Motivasi Islami

Ketika Rabb Bergembira Bag. 5

Penutupan Pintu Taubat

Pintu taubat tidak akan tertutup kecuali pada dua keadaan:

1. Terbitnya matahari dari barat.

Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya pintu taubat itu terbentang luas antara timur dan barat, tidak akan tertutup hingga matahari terbit dari arah barat.” (Hadits hasan, Shahih al-Jāmi‘ no. 2177)

Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta‘ālā tentang hari kiamat dan munculnya tanda-tandanya:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang yang belum pernah beriman sebelumnya, atau belum pernah mengerjakan kebaikan dengan imannya.” (QS. al-An‘ām: 158)

2. Sakaratul maut dan berhadapan dengan malaikat.

Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (Hadits hasan, Shahih al-Jāmi‘ no. 1903)

Karena pada saat itu tabir tersingkap, malaikat terlihat hadir untuk mencabut nyawanya, dan seseorang hanya bisa berkata benar atau beriman. Namun iman tersebut tidak lagi bermanfaat baginya, begitu pula taubatnya tidak diterima.

Ibnu Umar radhiallahu anhuma. berkata: “Taubat itu tetap terbuka selama malaikat ajal belum datang.”

Abu Majliz Lāhiq bin Humaid as-Sanusī (seorang tabi’in) berkata: “Seorang hamba senantiasa berada dalam kondisi taubat selama belum berhadapan dengan malaikat.”

Penolong Bagi Orang-Orang yang Bertaubat

1. Pendek Angan-Angan

“Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.” – Demikianlah wasiat Rasulullah ﷺ.

Wahai orang yang menunda taubatnya dan memperpanjang angan-angannya… bagaimana keadaanmu jika maut datang menjemputmu sementara engkau belum bertaubat? Apakah engkau sudah membuat janji dengan malaikat maut bahwa ia tidak akan datang tiba-tiba? Apakah engkau sudah mengetahui waktu kematianmu? Atau apakah engkau sudah mengikat janji dengan Allah Ar-Rahmān bahwa ruhmu tidak akan dicabut hingga engkau sempat bertaubat?!

Wahai orang yang tertipu oleh penundaan, waspadalah! Sesungguhnya penundaan adalah barang dagangan orang-orang yang merugi, dan merupakan modal utama orang-orang yang terpedaya. Allah Ta‘ālā berfirman tentang mereka:

الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ

“Setan telah menjadikan indah bagi mereka perbuatan dosa mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. Muhammad: 25)

Al-Hasan (al-Bashri) menafsirkan ayat ini: “Setan menghiasi dosa-dosa bagi mereka, memperpanjang angan-angan, dan menunda-nunda taubat mereka.”

Allah Ta‘ālā juga berfirman:

بَلْ يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ

“Bahkan manusia itu hendak terus menerus berbuat dosa di masa depannya.” (QS. al-Qiyāmah: 5)

Ibnu ‘Abbās menafsirkan: “Maksudnya, ia mendahulukan dosa dan menunda taubat.”

Dan orang yang menunda-nunda taubat itu seperti seorang lelaki yang ingin mencabut pohon. Pada hari pertama ia berkata: “Aku akan menundanya besok.”

Lalu ketika datang hari berikutnya ia berkata lagi: “Aku akan menundanya ke hari lain.”

Ia tidak sadar bahwa setiap kali ia menunda, maka akar pohon itu semakin kuat, batangnya semakin kokoh, dan semakin sulit untuk dicabut.

Wahai orang yang memperindah rumahmu dengan harta dan perabotannya! Mungkin saja rumah itu kelak akan dihuni orang lain, sementara engkau sendiri akan terikat oleh penundaan dan ditinggalkan dalam kubur, binasa karena angan-angan dan kelalaian.

2. Duduk Bersama Orang-Orang yang Bertaubat

Ini adalah wasiat al-Fudhail rahimahullāh ketika ia berkata:

“Duduklah bersama orang-orang yang bertaubat, karena hati mereka lebih lembut.”

Wahai tuan-tuan yang mulia…

Orang-orang fakir biasanya duduk di sisi orang-orang kaya untuk mendapatkan makanan, sedekah, zakat, atau kebaikan, jika mereka melewatkan hal ini mereka akan kehilangan jatah makan mereka.

Maka mengapa kalian yang sangat membutuhkan banyak pahala kebaikan tidak duduk di sisi orang-orang yang kaya akan ketaatan, yang selalu merindukan sujud kepada Allah, untuk mendapatkan hati yang khusyuk, dikabulkannya doa, turunnya rahmat dan kesadaran bahwa kita akan dihadapkan dengan perhitungan amal oleh para malaikat pencatat amal.

Saudaraku…

Dekatlah dengan orang-orang saleh, jangan tinggalkan mereka hingga kalian memperoleh bagian dari keberkahan mereka. Tetaplah menempel kepada mereka hingga kalian membuat mereka mengeluh dan membuat mereka berdoa kebaikan untuk kalian yang buahnya adalah dikabulkannya doa tersebut.Sebagaimana pernah terjadi pada Ali bin ‘Abdirrahim al-Ghadhairi, ia berkata:

“Aku mengetuk pintu’Ali Assirri bin Mughlis dan saat itu ia sedang berdzikir, kemudian aku mendengar ia berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah ia yang membuat hatiku sibuk dari bardzikir kepada Mu menjadi orang yang disibukkan oleh dirinya untuk mengingat Mu sehingga ia tidak menggangguku lagi.’ Maka karena berkah dari doanya itu aku mampu menunaikan haji dengan berjalan kaki selama 40 tahun.”

