Khutbah Jumat: Ramadan Bulan Alquran

Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah azza wajalla.
Bulan Ramadan merupakan anugerah yang Allah berikan kepada kaum muslimin, bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah, bulan ampunan dan rahmat Allah azza wajalla. Di antara tanda keutamaan bulan Ramadan adalah banyaknya julukannya, bulan Ramadan dikenal memiliki beberapa nama, di antaranya adalah syahrusshiyam (bulan yang disyariatkan di dalamnya ibadah puasa), syahrulqiyam (bulan yang disyariatkan di dalamnya salat tarawih), syahrul rahmah (bulan yang penuh rahmat), syahrul maghfirah (bulan ampunan), dan di antara salah satu nama bulan Ramadan yang populer adalah syahrul qur’an.
Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah azza wajalla.
Ramadan populer dengan nama syahrul qur’an sebab pada bulan tersebut Allah menurunkan Alquran bagi umat manusia, Allah azza wajalla berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan yang diturunkan di dalamnya Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).
Di dalam surah lain, Allah berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami menurunkan Alquran pada malam lailatulkadar.” (QS. Al-Qadr: 1).
Dan seluruh kaum muslimin mengetahui bahwa malam lailatulkadar terjadi di bulan Ramadan.
Allah azza wajalla mengutus para Nabi dan Rasul-Nya agar menjelaskan kepada mereka jalan yang benar, jalan yang lurus dan yang diridai oleh-Nya, dimulai dengan Nabi Adam ‘alaihi al-salam dan ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak hanya berhenti sampai di situ, Allah azza wajalla juga menurunkan kitab-kitab suci-Nya, sebagai petunjuk tertulis bagi manusia, maka Allah menurunkan Zabur bagi Nabi Dawud, Taurat bagi Nabi Musa, Injil bagi Nabi Isa, Alquran bagi Nabi Muhammad dan kitab-kitab suci yang lainnya, semua kitab-kitab suci ini berfungsi sebagai petunjuk, hidayah, penjelas dan lentera bagi kehidupan manusia.
Jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah azza wajalla.
Di antara keistimewaan dan kekhususan Alquran adalah kedudukannya sebagai kitab suci pamungkas yang diturunkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia sekaligus berpredikat sebagai kitab suci yang mengeliminasi keabsahan kitab-kitab suci yang sebelumnya, hal ini disebabkan karena Islam adalah mata rantai terakhir dari agama para Nabi dan Rasul yang menghapus seluruh agama-agama sebelumnya, yang kemudian menjadi agama satu-satunya yang diridai dan terima oleh Allah azza wajalla, Allah berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
Maka demikian pula dengan Alquran, ia adalah kitab suci yang menghapus kitab-kitab suci yang sebelumnya, seperti Injil, Taurat dan Zabur, sehingga Alquran menjadi satunya-satunya rujukan manusia untuk mencari hidayah dan keselamatan, Allah berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
“Dan kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya, dan menjadi muhaimin [penjaga/ukuran/saksi] bagi kebenaran kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Al-Maidah: 48).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan sifat “muhaimin” bagi Alquran yang disebutkan oleh Allah dalam ayat di atas, beliau mengatakan,
“Alquran merupakan penjaga, saksi dan hakim pemutus bagi kitab-kitab suci yang sebelumnya. Allah azza wajalla menjadikan kitab ini (Alquran) sebagai kitab suci yang paling terakhir serta kitab suci pamungkas, kitab suci yang paling komprehensif, kitab suci yang paling agung dan yang paling sempurna, yang mana Allah mengumpulkan kebaikan kitab-kitab suci sebelumnya di dalamnya, bahkan menambahkan baginya kesempurnaan-kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci lainnya. Oleh karena itu Allah menjadikan Alquran sebagai saksi, penjaga, dan hakim pemutus bagi (kebenaran) kitab suci sebelumnya. (Lihat: “Tafsir Ibnu Katsir”: 3/128).
Oleh karena itu ketika Umar bin Khattab radiyallahu’anhu membaca lembaran-lembaran kitab Taurat Rasulullah menegurnya dengan berkata,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Demi Allah, seandainya saudaraku (Nabi) Musa masih hidup, maka niscaya ia akan mengikuti saya.“ (HR. Ahmad. Dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam “Irwaul Ghalil”: 6/34).
Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah azza wajalla.
Telah diisyaratkan di atas bahwa Allah menurunkan Alquran sebagai petunjuk, hidayah dan pedoman hidup bagi manusia. Manusia dalam menjalani kehidupan ini membutuhkan pedoman dan rambu-rambu agar bisa menjalankan kewajibannya dengan baik, dan menikmati kehidupan dengan penuh ketenteraman dan kebahagiaan, dan tentunya yang paling mengetahui kebutuhan manusia adalah Zat yang menciptakan mereka, yaitu Allah azza wajalla. Oleh karena itu Allah azza wajalla menurunkan Alquran agar menjadi sumber hidayah dan petunjuk bagi manusia serta menjadi way of life (jalan hidup) bagi mereka, maka barang siapa yang mencari petunjuk selain dari Alquran, niscaya dia akan tersesat, Allah berfirman,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab [Alquran] ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 2).
