin tinggi keutamaannya, dan semakin besar hadiah dan pahalanya, namun banyak di antara kaum muslimin yang tidak beruntung mendapatkannya, karena semangat dan kekuatan mereka turun drastis di akhir bulan Ramadhan, mungkin salah satu penyebabnya adalah tidak melakukan pemanasan dan latihan sebelum kompetisi berlangsung.