Sekilas Hikmah

Ibnu ‘Athā’illah as-Sakandarī berkata:

“Mungkin engkau dahulu adalah orang yang telah melakukan keburukan-kenburukan, kemudian ada di antara perbuatan baik yang telah engkau lakukan menjadi sebab ditunjukkannya engkau bahwa penyebab engkau melakukan keburukan-keburukan itu adalah karena engkau berteman dengan orang yang perilakunya lebih buruk darimu.”

3. Menyaksikan Nikmat Allah dan Menyadari Kekurangan Diri

Betapa banyak dan agungnya nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya, namun justru kita semakin lalai dalam mensyukurinya. Kita semakin banyak bermaksiat kepada Sang Pemberi Nikmat, namun Dia tetap tidak menghentikan karunia-Nya.

Betapa sering kita menentang-Nya, namun Dia tidak menghalangi kita dari nikmat-nikmat-Nya. Sungguh kita telah berulang kali menimbulkan kemurkaan-Nya, namun Dia tidak segera menurunkan siksa-Nya.

Merenungkan hal ini merupakan sumber terbesar untuk hidup bersama Allah dalam keadaan penuh harap, lalu beralih kepada taubat.

Inilah makna yang tampak jelas dalam hadits tentang Sayyid al-Istighfār (penghulu doa istighfar), yaitu doa yang jika dibaca oleh seorang hamba dengan penuh keyakinan di waktu pagi lalu ia meninggal pada hari itu, maka ia masuk surga. Dan jika ia membacanya di malam hari lalu meninggal pada malam itu, maka ia masuk surga.

Doa Sayyid al-Istighfār:

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tiada ilah selain Engkau. Engkaulah yang menciptakanku, aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang aku perbuat. Aku kembali kepada-Mu dengan segala nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan aku kembali mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau.”

4. Mengenal Luasnya Ampunan Allah

Wahai orang yang bertaubat… ketahuilah kepada siapa engkau berhadapan!

Engkau sedang berhadapan dengan Dzat yang membuka pintu taubat untuk orang-orang kafir, membukakan jalan harapan bagi para pendosa, memberi kesempatan dengan kemurahan-Nya bagi para pelaku maksiat, engkau berhadapan dengan Dzat yang murka-Nya didahului oleh kasih sayang-Nya, dan ampunan-Nya mendahului hukuman-Nya, dengan Dzat yang jika mengampuni kesalahan semua makhluk-Nya sungguh itu tidak mengurangi sedikit pun dari kekuasaan-Nya, yang mengatakan tentang diri-Nya:

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ

“Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman.” (QS. an-Nisā’: 147)

Di antara nama-nama Allah yang mulia adalah at Tawwab (Maha penerima taubat), seandainya engkau tidak berbuat dosa, bagaimana Allah bisa dikenal dengan nama itu? Apakah ada taubat tanpa dosa? Justru dosa yang terbesar di sisi-Nya adalah ketika engkau meremehkan ampunan Allah dan berputus asa dari rahmat-Nya.

Betapa indahnya ucapan seorang hamba dalam munajatnya:

“Wahai Tuhanku, aku telah banyak berbuat dosa. Wahai Tuhanku, aku telah banyak salah. Wahai Tuhanku, aku telah banyak lalai. Munajat seperti ini akan senantiasa mendapatkan jawaban secara langsung dari Maha penerima taubat dengan jawaban, “Wahai hamba-Ku, Aku ampuni dosa-dosamu. Wahai hamba-Ku, Aku maafkan kesalahan-kesalahanmu. Wahai hamba-Ku, Aku bebaskan kamu.”

Apa yang Harus Dilakukan Setelah Bicara Tentang Taubat?

  • Perbaharuilah taubatmu setiap malam sebelum tidur. Penuhi syarat-syaratnya, lalu tidurlah seakan-akan itu tidur terakhirmu. Barangkali engkau akan bangun kelak pada hari kiamat.
  • Kembalikan hak-hak orang lain kepada pemiliknya. Inilah bagian penting dari kesempurnaan taubat.
  • Biasakan istighfar. Barangsiapa senantiasa beristighfar, Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan, kegembiraan dari setiap kesedihan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
  • Perbanyak membaca istighfar seratus kali dalam sehari walau dengan doa istighfar yang paling pendek: “Astaghfirullāhal-‘Azīm.”
  • Ikutilah keburukan dengan kebaikan. Hapuslah amal buruk dengan amal yang baik. Ketahuilah bahwa tanda taubat yang diterima adalah ketika keadaanmu setelah taubat lebih baik dari keadaanmu sebelumnya.
  • Tanda-tanda taubat yang benar: Kelembutan hati, mudah meneteskan air mata, mencari nasihat dari orang-orang saleh, menghadiri majelis dzikir dan ilmu, memanfaatkan nikmat dunia untuk akhirat, dan banyak merenungkan tentang kematian serta kehidupan setelahnya.
  • Jauhi teman buruk. Sebab berteman dengan pembawa minyak wangi akan membuatmu harum, sedangkan berteman dengan pandai besi bisa membakar pakaianmu atau membuatmu terkena bau busuknya. Ingatlah: engkau akan dihisab berdasarkan agama teman dekatmu, maka perhatikan dengan siapa engkau berteman.
  • Jangan lupakan istighfar ketika pagi dan sore.
  • Jagalah kesucian taubatmu, jangan ulangi dosa, lawan kebiasaan burukmu.

(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button