Dari ayat di atas mengapa Allah azza wajalla mengkhususkan hidayah Alquran hanya kepada orang-orang yang bertakwa semata? Bukankah semua manusia membutuhkan hidayah dan petunjuk? Dan bukankah semua manusia dapat menjadikan Alquran sebagai hidayah dan petunjuk?
Jawabannya cukup pendek, sebab yang dapat mengambil manfaat secara maksimal dari Alquran adalah orang-orang yang bertakwa semata. Benar Alquran merupakan petunjuk dan hidayah bagi seluruh manusia, namun tidak semua manusia mengindahkan petunjuknya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan berhias dengan petuah-petuahnya. Yang melaksanakan itu semua hanyalah orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah kuat imannya.” (QS. Al-Anfal: 2).
Alquran merupakan satu-satunya kitab suci yang menunjukkan manusia kepada jalan yang paling baik, paling benar, paling sempurna dan paling adil. Allah azza wajalla berfirman,
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sungguh, Alquran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus.” (QS. Al-Isra’: 9).
Syekh Abdurrahman Al-Sa’di rahimahullah menjelaskan makna kalimat “aqwam” di atas, beliau mengatakan, “(Alquran menunjukkan jalan) yang paling lurus dan yang paling mulia dari akidah, amalan dan akhlak. Maka bagi siapa yang mengikuti petunjuk yang diseru Alquran, maka ia akan menjadi hamba yang paling sempurna dan yang paling lurus dalam semua urusannya.” (Lihat: Tafsir al-Sa’di, hal. 454).
Sesungguhnya manusia hidup di muka bumi ini bak berjalan di tengah gulita, tidak ada seberkas cahaya pun yang mengiringinya. Berjalan tanpa panduan cahaya dan pelita tentu sangat tidak nyaman, rentan untuk terjatuh dan tersesat bahkan bisa binasa terjerembap ke dalam jurang, maka manusia membutuhkan cahaya dan pelita dalam kehidupannya, maka Alquranlah cahaya dan pelita tersebut.
Alquran merupakan cahaya yang dapat menjadi suluh bagi hati, sehingga tidak tersesat dalam kegelapan, menjadikan hati mengenal penciptanya, memandunya untuk mengetahui syariat-Nya dan mengilmui yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh-Nya, Allah berfirman,
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا
“Maka berimanlah kepada Allah, Rasulnya, dan cahaya [Alquran] yang kami turunkan.” (QS. At-Taghabun: 8).
Al-Qurtubi rahimahullah mengatakan, “Bahwa Alquran merupakan cahaya penerang bagi manusia dari kegelapan kesesatan.” (Lihat: Tafsir Al-Qurtubi: 18/136).
Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah.
Manusia tidak akan dapat memetik manfaat dari Alquran dengan maksimal kecuali apabila banyak berinteraksi dengannya, baik secara bacaan, hafalan, tadabur ayat, memetik kesimpulan darinya maupun dengan mengamalkan ayat-ayat Alquran dalam kehidupan sehari-hari.
Bulan Ramadan merupakan momentum bagi kaum muslimin untuk semakin intensif berinteraksi dengan Alquran, sebab secara historis Alquran turun di bulan yang mulia tersebut, selain itu juga ada contoh dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam terkait hal ini, sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Abbas,
كانَ رَسولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فيِ رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فيُدَارِسُهُ القُرْآنَ
“Sesungguhnya Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam merupakan orang yang sangat dermawan, dan kedermawanannya bertambah di bulan Ramadan ketika beliau berjumpa dengan malaikat Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam di bulan Ramadan untuk mempelajari Alquran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikian juga dengan para ulama salaf, mereka banyak berinteraksi dengan Alquran ketika bulan Ramadan tiba. Imam Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Jika bulan Ramadan tiba, maka merupakan momentum untuk banyak membaca Alquran dan membagi-bagikan makanan.”
Ibnu Abdul Hakam mengatakan, “Imam Malik jika datang bulan Ramadan meninggalkan kajian hadisnya dan majelis para ulama, beliau fokus untuk membaca Alquran.”
Bahkan para ulama salaf berlomba-lomba untuk banyak mengkhatamkan Alquran di bulan Ramadan. Aswad bin Yazid rahimahullah mengkhatamkan Alquran setiap dua hari. Qatadah rahimahullah biasanya mengkhatamkan Alquran setiap tujuh hari, namun jika datang bulan Ramadan beliau mengkhatamkan setiap tiga hari, dan jika tiba sepuluh terakhir bulan Ramadan maka beliau mengkhatamkan Alquran setiap malam.
Serta sangat masyhur dari Imam Syafi’i bahwa beliau dapat mengkhatamkan 60 kali di bulan Ramadan, artinya beliau dapat mengkhatamkan Alquran dua kali dalam sehari. Inilah kehidupan ulama salaf rahimahumullah bersama Alquran di bulan Ramadan, maka hendaknya kisah-kisah ini memotivasi kita untuk semakin banyak berinteraksi dengan Alquran.