160 Tanya-Jawab Seputar Salatmu Bag 1

Terjemah Kutaib :
160 Tanya-Jawab Seputar Salatmu
Oleh: Syekh Khalid bin ‘Aly al-Juraisy
Pengantar : Dr. Saleh bin Muhammad al-Wunyān (Dosen Qasim University, Mantan Imam dan Khatib di Masjid Jami Muhammad bin Abdil Wahhab di Buraydah)
Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan derajat para ahli ilmu dan menjadikan di setiap masa, setelah para rasul, ada sisa-sisa dari ahli ilmu yang memberi petunjuk dengan cahaya Allah kepada orang-orang yang buta hati. Allah menjadikan mereka sebagai pelita di tengah kegelapan, dan memerintahkan untuk bertanya kepada mereka sebagaimana firman-Nya,
﴿فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ﴾
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Nabi ﷺ juga mengabarkan besarnya pahala mereka, beliau bersabda,
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ»
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Beliau ﷺ juga mendoakan mereka dengan sabdanya,
«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ»
“Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, karena bisa jadi orang yang disampaikan itu lebih memahami daripada yang mendengar langsung.” (HR. Tirmidzi)
Beliau ﷺ juga memerintahkan untuk menyampaikan ajaran Islam dengan sabdanya,
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)
Berangkat dari keutamaan yang agung ini, saudara kami, Syaikh Khalid bin Ali al-Juraisy, berinisiatif mengumpulkan sejumlah fatwa para ulama besar dan kokoh ilmunya dalam masalah thaharah (bersuci) dan shalat, yang sangat dibutuhkan untuk diketahui agar ibadah dapat dilakukan dengan benar. Pembaca buku ini akan berpindah dari satu faedah ke faedah lain, memperoleh manfaat dan menyebarkannya, baik di lingkungan keluarga maupun di kalangan rekan, sehingga menjadi penyampai ilmu dan beroleh pahala.
Nabi ﷺ bersabda, “Barang siapa diberi kebaikan oleh orang lain, maka balaslah. Jika kamu tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah dia hingga kamu merasa telah membalasnya.” (HR. Abu Dawud)
Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas kita untuk mendoakan dengan tulus tanpa sepengatahuannya. Semoga Allah melipatgandakan pahala dan ganjaran baginya serta menjadikannya bermanfaat bagi kaum muslimin.
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Dr. Saleh bin Muhammad al-Wunyān
Mukadimah
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para nabi, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Amma bakdu, seorang yang sedang salat, ketika berdiri di hadapan Allah dengan penuh ketundukan, lalu rukuk dan sujud dengan mengagungkan-Nya, berdoa dan memohon kepada-Nya, semestinya melaksanakan ibadah itu sesuai dengan tuntunan syariat. Namun, sebagian orang terjatuh dalam kesalahan terkait hukum-hukum salat, baik karena tidak tahu maupun karena lupa. Maka, sebagai bentuk partisipasi dalam menyebarkan ilmu, disusunlah 160 pertanyaan dan jawaban seputar hukum-hukum salat, yang pada umumnya bersumber dari fatwa dua imam besar, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahumallah, serta tambahan dari fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (Komite Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia).
Sebagaimana diketahui, sebagian hukum syariat memang terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, baik dahulu maupun sekarang. Cukuplah bagi kita mengetahui bahwa hukum-hukum yang tersaji di dalam tulisan ini merupakan pendapat para imam mujtahid. Kumpulan ini disusun karena kebutuhan yang mendesak, sebagai sarana pengingat dan pembelajaran, agar ibadah dilakukan dengan ilmu, pemahaman, dan mengikuti tuntunan yang benar. Teks-teks hadis yang terdapat dalam fatwa-fatwa ini juga telah disebutkan sumbernya.
Semoga kumpulan tanya jawab ini menjadi bekal dasar bagi siapa pun yang ingin menambah pengetahuan tentang hukum-hukum salat.
