Menggali Hikmah dari Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Ibnu Qayyim (Bag.3)

Dampak Ketaatan dan Ketidakpatuhan terhadap Rasulullah dalam Kehidupan Dunia dan Akhirat
- Setiap keburukan di dunia ini disebabkan oleh pelanggaran terhadap perintah Rasulullah. Jika seseorang merenungkan dunia dan berbagai kejahatan yang ada, maka akan terlihat bahwa segala keburukan di dunia ini berasal dari ketidakpatuhan terhadap Rasulullah dan menyimpang dari perintah-Nya. Sebaliknya, segala kebaikan di dunia ini hanya terjadi karena ketaatan kepada Rasulullah. Demikian juga dengan keburukan di akhirat, penderitaan, dan azab yang ada, semua itu merupakan akibat dari pelanggaran terhadap Rasulullah dan apa yang muncul darinya. Jika umat manusia benar-benar taat kepada Rasulullah, maka tidak akan ada keburukan di dunia ini.
- Hal ini tidak hanya berlaku untuk kejahatan dan musibah yang menimpa dunia secara umum, tetapi juga pada penderitaan, kesulitan, dan kesedihan yang dialami oleh individu. Semua itu terjadi karena pelanggaran terhadap perintah Rasulullah. Sebaliknya, ketaatan kepada beliau bak benteng yang melindungi, dan siapa saja yang masuk ke dalamnya akan aman, serta menjadi tempat perlindungan yang menyelamatkan. [halaman 48-49]
Para Pengikut Nabi
- Para pengikut Nabi yang mendapatkan kebahagiaan ada dua jenis:
- Pengikut yang independen: Mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang terdahulu (awal) dari kalangan muhajirin dan anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya.” (QS. At-Tawbah [9]: 100)
- Pengikut yang merupakan keturunan dari orang-orang beriman: Mereka adalah keturunan dari pengikut-pengikut tersebut yang belum mendapatkan kewajiban hukum taklif di dunia ini. (halaman 59-65)
- Yang dimaksud dengan “yang tidak menyusul mereka” adalah orang-orang yang berada setelah mereka dan mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat. Dengan demikian, keterlambatan dan ketidakmampuan untuk menyusul mereka adalah dalam hal waktu.
- Namun, ada pendapat lain dalam ayat tersebut, yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “tidak menyusul mereka” adalah dalam hal keutamaan dan kedudukan, yang berarti mereka berada di bawah derajat orang-orang yang telah lebih dahulu, sehingga ketidakmampuan untuk menyusul tersebut berkaitan dengan perbedaan tingkatan. [halaman 61]
Manusia Ibarat Tanah, Ilmu Risalah adalah Hujan
Rasulullah bersabda,
“مَثَلُ مَا بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا، وَسَقَوْا، وَزَرَعُوا، وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ، لَا تُمْسِكُ مَاءً، وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ.”
Artinya:
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utus aku dengannya adalah seperti hujan yang turun ke bumi. Ada tanah yang subur yang menyerap air, lalu menumbuhkan tanaman dan rumput yang banyak. Ada pula tanah yang keras, yang menahan air sehingga dimanfaatkan oleh manusia untuk minum, menyiram, dan bercocok tanam. Dan ada pula tanah yang gersang, tidak mampu menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, lalu ia mendapatkan manfaat dari apa yang aku bawa, sehingga ia belajar dan mengajarkannya; dan juga perumpamaan orang yang tidak mengindahkan petunjuk Allah yang aku bawa.” (HR. Bukhari 79 dan Muslim 2282)
Ibnu Qaayim mensyarah hadis ini dan menjelaskan bahwa umat manusia terbagi menjadi tiga golongan, yang digambarkan dengan perumpamaan sebagai berikut: seperti hujan yang turun membawa manfaat bagi tanah. Ada tanah yang subur, menyerap air dengan baik, dan menumbuhkan rumput serta tanaman yang banyak. Ada juga tanah yang kering, yang hanya menahan air dan memberikan manfaat bagi orang lain dengan cara menyirami tanaman mereka. Sedangkan ada tanah yang tandus, tidak mampu menahan air dan tidak menghasilkan apa-apa.
Begitu juga dengan ilmu yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Ada sebagian orang yang menerima ilmu ini dengan hati yang terbuka, memahaminya dengan baik, dan mendapatkan manfaat darinya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pemahaman yang dalam tentang agama. Ada pula yang menerima ilmu ini tetapi tidak menggunakannya dengan baik, seperti tanah yang hanya menahan air dan memberikan manfaat bagi orang lain. Sementara itu, ada juga yang tidak menerima ilmu ini sama sekali, seperti tanah yang tandus yang tidak dapat menumbuhkan apapun.
Rasulullah menggambarkan ilmu yang beliau bawa seperti hujan, karena keduanya memberikan kehidupan: hujan memberikan kehidupan bagi fisik, sementara ilmu memberikan kehidupan bagi hati. Seperti yang Allah gambarkan dalam Al-Qur’an, hati yang menerima ilmu adalah seperti lembah yang menampung air, yang mampu menumbuhkan kehidupan.
Hadis ini menjelaskan pembagian umat manusia berdasarkan penerimaan mereka terhadap wahyu dan ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam perumpamaan yang diberikan oleh Nabi, ia membandingkan ilmu dengan hujan yang turun ke tanah. Ada tiga jenis tanah yang menggambarkan tiga tipe manusia terhadap ilmu dan petunjuk yang dibawa Nabi.
- Tanah Subur: Tanah yang mampu menyerap air dengan baik dan menumbuhkan tanaman yang banyak. Ini menggambarkan orang yang memiliki hati yang bersih dan cerdas, yang mampu menerima ilmu dengan baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Mereka memperoleh manfaat dari ilmu tersebut dan dapat mengajarkan serta membagikan ilmu kepada orang lain.
- Tanah Kering: Tanah yang mampu menahan air tetapi tidak menumbuhkan tanaman. Ini menggambarkan orang yang menyimpan ilmu dalam memorinya tanpa mampu mengembangkan atau menerapkannya. Mereka hanya mengingat apa yang diajarkan tanpa dapat menyaring atau mengembangkan lebih lanjut. Dalam konteks ini, Nabi menyebutkan bahwa “mungkin membawa fiqh kepada orang yang lebih faham darinya”, menggambarkan bahwa meskipun mereka menyimpan ilmu, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan atau menjelaskan lebih dalam.
- Tanah Tandus: Tanah yang tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan tanaman. Ini menggambarkan orang yang tidak menerima ilmu atau wahyu, hati mereka keras dan tidak mampu memahami atau memanfaatkan ilmu yang diberikan. Mereka adalah orang yang tidak memperhatikan petunjuk yang dibawa Nabi dan tidak mendapatkan manfaat darinya.
Perumpamaan ini menggambarkan tiga tipe manusia dalam menerima dan menerapkan ilmu agama. Dua tipe pertama adalah orang yang mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut (baik dengan mengajarkan orang lain atau mengaplikasikannya dalam hidup mereka), sementara tipe ketiga adalah mereka yang tidak menerima ilmu sama sekali dan tidak mendapatkan manfaat darinya.
Nabi SAW menyatakan bahwa dua golongan pertama adalah golongan yang bahagia dan memperoleh keuntungan dari ilmu, sedangkan golongan ketiga adalah golongan yang sengsara karena tidak memanfaatkan atau menerima wahyu dan petunjuk dari Allah. [halaman 61-64]