Aku memohon kepada Allah agar menjadikan kita semua termasuk orang yang dikehendaki-Nya mendapat kebaikan, lalu diberi pemahaman yang benar dalam agama.
Saudaramu,
Khalid bin Ali al-Juraisy
1446 H
Pertanyaan 1 : Apa yang disyariatkan bagi orang yang keluar menuju salat?
Jawab : Dianjurkan keluar dalam keadaan sudah bersuci dengan hati yang khusyuk. Nabi bersabda, “Apabila seseorang telah berwudu dengan sempurna lalu keluar menuju masjid dengan sengaja maka jangan saling menyilangkan jari-jemari, karena ia dianggap berada dalam salat.”[1]
Dianjurkan juga membaca doa ketika keluar dari rumah meski bukan untuk salat,
بِسمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَولَ وَلا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، اللهمَّ إِنِّي أعوذُ بِكَ أَن أَضلَّ أو أُضَلَّ، أَو أَزِلَّ أَو أُزَلَّ، أو أَظْلِم أو أُظْلَمَ، أو أَجْهَلَ أو يُجهَلَ علي
“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat zalim atau dizalimi, bodoh atau dibodohi”[2].
Ketika berjalan ke masjid hendaknya berjalan dengan tenang dan berwibawa. Nabi bersabda, “Jika kalian mendengar iqamah, berjalanlah menuju salat dengan tenang, jangan berlari. Apa yang kalian dapati, kerjakanlah, dan yang terlewat sempurnakanlah setelahnya.”[3]
Pertanyaan 2 : Apa perbuatan dan ucapan yang disunahkan saat masuk dan keluar masjid?
Jawab : Saat masuk masjid dianjurkan mendahulukan kaki kanan, membaca basmalah, bershalawat kepada Rasulullah, lalu berdoa memohon perlindungan dari setan dan memohon dibukakan pintu rahmat.
بِسْمِ اللَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ أَعُوذُ بِاللهِ العَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Doa ini diriwayatkan oleh Abu Daud. Saat keluar masjid dianjurkan menyebut nama Allah, bershalawat kepada Nabi, lalu berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon karunia-Mu” (HR. Muslim). Tambahan doa :
اللَّهُمَّ اعْصِمْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ
“Ya Allah, lindungilah aku dari setan” dinyatakan sahih dalam Shahih Ibnu Majah dan disebutkan dalam (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 29/146.
Pertanyaan 3 : Apa keutamaan orang yang menunggu salat atau tetap duduk setelah menegerjakan salat?
Jawab : Orang yang menunggu salat dihitung seperti sedang salat. Para malaikat mendoakannya, “Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, rahmatilah dia” selama ia tidak berhadas[4]. Diriwayatkan pula doa malaikat, “Ya Allah, terimalah taubatnya” (HR. Muslim) dan “Ya Allah, bershalawatlah atasnya” (HR. al-Bukhari).[5]
Pertanyaan 4 : Kapan dianjurkan makmum berdiri untuk salat jika sudah berada di masjid?
Jawab : Tidak ada ketentuan waktu berdiri yang baku. Nabi bersabda, “Jangan berdiri hingga kalian melihat aku.” (Muttafaq alaih). Karena itu berdiri di awal iqamah, pertengahan, atau akhir iqamah, semuanya boleh.[6]
Pertanyaan 5 : Apa yang dilakukan dan diucapkan antara iqamah dan takbiratul ihram?
Jawab : Dianjurkan merapikan saf, menyelaraskan pundak dan tumit, menutup celah, memperhatikan kerapian, serta menggunakan siwak. Tidak ada zikir khusus yang sahih pada jeda ini. Ketika Imam Ahmad ditanya, “Apakah engkau membaca sesuatu?” Beliau pun menjawab, “Tidak, karena tidak ada ketentuan khusus dari Nabi.”
Pertanyaan 6 : Apa keutamaan saf pertama?
Jawab : Nabi bersabda, “Seandainya manusia mengetahui keutamaan azan dan saf pertama, lalu tidak mendapatkannya kecuali dengan mengundi, niscaya mereka akan mengundi.” (Muttafaq alaih). Beliau juga bersabda, “Saf terbaik bagi laki-laki adalah yang paling depan dan yang paling buruk adalah yang paling belakang…” (HR. Muslim). Ini menegaskan keutamaan saf pertama bagi laki-laki. Oleh karena itu, hendaknya berusaha meraih saf pertama tanpa mengganggu orang lain.[7]
Pertanyaan 7 : Apa pengaruh kalimat “Allahu Akbar” bagi orang yang salat?
Jawab : Kalimat ini menyadarkan bahwa Allah lebih besar daripada semua urusan dunia yang terlintas, sehingga pikiran harus fokus dalam salat. Takbir mencakup penetapan segala kesempurnaan bagi-Nya dan penyucian dari setiap kekurangan.[8]
Pertanyaan 8 : Kapan saja waktu mengangkat tangan dalam salat, dan sampai setinggi apa?
Jawab : Ada empat keadaan: saat takbiratul ihram, saat hendak rukuk, saat bangun dari rukuk, dan saat bangun dari tasyahud awal. Kedua tangan diangkat setinggi bahu atau sejajar daun telinga.[9]
Pertanyaan 9 : Di mana meletakkan kedua tangan saat berdiri dalam salat, dan bagaimana cara meletakkannya?
Jawab : Pendapat ulama bervariasi. Di dada, di perut, atau di bawah pusar. Yang lebih kuat adalah di dada. Namun, perkara ini luas. Cara meletakkan ada tiga. Pertama, meletakkan telapak kanan di atas telapak, pergelangan, dan lengan kiri. Kedua, menggenggam pergelangan kiri dengan tangan kanan. Ketiga, meletakkan telapak kanan di atas lengan kiri.[10]
Pertanyaan 10 : Apa saja doa-doa istiftah dalam salat?
Jawab : Di antaranya ialah :
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
“Ya Allah juahkanlah antara diriku dengan dosa-dosaku sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana pakaipan putih disucikan dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari dosa-dosaku dengan salju, air dan butiran es.”[11]
Doa yang lain :
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيراً، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
“Allah Mahabesar sebesar-besarnya, segala puji milik Allah sebanyak-banyaknya, Mahasuci Allah pagi dan petang.” [12]
Demikian juga doa berikut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, dan penuh berkah.”[13]
Berikut ini juga:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau Wahai Allah, segala puji bagi-Mu, maha Suci nama-Mu, maha Tinggi kemuliaan-Mu, dan tiada Tuhan selain-Mu.”[14]
- HR. Tirmidzi dan Abu Dawud. ↑
- HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Nasa’i. ↑
- HR. Ahmad, al-Bukhari dengan lafaz “maka sempurnakanlah”, dan al-Baihaqi. Disarikan dari kitab Adāb al-Masyī ilā as-Shalāh (3/3). ↑
- Muttafaq alaihi. ↑
- ). Lihat Fatawa Ibnu Utsaimin (8/2) dan al-Lajnah ad-Da’imah (5/100). ↑
- Lihat : Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin 16/13. ↑
- Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah 6/339. ↑
- Lihat: Kitab al-Khusū’ fī as-Shalāh fī Dhau` al-Kitāb wa as-Sunnah halaman 271. ↑
- Lihat: Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, Ibnu Utsaimin 8/2. ↑
- Lihat: Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, Ibnu Utsaimin (8/2). ↑
- Muttafaqun ‘Alaihi ↑
- HR. Muslim. ↑
- HR. Muslim. ↑
-
HR. Muslim secara mauquf dari Umar bin Khattab. Lihat : Fatāwā Nūr ‘Alā ad-Darb Ibnu Bāz (8/165). ↑



